Mongabay.co.id

Kucing Batu, Jenis Kucing Liar yang Mirip Macan Dahan

 

 

Kucing batu [Pardofelis marmorata] merupakan jenis kucing liar yang masih ditemukan di hutan Indonesia.

Spesies ini berukuran kecil. Terkenal pandai memanjat dan suka berdiam di pohon. Saat turun, ia mampu dalam kondisi kepala menjungkir ke bawah.

“Kondisi biologis dan perilakunya masih sedikit diketahui,” kata Meidina Fitriana, Liaison Officer Save Indonesian Nature & Thereatened Species/SINTAS Indonesia kepada Mongabay Indonesia, Jumat [17/02/2023].

Kucing batu ini memiliki kesamaan dengan macan dahan. Keduanya punya pola totol khas dan tidak beraturan di bulunya. Warna bulu rambut kucing batu abu-abu kecokelatan hingga cokelat kuning kemerahan dalam totol berukuran lebar. Warnanya lebih pucat di bagian tengah. Sedangkan di bagian kaki ada totol berwarna hitam, begitu juga pada kepala dan leher yang memiliki garis hitam.

Namun, penampakan kepala kucing batu ini terlihat pendek dan bulat, dibandingkan kucing lain. Dahinya lebar dan pupil mata besar.

“Pada mulutnya, ada gigi taring atas yang relatif besar. Ekornya panjang berbulu lebat, sebagai bentuk adaptasi yang baik hidup di pepohonan.”

Baca: Kucing Liar, Jenis yang Sulit Ditemukan di Hutan Leuser

 

Kucing batu [Pardofelis marmorata] merupakan spesies kucing liar yang ditemukan di Indonesia. Foto: Dokumentasi Sintas Indonesia/Panthera/KLHK

 

Kucing batu tersebar dari kaki pegunungan Himalaya di Nepal ke arah timur hingga China barat daya, ke selatan di seluruh daratan Asia Tenggara, serta di Pulau Sumatera dan Kalimantan.

Di Sumatera, kucing batu tersebar di lanskap Bukit Barisan dari Aceh hingga Lampung.

Hasil indentifikasi SINTAS melalui kamera jebak, kucing batu ini ditemukan di Taman Nasional Gunung Leuser, Aceh.

Sementara di kawasan Restorasi Ekosistem Riau [RER] di Semananjung Kampar, Riau, pernah terindentifikasi jenis ini.

Meidina menjelaskan, berdasarkan hasil pengamatan kucing liar ini merupakan satwa teritorial nokturnal [aktif malam hari]. Namun, ada juga temuan aktivitas siang hari, dan paling utama, ia hewan soliter [penyendiri].

Makanan spesies ini diperkirakan termasuk hewan arboreal [yang hidup di pohon] seperti tupai, kelelawar, dan burung, selain memangsa hewan darat seperti tikus, reptil, katak, serangga hingga ikan.

Baca: Kucing Emas, Satwa Misterius di Lebatnya Hutan Sumatera

 

Kucing batu berbadan kecil, memilki totol seperti macan dahan. Foto: Dokumentasi Sintas Indonesia/FKL/Panthera/KLHK

 

Sebaran di Kalimantan

Di Kalimantan, kucing batu cukup sering terpantau. Penelitian Andrew J Hearn, Joanna Ross, Raymond Alfred, dan Rustam berjudul Predicted distribution of the marbled cat Pardofelis marmorata [Mammalia: Carnivora: Felidae] on Borneo” di Raffles Bulletin of Zoology, 2016, menjelaskan ada 106 catatan penemuan kucing tersebut dari 2001 hingga 2011.

Temuan itu dengan presisi tinggi, yaitu terekam dalam bentuk foto jarak dua kilometer, dengan koordinat geografis yang diketahui. Data ini berasal dari Sabah dan Serawak [Malaysia], Brunei Darussalam, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat  [Indonesia].

“Sebanyak 25 temuan berupa rekaman presisi rendah, diatas 5 kilometer,” tulis peneliti.

Meskipun catatan penemuan lebih banyak dari Sabah, bukan berarti kucing batu ini tidak cocok dengan habitat di Kalimantan bagian Indonesia. Ini akibat kurangnya penelitian di wilayah Indonesia.

Habitat yang dianggap cocok untuk spesies ini, yaitu hutan dataran rendah, hutan dataran tinggi, hutan pegunungan rendah, dan hutan rawa. Namun, kucing batu sering juga ditemukan di perkebunan, tanaman campuran, juga tambak.

Di wilayah Indonesia, seperti Kalimantan Selatan, peneliti menduga berada di pegunungan Meratus.

“Survei satwa liar di provinsi ini sangat jarang, butuh penelitian intensif untuk mengetahui persebarannya,” tulis peneliti.

Di Kalimantan Tengah, habitat yang diperkirakan sangat cocok untuk kucing batu adalah Taman Nasional Sabangau dan hutan sekitar. Di Kalimantan Barat, wilayah potensialnya berada di  Gunung Niut dan Gunung Palung.

“Catatan ini menunjukkan, kucing batu sangat bergantung pada hutan, terutama tutupan hutan yang luas,” jelas peneliti.

Baca juga: Kucing Merah Itu Terekam Kamera di Hutan Kalimantan Tengah

 

Kucing batu hidup di hutan Sumatera dan Kalimantan. Foto: Dokumentasi Sintas Indonesia/FKL/Panthera/KLHK

 

Berdasarkan laporan Lembaga Konservasi Dunia IUCN, kucing batu berstatus Near Threatened/NT atau mendekati terancam punah. Ancaman utama kehidupan Marbleb Cat adalah alih fungsi hutan menjadi pemukiman, perkebunan skala besar, juga pertanian. Perburuan juga menjadi ancaman serius, sebab kulit, daging, dan tulangnya sering diperjualbelikan.

Berdasarkan Peraturan Menteri LHK No. P 106 Tahun 2018 tentang tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi, terdapat jenis-jenis kucing liar yang dilindungi. Ada kucing batu [Pardofelis marmorata], kucing merah [Catopuma badia], kucing emas [Catopuma temminckii], macan dahan [Neofelis diardi], macan tutul [Panthera pardus melas], harimau sumatera [Panthera tigris sumatrae], kucing kuwuk [Prionailurus bengalensis], kucing tandang [Prionailurus planiceps], dan kucing bakau [Prionailurus viverrinus].

 

Exit mobile version