Mongabay.co.id

Lumut yang Sering Kita Pandang Sebelah Mata

 

 

Lumut [Bryophyta] sering kita abaikan kehadirannya. Padahal, tumbuhan ini berperan penting dalam ekosistem hutan. Lumut tidak menghasilkan bunga atau biji, namun di dunia, mereka adalah kelompok paling beragam kedua setelah tumbuhan berbiji.

Mengutip publikasi LIPI [BRIN] dan Field Museum Chicago berjudul “Tumbuhan Lumut untuk Pemula” tahun 2020, ada sekitar 18.000 jenis lumut di dunia, yang 1.500 jenis hidup di Indonesia. Mereka terbagi tiga kelas utama, yakni yakni lumut daun atau sejati [Bryophyta], lumut hati [Marchantiophyta], dan lumut tanduk [Anthocerotophyta].

“Lumut, paku, dan lumut kerak terlihat vegetasi di beberapa wilayah dunia, serta komponen utama keanekaragaman hayati pada ekosistem hutan basah, lahan basah, pegunungan tinggi, dan ekosistem tundra [suhu rendah],” tulis Nadhifah et al.

Baca: Binturong dan Kearifan Masyarakat Pulau Bangka Menjaganya

 

Lumut yang melapisi lantai hutan Bukit Tuing di Pulau Bangka, berfungsi mengatur air, mencegah erosi bahkan longsor. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Lumut merupakan tumbuhan non-vaskuler atau tidak berpembuluh seperti pohon atau tanaman berbiji pada umumnya. Mereka juga tidak memiliki daun, batang dan akar sejati.

Lukitasari [2019] menjelaskan, lumut ‘hanya’ memiliki struktur yang mirip akar [rizoid] untuk melangsungkan absorbsi serta transportasi air dan nutrisi bagi kebutuhan hidupnya. Mereka juga bukan tumbuhan parasit.

“Lumut dapat membuat makanan sendiri melalui fotosintesis,” tulisnya dalam buku berjudul “Mengenal Tumbuhan Lumut [Bryophyta]”.

Meski berukuran kecil, lumut dikenal sebagai tumbuhan tangguh. Mengutip Britannica, beberapa spesies Bryophyta sangat toleran terhadap kekeringan dan pembekuan dalam waktu lama.

“Lumut merupakan materi paling awal yang tampak jelas dari Periode Permian [298,9 juta hingga 251,9 juta tahun lalu].”

Baca: Dian Rossana Anggraini, Pelestari Anggrek di Bangka Belitung

 

Berkat lumut, sejumlah anggrek tumbuh di atas batu granit di sekitar Bukit Nenek, Pulau Bangka. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Rekaman lumut baru

Penelitian Kasiani et.al. [2019], dari Prodi Biologi Universitas Bangka Belitung melaporkan, ada rekaman 7 spesies lumut baru bagi Sumatera, dari total 28 jenis lumut yang ditemukan di kawasan Bukit Peramun, Kabupaten Belitung.

Lumut tersebut terdiri 3 jenis kelompok lumut sejati, yakni Fissidens virens Thwaites & Mitt., Trichosteleum stigmosum Mitt. dan Brotherella nictans [Mitt.] Broth., dan 4 jenis kelompok lumut hati, yakni Cheilolejeunea con- chifolia [A. Evans] W. Ye & R.L. Zhu, Chiloscypus profundus [Nees] J.J. Engel & R.M. Schust, Drepanolejeunea tricornua Herzog, dan Lejeunea eckloniana Lindenb.

Baca: Ara Pencekik, “Penjaga” Bukit Granit di Kepulauan Bangka Belitung

 

Lumut mampu tumbuh di kayu mati, menyediakan lahan tumbuh bagi beragam tumbuhan lain. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Rangkuti [2017] dalam penelitiannya Hutan Pelawan, melaporkan 41 spesies yang terdiri dari 31 jenis lumut dan 10 jenis lumut hati. Di Kawasan Hutan Air Terjun Bukit Maras Desa Dalil Bangka, oleh Riani [2017] dilaporkan 7 familia dan 29 jenis lumut sejati serta 7 famili dan 13 jenis lumut hati. Di Kebun Botani Bangka Flora Society, oleh Rosyanti, Afriyansyah, dan Haerida [2018], dilaporkan 30 jenis lumut.

Berikutnya, Henri, Rusidi dan Santi [2021], meneliti lumut di Bukit Nenek, Taman Wisata Alam Gunung Permisan, Kabupaten Bangka Selatan. Sebanyak 22 jenis lumut berhasil didata, terdiri 13 jenis [6 familia] lumut sejati dan 9 jenis [5 familia] lumut hati [Hepaticopsida].

“Faktor abiotik yang paling berkorelasi positif terhadap keberadaan jenis lumut [Bryophyta] adalah kelembaban tanah dan udara serta suhu,” tulisnya.

Baca juga: Pelawan, Pohon Unik Warna Merah di Bangka Belitung

 

Lumut yang menghijaukan batu granit di kawasan hutan Bukit Peramun, Belitung. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Penting bagi hutan

Genus lumut Sphagnum mempunyai jasa besar mendukung keberlanjutan dan proses pembentukan hutan rawa gambut. Dijelasakan dalam Britannica, lumut Spahagnum membantu mempercepat proses dekomposisi gambut.

“Dekomposisi cenderung lamban karena kadar air yang asam. Lumut hidup yang jenuh dapat menenggelamkan sistem akar pohon hutan dan menggantinya dengan rawa.”

Pada hutan hujan tropis, Lukitasari [2019] menjelaskan lumut berperan penting mengatur siklus aliran air serta mendukung kemampuan hutan untuk menahan air [water holding capacity].

“Kemampuan lumut mengikat air, mampu menjaga kelembaban lingkungan sehingga tumbuhan lain dapat hidup,” tulisnya.

Berkat strukturnya, lumut bisa menyerap air cepat dengan kapasitas besar dan melepaskannya perlahan ke lingkungan sekitar.

“Kemampuan tersebut memungkinkan hutan melepaskan air bertahap ke aliran air, sehingga mencegah banjir bandang, erosi, dan tanah longsor,” lanjut Lukitasari.

 

Meskipun lumut sering tumbuh melekat di akar pohon, mereka bukan tumbuhan parasit, melainkan mempunyai peran penting dalam mendukung keragaman hayati dan siklus air di hutan. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Menurut Henri, peneliti biologi dari Universitas Bangka Belitung, lumut di sekitar Bukit Nenek banyak menempel pada batu granit, mengarah inisiasi pembentukan tanah, sehingga menyediakan subtrat yang baik bagi tumbuhan seperti anggrek.

“Tanpa melupakan peran vegetasi pohon-pohon besar di hutan, lumut layak mendapat perhatian. Terutama, bagi Bangka Belitung yang berjuang meregenerasi hutan terdegradasi akibat berbagai aktivitas ekstraktif,” tegasnya.

 

Referensi:

Henri, H., Rusidi, R. and Santi, R. (2021) ‘The diversity of Bryophytes in Nenek Hills, Natural Tourism Park of Mount Permisan, South Bangka Regency’, Jurnal Biologi Udayana, 25(2), pp. 137–146. https://ojs.unud.ac.id/index.php/BIO/article/download/75908/42340/.

Kasiani, K. et al. (2019) ‘Keanekaragaman dan Rekaman Baru Jenis Lumut di Pulau Sumatra’, Floribunda, 6(3). http://www.ptti.or.id/journal/index.php/Floribunda/article/view/283.

Lukitasari, M. (2019) Mengenal Tumbuhan Lumut (Bryophyta): Deskripsi, Klasifikasi, Potensi dan Cara Mempelajarinya. CV. AE MEDIA GRAFIKA.

Nadhifah, A. et al. (2020) ‘Tumbuhan Lumut untuk Pemula [Bryophytes for beginners]’, Badan Riset dan Inovasi Nasional [Brin] dan Field Museum Chicago [Preprint]. https://fieldguides.fieldmuseum.org/guides/guide/1270.

Rangkuti, R.P. (2017) ‘Inventarisasi jenis lumut (bryophyta) di kawasan hutan pelawan Namang Bangka Tengah’. Universitas Bangka Belitung. http://repository.ubb.ac.id/2194/.

Riani, L. (2017) ‘Inventarisasi Jenis Lumut (Bryophyta) di Kawasan Hutan Air Terjun Bukit Maras Desa Dalil Bangka [skripsi]’, Bangka Belitung: Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi, Universitas Bangka Belitung [Preprint].

Rosyanti, R., Afriyansyah, B. and Haerida, I. (2018) ‘Keanekaragaman Lumut di Kebun Botani Bangka Flora Society, Bangka.’, Floribunda, 5(8). http://ptti.or.id/journal/index.php/Floribunda/article/view/218

 

Exit mobile version