Mongabay.co.id

Teka-Teki Burung Gajah Terungkap Berkat Cangkang Telurnya

 

 

Burung terbesar yang tidak bisa terbang ini bernama burung gajah [Aepyornis maximus].

Beratnya mencapai 700 kilogram dengan tinggi lebih 3 meter. Telurnya bisa seberat 10 kilogram, atau sekitar 150 kali lebih besar dari volume telur ayam. Dulunya, burung tersebut mendiami Pulau Madagaskar, namun punah sekitar seribu tahun lalu.

Besarnya burung gajah, mengalahkan moa atau Dinornis robustus yang hidup di Pulau Selatan dan Dinornis novaezelandiae yang berada di Pulau Utara, Selandia Baru. Spesies burung raksasa yang diperkirakan punah 600 tahun lalu ini beratnya bisa mencapai 300 kilogram dengan tinggi lebih dari 3 meter. Sementara telurnya seberat 4,5 kg.

Uniknya, kerabat dekat burung gajah adalah burung kiwi [Apteryx] di Selandia Baru yang seukuran ayam. Sementara moa yang tidak bisa terbang justru berkerabat dekat dengan burung tinamous dari Amerika Selatan yang bisa terbang. Kekerabatan keduanya telah dibuktikan melalui pengujian DNA.

Baca: Moa, Burung Raksasa yang Telah Punah

 

Ilustrasi burung gajah [Aepyornis maximus]. Sumber: Wikimedia Commons/Pagodroma721 – Own work/CC BY-SA 4.0

 

Kajian baru

Bagaimana ilmuwan mengungkap asal usul burung gajah hanya dari temuan cangkang telur? Sekelompok peneliti telah mengumpulkan 960 fragmen kulit telur burung gajah dari 291 lokasi di bagian selatan, tengah, dan utara Madagaskar. Dari kumpulan fragmen itu lalu diukur ketebalannya dan ditandai umurnya menggunakan radiokarbon.

Mereka memperkirakan, kulit telur tertipis dihasilkan oleh burung seukuran burung emu dengan berat kurang dari 41 kilogram. Sementara telur dengan cangkang paling tebal dihasilkan oleh burung dengan berat mencapai kurang dari 1 ton.

Telur dengan ketebalan sedang dihasilkan oleh burung dengan berat sekitar 230 kilogram. Angka itu mereka peroleh dengan cara membandingan berat burung dan besar telur dari 65 burung yang ada saat ini.

Dalam laporan yang diterbitkan jurnal Nature Communication 2023, dijelaskan bahwa para peneliti juga membandingkan informasi genetika cangkang telur dengan data DNA dari fosil yang sudah diungkap sebelumnya.

Menariknya, para peneliti juga memeriksa komposisi isotop stabil karbon [C], nitrogen [N], dan oksigen [O] cangkang telur. Hasilnya, didapat gambaran makanan burung gajah ini di berbagai wilayah, juga perkiraan apakah mereka hidup dekat sumber air atau tidak. Dengan itu peneliti bisa membangun gambaran lingkungan dan sumber makanan yang tersedia saat itu.

Baca juga: White Bellbird, Burung dengan Suara Terkeras di Dunia

 

Ilustrasi telur burung gajah di Hungarian Natural History Museum. Foto: Wikimedia Commons/User:Kuruc/Publik Domain

 

Mengutip forbes.com, arti penting penelitian yang menghasilkan satu lagi garis keturunan berbeda dari burung gajah adalah, penemuan itu bukan berasal dari fosil tulang. Namun, DNA diekstrak dari kulit telur yang tersebar dan dikumpulkan selama bertahun.

“Ini adalah kali pertama identifikasi taksonomi berasal dari kulit telur burung gajah dan bidang ini belum pernah ada orang yang memikirkan sebelumnya,” kata Gifford Miller, profesor geologi dari Institute of Arctic and Alpine Research, University of Colorado, Boulder.

Dulu, Madagaskar adalah pulau besar yang memisahkan diri dari subkontinen India sekitar 90 juta tahun lalu, dan memisahkan diri dari Afrika sekitar 60 juta tahun lalu. Situasi ini membuat evolusi hewan di Madagaskar mengikuti jalannya sendiri dan keanekaragaman hayati di tempat ini tidak ditemukan di tempat lain.

Alicia Grealy, salah satu peneliti yang berasal dari School of Molecular and Life Sciences, Curtin University, Australia berpendapat bahwa Madagaskar merupakan tempat penting bagi kajian evolusi dan kepunahan satwa dengan keanekaragaman hayatinya.

“Banyak spesies megafauna yang sekarang sudah punah yang pernah berkeliaran di sana memainkan peran kunci dalam memajukan pemahaman kita tentang proses ini,” tulisnya di the conversation.

Dia menjelaskan, spesies burung gajah pernah dibagi menjadi 16 spesies, lalu tujuh spesies, kini empat spesies. Iklim Madagaskar yang panas dan lembab tidak mendukung untuk mengawetkan bahan biologis. Tulang yang tidak lengkap atau terfragmentasi akan sulit mengidentifikasi spesiesnya. Namun, teknologi DNA moderen membantu mengatasi persoalan ini.

“Yang lebih mengejutkan, kami mengidentifikasi cangkang telur misterius dari Madagaskar jauh di utara sebagai bagian dari garis keturunan baru burung gajah yang beratnya 230 kg dengan telurnya seberat 3 kilogram. Meski berkerabat dekat dengan burung gajah di Madagaskar tengah, mereka berbeda secara genetik dan memiliki pola makan berbeda,” paparnya.

 

Exit mobile version