Mongabay.co.id

Sungai Brantas Tercemar Limbah Industri dan Mikroplastik, Pemulihannya?

 

 

Sungai Brantas merupakan salah satu sungai paling tercemar mikroplastik di Indonesia, berdasarkan temuan tim Ekspedisi Sungai Nusantara 2022. Sungai terbesar di Jawa Timur ini tercatat mengandung kontaminan mikroplastik sebanyak 636 partikel per 100 liter air. Bahan pencemar tersebut berasal dari limbah industri dan sampah rumah tangga.

Selain Sungai Brantas, sungai di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bangka Belitung, dan Sulawesi Tengah, juga mengandung kontaminan mikroplastik tinggi. Total, 68 sungai diteliti tim Ekspedisi Sungai Nusantara yang semuanya mengandung kontaminan plastik dengan kadar berbeda.

Amiruddin Muttaqin, peneliti ECOTON yang juga anggota tim Ekspedisi Sungai Nusantara 2022, menuturkan banyaknya industri dan munculnya permukiman menjadikan beban sungai semakin berat. Masyarakat masih banyak yang belum sadar bahwa sungai bukan merupakan tempat membuang sampah atau limbah.

“Ini yang menyebabkan Sungai Brantas menjadi yang paling tercemar di Indonesia, ditambah buangan limbah industri,” ucapnya.

Baca: Ekosistem Sungai Brantas Terancam Rusak Akibat Tambang Pasir Ilegal

 

Pemulihan Sungai Brantas harus dilakukan akibat pencemaran limbah industri dan mikroplastik. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia

 

Tingginya tingkat pencemaran mikroplastik, menjadi bukti nyata pengelolaan sungai di Indonesia sangat buruk. Selain itu, sistem pengelolaan sampah di setiap daerah juga belum maksimal, masih mengandalkan tempat penampungan akhir [TPA].

Pemerintah Provinsi Jawa Timur, diharapkan melakukan langkah-langkah konkrit dalam upaya penyelamatan Sungai Brantas sebagai sumber kehidupan masyarakat dan makhluk hidup.

“Jangan sampai sungai kita tercemar berat, mengakibatkan manusia maupun lingkungan sekitar  merasakan dampaknya. Harus ada pengawasan, penindakan hukum, dan pemulihan,” jelasnya, Amir.

Baca juga: Ekspedisi Sungai Nusantara, Ecoton Kirim Pesan Bahaya Pencemaran

 

Brigade Evakuasi Popok mengangkut dua karung sampah popok bayi yang dibuang ke Sungai Brantas, beberapa waktu lalu. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia

 

Perbaiki sungai tercemar

Muhammad Kholid Basyaiban, juru bicara Badan Riset Urusan Sungai Nusantara, menyatakan dana bantuan sosial harusnya dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki kualitas air Sungai Brantas.

“Ironis sekali, sungai strategis nasional yang menjadi kewenangan pusat, terutama Brantas, tercemar berat dan itu dibiarkan,” ujarnya, Senin [13/03/2023].

Sungai Brantas sangat penting fungsinya sebagai bahan baku utama air minum yang disalurkan melalui PDAM Surya Sembada milik Pemerintah Kota Surabaya. Sungai ini juga digunakan untuk mengairi ribuan hektar tambak di Sidoarjo.

“Sumber pencemaran tidak hanya mikroplastik, tapi juga limbah industri yang dibuang langsung ke sungai tanpa pengolahan yang memenuhi standar. Sedikitnya, ada 130 industri di sepanjang aliran Sungai Brantas, mulai manufaktur, kertas, makanan dan minuman, juga logam,” jelasnya.

 

Kondisi sungai di Mojokerto yang berwarna hitam dan menjadi tempat pembuangan sampah. Foto Petrus Riski/Mongabay Indonesia

 

Kholid mengingatkan, catatan ECOTON terkait kasus ikan mati massal selama 2012 hingga 2022, hingga kini belum ada penanganan serius. Diharapkan, pemerintah daerah yang wilayahnya dilewati Sungai Brantas menjaga kebersihan dan kualitas air dari bahaya pencemaran. Begiru juga dengan Kementerian PUPR dalam hal ini BBWS Brantas, serta KLHK, untuk pula menyelamatkan sungai-sungai di Indonesia yang telah tercemar.

“Pengawasan dan penegakan hukum harus sungguh-sungguh dilakukan, agar tidak ada lagi yang membuang limbah ke sungai,” tegasnya.

 

Exit mobile version