Mongabay.co.id

Jalur Jelajah Terganggu, Konflik Gajah Liar dengan Manusia Kerap Terjadi

Gajah sumatera bersama sang mahout di CRU Trumon, Aceh Selatan. Aceh. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

 

Konflik gajah liar dengan manusia masih terjadi di Provinsi Aceh.

Sufri [40] meninggal diserang oleh gajah liar di kawasan hutan lindung Desa Kekuyang, Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh, Minggu [05/02/2023]. Tiga warga lain, Miswan [56], Sis [32], dan Safar [35] harus menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Umum Daerah [RSUD] Datu Beru, Takengon, Kabupaten Aceh Tengah.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah [BPBD] Aceh Tengah, Andalika menjelaskan, saat masyarakat membangun pondok, tiba-tiba diserang gajah sumatera liar.

“Kejadian siang hari,” ujarnya.

Minggu [12/02/2023] malam, Fitriani [45] meninggal diserang gajah liar di kebunnya di Desa Lhok Keutapang, Kecamatan Tangse, Kabupaten Pidie.

Kapolsek Tangse, Ipda Aidil Saputra mengatakan, korban sendirian di pondok yang jaraknya tiga kilometer dari permukiman penduduk.

“Saat itu suaminya ke kampung, ketika kembali pondoknya hancur dan istrinya sudah tidak bernyawa dengan luka parah,” terangnya.

Baca: CRU dan Konflik Manusia dengan Gajah Sumatera

 

Gajah sumatera bersama sang mahout di CRU Trumon, Aceh Selatan. Aceh. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Jalur jelajah gajah

BKSDA Aceh mencatat, sejak Januari hingga Oktober 2022, terjadi konflik gajah dengan manusia sebanyak 69 kasus. Sebelumnya, pada 2021 [145 kasus], 2020 [111 kasus], dan 2019 [106 kasus].

Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam [BKSDA] Aceh, Agus Arianto mengatakan, konflik di Kecamatan Ketol, terjadi di dalam kawasan hutan lindung. Artinya, kebun masyarakat berada di hutan lindung.

“Lokasi itu daerah lintasan gajah. Kami berulang kali menyampaikan agar masyarakat tidak melakukan aktivitas seperti membuka lahan pertanian atau perkebunan di dalam kawasan hutan,” ujarnya, Rabu [15/02/2023].

Agus memastikan, BKSDA Aceh bersama lembaga terkait telah ke lokasi konflik. Jaraknya, sekitar enam kilometer dari permukiman penduduk.

“Kalau kejadian di kawasan hutan, tidak bisa disebut konflik. Ini dikarenakan kawasan tersebut merupakan habitat dan jalur lintasan gajah. Masyarakat juga paham, wilayah itu lintasan gajah,” ungkapnya.

BKSDA Aceh dan mitra telah memasang GPS Collar di kelompok gajah Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah. Namun, yang menyerang warga tersebut bukan gajah berkelompok.

“Gajah berkelompok berada di Desa Karang Ampar, yang juga di Kecamatan Ketol,” jelasnya.

Baca: Mengapa Konflik Manusia dengan Gajah Sumatera di Aceh Tinggi?

 

Lokasi interaksi negatif manusia dan gajah di area hutan lindung. Sumber: Forum Konservasi Gajah Indonesia/gajah.indonesia

 

Terkait meninggalnya warga di Kecamatan Tangse, Kepala Seksi Wilayah 1 BKSDA Aceh, Kamaruzaman, mengatakan Kabupaten Pidie merupakan daerah yang paling tinggi intensitas konflik gajah dengan manusia.

“Konflik terjadi di 12 Kecamatan dan lebih 75 desa. Kebun masyarakat yang yang meninggal tersebut berada di lintasan atau habitat gajah, meskipun statusnya di area penggunaan lain,” ungkapnya, Sabtu [18/02/2023].

Menurut dia, habitat dan jalur lintasan gajah sumatera di Provinsi Aceh tidak hanya berada di dalam kawasan hutan, tapi juga areal penggunaan lain.

“Di Pidie, sebelumnya ada tiga kelompok besar gajah. Kini terpecah beberapa kelompok kecil yang terlihat agresif saat berhadapan manusia,” ujarnya.

Baca juga: Atasi Konflik Masyarakat dengan Gajah, Pagar Listrik Dibangun di Kabupaten Pidie

 

Area kantong gajah di Aceh. Sumber: Forum Konservasi Gajah Indonesia

 

Gajah jinak mati di Sumatera Utara

Sementara itu Selasa [14/02/2023], seekor gajah jinak mati di Aek Nauli Elephant Conservation Camp [ANECC], Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. ANECC berada di kawasan hutan dengan tujuan khusus [KHDTK] yang diresmikan 7 Desember 2017.

Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara, Rudianto Saragih Napitu, mengatakan gajah jantan 43 tahun itu bernama Dwiki.

“Sebelumnya, Dwiki dipindahkan dari Barumun Nagari Wildlife Sanctuary [BNWS], pada 18 Desember 2022,” terangnya Jumat [17/02/2023].

Pemindahan dilakukan karena sakit dan di ANECC dilakukan perawatan intensif.

“Tim medis dari Vesswic beberapa kali melakukan pemeriksaan dan monitoring. Ada luka luar pada pipi kanan Dwiki dan telah membaik.”

Namun, minggu kedua Februari 2023, Dwiki mengalami perubahan perilaku yaitu tidak mau makan. Atas kondisi tersebut, pada 11 Februari 2023, dokter Vesswic turun ke ANECC dan melakukan perawatan intensif. Selasa, 14 Februari 2023, gajah Dwiki mati.

“Hasil nekropsi menunjukkan, ada infeksi gigi kanan bawah hingga tidak tumbuh normal. Kelainan struktur gigi ini mengakibatkan Dwiki sulit makan, berdampak pada lambung. Tim medis telah mengambil beberapa sampel tubuh guna pemeriksaan laboratorium,” paparnya.

 

Exit mobile version