Mongabay.co.id

Sepasang Beruang Madu Kena Jerat dalam Kebun Sawit di Langkat, Si Jantan Kaki Diamputasi

 

 

 

 

Setelah harimau Sumatera keluar dari Taman Nasional Gunung Leuser dan menampakkan diri di sekitar pemukiman warga di Kabupaten Langkat,  Sumatera Utara,  kini giliran sepasang beruang madu (Helarctos malayanus)  keluar dari Kawasan hutan. Naas, keluarnya satwa omnivora pemakan buah-buahan, serangga dan tanaman ini terhenti oleh orang yang memasang jerat dan mengenai keduanya. Menyedihkan lagi, satu kaki beruang jantan terkena jerat dan terpaksa harus diamputasi karena luka cukup parah.

Mamat Rahmat, Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser, dalam keterangan resmi 9 Februari lalu membenarkan peristiwa  itu.

Menurut dia, sepasang beruang madu itu yang betina berusia empat tahun dan jantan tujuh tahun. Mereka  terkena jerat di konsesi perkebunan sawit PT Mitra Sejati, Dusun Pancasila Desa Mekar Makmur Kecamatan Sei Lepan, Langkat awal Februari 2023.

Tim Smart Patrol yang saat itu bertugas menjaga kawasan mendapatkan informasi ada sepasang beruang kena jerat langsung meluncur. Dibantu petugas BBKSDA Sumut dan sejumlah mitra konservasi, tim langsung mengevakuasi sepasang beruang madu ini. Kedua satwa terancam punah itu ditemukan di tempat berbeda dalam kondisi terjerat benang nilon.

Setelah operasi penyelamatan, tim langsung memeriksa kondisi kesehatan keduanya. Beruang betina sehat dan tak ada luka hingga langsung lepas ke TNGL. Sedangkan, beruang jantan dengan berat diperkirakan 60 kg terpaksa harus dibawa ke Sumatran Rescue Aliance (SRA) untuk perawatan lebih lanjut karena luka di kaki kena jeratan.  Kaki si beruang pun terpaksa diamputasi.

Petugas pun memproses kasus ini, mengumpulkan sejumlah barang bukti seperti kuku beruang, 29 jerat aktif, tiga jerat nonaktif, dan dua pancak jerat.

Mamat langsung memerintahkan untuk pengumpulan bahan keterangan agar kasus ini lebih jelas.

Palber Turnip, Kepala Bidang Wilayah III BBTNGL bersama tim bergerak. Tidak butuh waktu lama, mereka sudah mendapatkan titik terang orang-orang yang diduga mengetahui atau terlibat dalam jaringan perburuan satwa dilindungi itu.

Pada 6 Februari 2023,  tim polisi kehutanan BBTNGL mengamankan sejumlah orang dan pemeriksaan maraton. Mereka yang diamankan adalah Ag dari Riau, lalu Har dan Ti, warga Langkat dan An dari Deli Serdang.

 

Beruang madu yang dinamakan juga beruang matahari terus jadi incaran pemburu. Foto: Rhett Butler/Mongabay

 

Dari pemeriksaan terungkap yang memasang jerat, Ag dan langsung diamankan untuk penyelidikan lebih lanjut, yang lain baru sebagai saksi.

BBTNGL melimpahkan kasus ini kepada Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wilayah Sumatera untuk proses hukum lebih lanjut.

Guna mengantisipasi kejadian sama,  BBTNGL akan meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat sekitar kawasan terkait peraturan dan perundangan dan fungsi TNGL. Juga, meningkatkan monitoring dan patroli kawasan, khusus, patroli jerat serta memberikan kepastian hukum terhadap pelaku tindak pidana kehutanan.

Haluanto Ginting,  Kepala Seksi Wilayah I Balai Gakkum KLHK Wilayah Sumatera kepada Mongabay mengatakan, satu orang, Ag jadi tersangka. Dari pemeriksaan diketahui kalau dia penjaga kebun dan mengakui memasang jerat. Penyidik masih pendalaman soal motif pemasangan jerat.

Dia bilang, ketika melihat jerat kena sepasang beruang, dia langsung memberitahukan petugas perkebunan sawit. Semua keterangan dari tersangka akan didalami lebih jauh termasuk penyidik akan olah tempat kejadian perkara dan pemeriksaan saksi.

 

Ilustrasi. Dua beruang madu sitaan di Sumut. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

 

***

Menurut Mamat, perkebunan sawit itu berbatasan langsung dengan TNGL hingga bisa jadi areal itu sebelumnya wilayah jelajah satwa-satwa dilindungi.

Untuk itu, katanya,  peningkatan pengamanan areal terdepan hutan Leuser akan terus dilakukan, sejalan dengan penyadartahuan kepada masyarakat di sekitar kawasan.

Gabriella Fredriksson, Co-chair Sun Bear Expert Team, IUCN/SSC Bear Specialist Group mengatakan, dalam kasus-kasus satwa termasuk beruang yang terkena jerat,  alat ini dianggap hama karena dapat menangkap atau melukai berbagai jenis satwa.

Untuk itu, katanya, penting meningkatkan hukuman bagi pemasang jerat, maupun pemburuan satwa dengan alat lain. Khusus pasang jerat, katanya, perlu ada tambahan hukum.

“Tidak tahu berapa banyak, mungkin ratusan, atau mungkin ribuan jerat dicabut dari hutan Leuser dalam setahun. Dapat dibayangkan korban satwa dari beragam jenis kalau ini tidak dicabut oleh tim patroli.”

Beruang madu, katanya,  tidak hanya kena jerat yang terpasang untuk satwa jenis lain, mereka juga diburu secara khusus. Empedu beruang, katanya, jadi obat, kuku dan taring sebagai hiasan dan tengkorak juga dijual di pasar gelap.

“Ada saja bagian tubuh lain yang juga coba dijual. Semua ini ilegal tetapi masih sering terjual di tempat terbuka untuk umum.  Hal-hal seperti ini penyidikannya diseriuskan.”

Mengenai beruang yang kena amputasi, kata Gaby, kalau sudah sembuh masih bisa lepas liar. Ia masih bisa mencari makan sendiri.

Dia pernah melihat beruang dengan satu kaki tertangkap kamera pengintai tetap sehat dan gemuk. Namun, dia yakin banyak juga beruna beruang mati terkena infeksi setelah lolos tanpa kaki dari jerat.

 

Beruang madu jadi satwa buruan. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

 

Wilayah jelajah beruang, katanya, sangat spesifik. Betina beruang madu punya wilayah jelajah lebih kecil daripada jantan, tetapi bisa tumpeng tindih antar keduanya.

Beruang jantan muda, katanya,  mungkin keliling lebih luas untuk mencari wilayah baru, tetapi betina tetap di suatu wilayah dekat induknya.

“Beruang madu sangat panik kalau kena jerat. Seringkali luka sangat parah sampai teramputasi kakinya di hutan. Dari berbagai lokasi di Sumatera dan Kalimantan,  ada foto-foto beruang madu di camera trap tanpa salah satu kaki. Kasus parah pernah saya melihat foto ada beruang madu kehilangan dua kaki.”

Perempuan asal Belanda ini pernah bertahun-tahun riset tentang beruang madu di sejumlah wilayah Indonesia terutama kepulauan Kalimantan.

Gaby bilang, beruang madu termasuk satwa sulit ditemukan langsung di hutan. Mereka punya indera tajam dan akan menghindar manusia semasimal mungkin.

Informasi dari negara lain seperti Laos, Vietnam, di mana pemburu pasang ratusan jerat khusus untuk menangkap beruang.

Menurut dia,  ekosistem Leuser sangat penting buat beruang madu, karena habitat minim gangguan manusia.

Exit mobile version