Mongabay.co.id

Menjaga Ekosistem Pesisir dan Laut Bebas dari Sampah

 

Puluhan petugas berbaju oranye dari Suku Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu tengah berjibaku memilah sampah yang sudah didaratkan di dermaga Perikanan Angke, Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.

Sebelumnya, sampah-sampah tersebut didapatkan oleh petugas kebersihan dari penyisiran menggunakan kapal motor di perairan teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu.

Dari kapal motor bertuliskan “Laut Bersih 32” sampah yang mulanya mencemari perairan tersebut kemudian dipindahkan ke dermaga. Dari dermaga sampah yang sudah terkemas itu lalu dialihkan ke dalam truk dengan menggunakan alat berat excavator.

Bukan hanya memilah, sebagian dari petugas kebersihan itu juga ada yang membersihkan sampah yang mengambang di dermaga perikanan di pesisir Ibukota Indonesia tersebut. Mereka saling bergotong-royong menyisir sampah di sela-sela kapal perikanan yang sedang berlabuh.

baca : Upaya Penanganan Sampah Laut: dari Plastik hingga Mikroplastik

 

Dengan teliti petugas kebersihan mengelompokkan sampah berdasarkan jenisnya, seperti plastik, kardus, kaleng dan kayu. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Supendi (46), Koordinator Lapangan Pesisir Teluk Jakarta Suku Dinas Lingkungan Hidup Kepulauan Seribu mengatakan, saat musim hujan volume sampah yang mencemari perairan teluk Jakarta menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan musim kemarau.

Salah satu penyebabnya adalah karena sebagian besar perilaku masyarakat masih belum sadar terhadap lingkungan. Adapun untuk timbulan sampah yang paling banyak ditemukan saat musim hujan yaitu jenis sampah kemasan sachet. Selain itu, ada juga ranting kayu dan enceng gondok.

“Dibandingkan dengan musim kemarau sampah saat musim hujan ini peningkatannya bisa tiga kali lipat,” jelas pria berkacamata itu, Selasa (03/01/2023).

Menurut Pendi, sampah-sampah tersebut bukan hanya berasal dari Jakarta, namun juga kiriman dari kota-kota penyangga sekitarnya, seperti Bekasi, Tangerang dan Bogor. Bagi dia, adanya sampah yang mencemari pesisir dan laut itu selain berbahaya bagi kesehatan manusia juga bisa menjadi predator biota laut.

Untuk itu, ia berharap agar masyarakat bisa lebih sadar dalam mengelola sampah. Dengan begitu masyarakat juga turut serta menjaga ekosistem pesisir dan laut bisa bebas dari sampah.

baca juga : Menangani Sampah Laut dari Pelabuhan

 

Tumpukan berbagai macam jenis sampah yang didaratakan di Pelabuhan Muara Angke. Sampah-sampah tersebut diangkut menggunakan kapal motor. Foto: Falahi Mubrok/Mongabay Indonesia

 

Pasang Jaring

Keberadaan sampah kerapkali menimbulkan masalah. Bukan hanya di Indonesia, sampah yang mencemari pesisir dan lautan juga sudah menjadi permasalahan global. Direktur Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian Perikanan dan Kelautan, Muhammad Yusuf menjelaskan, untuk mengurangi sampah, baik itu plastik maupun sampah jenis lain di laut itu minimal ada tiga hal yang bisa dilakukan.

Pertama, yaitu melakukan penanganan sampah dari daratan sehingga bisa mencegah kebocoran sampah di laut. Kedua, setiap batas sungai kecamatan atau kabupaten diusahakan dipasang jaring. Dengan demikian akan diketahui sumber pencemaran yang terbesar ada di daerah mana.

Jika sudah diketahui sumbernya, maka di daerah tersebut penting untuk dibina. Setelah itu baru dilakukan penanganan sisa sampah yang sampai ke laut.

Ketiga, penanganan sampah bisa dilakukan dengan memasang trashboom atau melalui kampanye seperti menggalakkan aksi Bulan Cinta Laut melalui bersih pantai secara masif.

baca juga : Cerita Anak Muda di Bintan, Pungut 600 Ton Sampah Laut

 

Tidak hanya memilah, sebagian dari petugas kebersihan juga ada yang menyisir sampah yang mengambang di Pelabuhan Perikanan Muara Angke, Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Dari sisi regulasi, lanjut dia, KKP saat ini juga sudah mempunyai Peraturan Menteri KP Nomor 26 tahun 2021 tentang Pencegahan Pencemaran, Pencegahan Kerusakan, Rehabilitasi, dan Peningkatan Sumber Daya Ikan dan Lingkungannya.

“Regulasi itu diterbitkan sebagai langkah preventif dan komprehensif dalam melakukan pencegahan pencemaran di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil,” jelas Muhammad Yusuf dalam keterangan tertulis.

Secara khusus, KKP juga sedang menyusun rancangan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang Rencana Aksi Bulan Cinta Laut sebagai upaya mendorong pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut.

Rankepmen tersebut akan mengatur terkait Rencana Aksi Bulan Cinta Laut melalui rencana aksi berupa edukasi, kampanye, bersih-bersih, dll. Hal itu dilakukan sebagai langkah percepatan yang komprehensif dan terpadu dalam mencegah terjadinya kebocoran sampah ke laut (leakage).

Guna mengurangi sampah plastik di laut dengan target pengurangan hingga 70% di tahun 2025 KKP juga terus aktif berkontribusi dan bekerjasama dengan berbagai pihak.

baca juga : Baru 4 Tahun, Pemuda Ini Mampu Olah 60 Ton Sampah Organik. Begini Kisahnya

 

Petugas memindahkan sampah dari Teluk Pesisir Jakarta dan Kepulauan Seribu yang sudah didaratkan di dermaga ke truk. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Libatkan Berbagai Pihak

Muhammad Yusuf menjelaskan, sebagai ketua Kelompok Kerja (Pokja) 3 Penanggulangan Sampah di Pesisir dan Laut, ada empat strategi rencana aksi yang telah disusun KKP. Diantaranya meliputi pengelolaan sampah plastik yang berasal dari aktifitas transportasi laut, pengelolaan sampah plastik yang berasal dari kegiatan di kawasan wisata bahari.

Selain itu juga pengelolaan sampah plastik yang berasal dari kegiatan kelautan dan perikanan.

Terakhir yaitu pengelolaan sampah plastik yang berasal dari aktifitas di pesisir dan pulau-pulau kecil.

Sejak tahun 2017 KKP telah berkontribusi terhadap pengurangan kebocoran sampah laut melalui beberapa program berkelanjutan berupa edukasi, kampanye dan aksi bersih pantai.

“Puncaknya, digaungkan secara masif melalui kampanye dan edukasi aksi Bulan Cinta Laut di Pantai Parangkusumo, Yogyakarta,” jelas dia.

Kegiatan yang diadakan pada akhir Januari 2022 itu selain melibatkan masyarakat pesisir dan nelayan sekitar juga mengajak Pemda setempat, institusi Polri, TNI, tokoh masyarakat, dan juga mahasiswa.

Sepanjang tahun 2022 kegiatan serupa juga diadakan di 9 lokasi, diantaranya di Pantai Kolo, Kota Bima, Nusa Tenggara Timur. Pantai Kota Ternate, Maluku Utara. Pantai Pulau Morotai, Maluku Utara. Pantai Pulau raja Ampat, Sorong, Papua Barat. Pantai Kuta, Bali. Pantai Kota Batam, Kepulauan Riau. Pantai Desa Sotabar, Pamekasan, Madura. Pantai Desa Mola Raya, Wakatobi, Sulawesi Tenggara.

 

Exit mobile version