Mongabay.co.id

Sampah Laut Malut Tak Terkendali, Tingkatkan Potensi Mikroplastik di Tubuh Ikan

 

Kawasan laut Desa Samo Gane Barat Utara, Halmahera Selatan Maluku Utara agak bergelombang pada hari itu. Angin dan gelombang laut membawa beragam sampah plastik dari berbagai penjuru terdampar di pantai desa ini. Kondisi pantai 10 desa di kecamatan ini nyaris sama. Seluruh pantainya dihiasi berbagai jenis sampah yang didominasi plastik.

Menurut warga desa setempat sampah yang terdampar ini adalah kiriman dari berbagai wilayah termasuk Ternate dan Tidore serta pulau pulau lainnya. “Sampah dari laut yang terdampar ini belum seberapa karena belum musim angin barat. Kalau pas musim angin barat berton ton sampah terutama sampah plastic menutupi seluruh pesisir,” jelas Ramna Jafar (67 tahun) warga Desa Samo Gane Barat Utara Senin pekan lalu.

Terkadang warga memanfaatkan berbagai sampah yang masih bisa dimanfaatkan, seperti botol air mineral, ember, gelas dan piring plastik. Warga berharap air pasang akan menyapu bersih sampah tersebut kembali.

Apa yang terjadi di pantai dan laut desa ini setidaknya menggambarkan kondisi laut di Maluku Utara saat ini. Sampahnya makin hari kian memprihatinkan. Di Ternate setiap hujan, berton-ton sampah terutama sampah plastik terbawa menuju laut. Sampah yang masuk ke laut tidak hanya mengotori pantai dan mengancam kelancaran transportasi laut antarpulau di Maluku Utara. Ada ancaman lebih serius lagi yakni tercemarnya laut dengan mikroplastik.

Riset Tim Ekspedisi Sungai Nusantara di Maluku Utara pada akhir 2022 lalu menemukan perairan daerah ini telah terkontaminasi  mikroplastik. Misalnya, di perairan Ternate dan Weda, Halmahera Tengah.

baca : Ternate Darurat Sampah Plastik, Produsen Diminta Bertanggung Jawab

 

Sampah yang didominasi plastik setiap saat terdampar di pantai Desa desa di Halmahera Selatan, Maluku Utara. Foto : Mahmud Ichi/Mongabay Indonesia

 

Di Laut Ternate rata-rata kontaminasi mikroplastik 173,75 partikel dalam 100 liter air. “Kami mengambil sampel air di empat lokasi di Dufa-dufa, Kampung Makasar, Soasio dan di Ake Ga’ale, Kelurahan Sangaji menemukan kadar mikroplastik terbanyak ialah di pesisir Dufa-dufa dekat Bandara Babuullah dengan partikel mikroplastik sebanyak 301 dalam 100 liter air,” ungkap Prigi Arisandi Direktur Eksekutif Ecological Observation and Wetland Conservation (Ecoton) yang memimpin riset tersebut, Oktober 2022 tahun lalu.

Lokasi yang paling sedikit kandungan mikroplastiknya, ialah Kampung Makasar sebesar 88 partikel dalam 100 liter air. “Jenis mikroplastik yang paling banyak ditemukan ialah jenis fiber, sedangkan jenis lainnya ditemukan fragmen, filament, dan foam,” tambahnya.

Mereka juga mengungkap penelitian sebelumnya yang menunjukkan ikan-ikan karang di kepulauan Ternate telah terkontaminasi mikroplastik. “Penelitian yang diterbitkan Jordan Journal of Biological Sciences pada Desember 2021 mengambil sampel ikan di perairan Ternate seperti di pantai Kasturian, Kampung Makassar, Mangga Dua, dan Kalumata. Pengambilan sampel dilakukan pada Agustus-September 2019,” katanya.

Penelitian kandungan mikroplastik dalam ikan di perairan Ternate ini dilakukan oleh Mimien Henie Irawati Al Muhdhar (Universitas Negeri Malang), I Wayan Sumberartha (Universitas Negeri Malang), Zainudin Hassan (University Technology Malaysia), Muhammad Shalahuddin Rahmansyah (Sekolah Tinggi Teknik Industri Turen Malang), dan M Nasir Tamalene (Universitas Khairun Ternate), menguji 220 sampel ikan karang dengan rincian: 29 ekor kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus), 36 ekor kerapu muara (Epinephelus coioides), 65 ekor kerapu lumpur (Epinephelus suillus), 47 ekor baronang lingkis (Siganus canaliculatus), 27 ekor ikan batu (Synanceia), 16 ekor ikan kakatua (Scarus psittacus).

Hasil pengujian menunjukkan 183 dari 220 ekor ikan tercemar mikroplastik. Total ada 594 partikel plastik ditemukan dalam sistem pencernaan ikan-ikan tersebut. Kandungan mikroplastik ini berupa 47,81 persen fragmen, 38,22 persen film, 2,69 persen foam, 2,36 persen fiber, 7,41 persen line, dan 1,52 persen pellet.

baca juga : Upaya Penanganan Sampah Laut: dari Plastik hingga Mikroplastik

 

Sampah di pantai Pulau Mare, Maluku Utara masalah krusial pulau pulau. Foto : Mahmud Ichi/Mongabay Indonesia

 

Soal ikan yang mengandung mikroplasitk ini mendapat perhatian Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono. Dia menegaskan, komitmen KKP menjaga mutu produk perikanan, termasuk dari kontaminasi mikroplastik.

“Kualitas atau penjaminan mutu produk perikanan harus dilakukan dari hulu ke hilir. Dimulai dari produksi hingga sampai ke tangan konsumen, ini menjadi penting, khususnya melindungi sumber daya hayati ikan kita agar tetap sehat, bermutu dan bebas mikroplastik,” ujar Menteri Trenggono melalui rilis KKP dalam acara Pencanangan Bulan Mutu Karantina (BMK) 2023 di Semarang, Jawa Tengah, Minggu (19/3).

Penyampaian itu di depan 47 Kepala UPT di bawah Badan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu (BKIPM) yang salah satu tugasnya menjaga lalu lintas produk perikanan di dalam negeri, maupun yang datang dari luar negeri.

“Kita perlu menjaga ikan agar tetap sehat dan bermutu, dan satu lagi yang sangat penting dan menjadi isu global, keamanan hasil perikanan dari ancaman polusi plastik di laut yang akan berdampak buruk pada biota laut. Itu tadi, konsumsi mikroplastik oleh ikan,” jelasnya.

Dia bilang kesadaran seputar polusi plastik di laut telah meningkat secara signifikan dalam dua dekade terakhir. “Saya juga ingatkan ancaman kandungan mikroplastik di tubuh ikan itu bukan hanya dicegah saja, namun kita harus tahu juga, daging ikannya dari WPP berapa, itu harus ditest, jika diketahui sudah mengandung mikroplastik, maka harus dilarang penangkapan ikan di WPP tersebut. Ini soal menjaga kesehatan umat manusia,” jelas Trenggono.

baca juga : Bioplastik: Si Pencegah Mikroplastik Terkini

 

Tangkapan ikan yang-baru didaratkan oleh nelayan di Pelabuhan-Pendaratan Ikan (PPI) Dufa-dufa, Kota Ternate, Maluku Utara. Foto : Mahmud Ichi/Mongabay Indonesia

 

Pencemaran plastik di laut merupakan bahaya lingkungan utama dan dapat menyebabkan berbagai dampak kesehatan pada organisme laut, termasuk mati lemas, terjerat, dan terkontaminasi.

“Kondisi tersebut harus diartikan oleh BKIPM untuk menjalankan tugasnya, terus melakukan pelayanan optimal dalam memberikan jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan serta meningkatkan sistem ketertelusuran (traceability),” terang Trenggono.

Sementara itu, Kepala BKIPM Pamuji Lestari menyebut jajarannya telah menyusun petunjuk teknis terkait pelaksanaan BMK 2023. Melalui BMK, Tari berharap bisa mengedukasi masyarakat tentang pentingnya mengonsumsi ikan bermutu sekaligus mengurangi penggunaan plastik demi laut yang sehat. “Laut sehat, bersih dari polusi sampah akan menghasilkan Ikan sehat bermutu,” tutur Tari.

Sebagai informasi, BMK 2023 mengusung tema “Peran BKIPM dalam Penjaminan Mutu Ikan Sehat, Bermutu dan Bebas Mikroplastik. Kegiatan ini akan berlangsung hingga Juli 2023. Selama BMK, 47 UPT BKIPM di seluruh Indonesia akan melakukan membagikan paket ikan sehat bermutu. dan ada edukasi dalam bentuk bimbingan teknis (Bimtek) kepada pelaku usaha terkait syarat ekspor serta sosialisasi dampak mikroplastik terhadap makanan.

 

Exit mobile version