Mongabay.co.id

Makan Kangkung Bikin Kita Ngantuk, Benarkah?

 

 

Kangkung yang kita kenal terdiri kangkung darat dan kangkung air.

Anna Laksanawati H. Dibyantoro dalam bukunya berjudul Rampai-rampai Kangkung yang diterbitkan Balai Penelitian Tanaman Sayuran tahun 1996 menjelaskan perbedaan ini.

Kangkung darat memiliki ciri khusus pada daunnya, yaitu kecil dan runcing. Warna batangnya hijau keputih-putihan, tumbuh di lahan kering atau tegalan.

Sedangkan kangkung air, daunnya lebih besar dan ujungnya tidak begitu runcing. Daun jenis ini memiliki batang hingga 7 sentimeter. Biasanya tumbuh di tempat basah dan berair, seperti sawah, rawa, atau parit.

“Kangkung darat lebih banyak bijinya ketimbang kangkung air.”

Meski berbeda habitat, keduanya memiliki persamaan, yaitu warna bunga.

“Keduanya mempunyai bunga yang putih, pink, atau merah ungu,” tulis Anna.

Anna menjelaskan, kangkung berasal daerah Benua Asia yang beriklim tropis, yaitu India dan China. Namun seiring waktu, negara-negara di Asia Tenggara yang lebih banyak menanam,   seperti Indonesia, Malaysia, hingga Myanmar. Tak ketinggalan, negara-negara di Benua Australia dan Afrika juga turut menanam.

Fakta menarik adalah, tahun 2017 lalu, sebanyak 710 ton bibit kangkung asal Indonesia menembus pasar Jepang. Bahkan tahun 2018, kita mengekspor bibit kangkung ke negara asalnya China, sebanyak 140 ton.

Baca: Kapulaga, Rempah Asli Indonesia yang Mendunia

 

Kangkung sambal yang menggugah selera makan. Foto: Pixy.org/Public Domain

 

Bikin ngantuk?

Asosiasi Keluarga Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, merekomendasikan masyakarat untuk mengkonsumsi kangkung. Sebab, tanamam ini kaya zat besi serta Vitamin A dan C. Adapun bagian yang menyimpan nutrisi paling penting, yaitu puncuk daun dan batang muda.

Kangkung juga memiliki serat tinggi dan mengandung senyawa fitokimia, yaitu komponen bioaktif dan antioksidan alami bagi tubuh. Senyawa ini dapat mencegah penyakit disebabkan  radikal bebas dan mencegah pertumbuhan sel kanker.

Lalu benarkah kangkung membuat kita ngantuk?

Dari catatan Asosiasi Keluarga Gizi, ternyata mitos itu belum ada bukti ilmiahnya. Adapun pendapat yang mendekati kebenaran untuk menjawab mitos tersebut dikarenakan kandungan zat sedatif.

“Zat ini menyebabkan orang merasa tenang, sehingga berpotensi membuat ngantuk.”

Namun jawaban ini belum tentu benar, sebab tingkat respons sedatif setiap orang berbeda.

Baca: Buah Naga dan Hal Menarik Penamaannya

 

Kangkung yang mudah ditanam dan dibudidayakan. Foto: Wikimedia Commons/Judgefloro/Public Domain

 

Mengutip alodokter, kangkung memiliki kandungan triptofan yaitu protein untuk memproduksi serotonin di tubuh yang dapat berfungsi memperlambat kerja saraf otak. Kemungkinan, bisa diduga zat tersebut dapat menyebabkan ngantuk.

“Namun, kondisi ini belum dapat dipastikan, masih diperlukan penelitihan lebih lanjut. Jadi, belum tentu kangkung membuat kita ngantuk.”

Tanda pasti penyebab ngantuk adalah gaya hidup tidak sehat, seperti kurang tidur di malam hari atau mengkonsumsi makanan terlalu banyak.

“Kurang gerak dan efek samping obat atau penyakit kronis tertentu merupakan penyebab ngantuk,” jelas tulisan tersebut.

Baca juga: Lemea, Kuliner Khas Bengkulu Berbahan Rebung

 

Kangkung air yang sering kita olah sebagai sayuran. Foto: Ahmad Supardi/Mongabay Indonesia

 

Kangkung air menurunkan limbah

Selain untuk kesehatan, kangkung juga baik untuk meringankan kadar limbah di sungai hingga rawa-rawa.

Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian Maslinda dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Mulawarman, berjudul “Efektifitas Penggunaan Tanaman Kangkung Air [Ipomoea aquatica] Dalam Menurunkan Kadar Amonia [NH3] Dan COD [Chemical Oxygen Demand] Pada Limbah Cair Pabrik Tahu Di Lok Bahu Samarinda.”

Maslinda melakukan penelitian pada November hingga Desember 2021. Ini dikarenakan, pabrik tahu yang berdiri sejak 2003 tersebut tidak memiliki instalasi pengolahan air limbah [IPAL].

Peneliti menanam kangkung di air terdampak limbah tahu. Hasilnya, berpengaruh pada penurunan kadar amonia sebesar 46 persen menggunakan variasi waktu 2 hari, 4 hari, dan 6 hari. Penurunan terbesar terjadi pada hari ke-6 perlakuan, yaitu sebesar 17,8772 mg/L.

“Sedangkan di bak kontrol yang tidak diberikan perlakuan hanya menurunkan amonia sebesar 13 persen, yaitu 28,8766 mg/L pada hari ke-6 penelitian,” tulisnya.

Penggunaan tanaman kangkung air juga berpengaruh terhadap penurunan kadar COD dengan efektivitas sebesar 39 persen, menggunakan variasi waktu 2 hari, 4 hari, dan 6 hari. Penurunan terbesar terjadi pada hari ke-6 perlakuan yaitu sebesar 110,7762 mg/L.

“Sementara pada bak kontrol yang tidak diberikan perlakuan, hanya mampu menurunkan COD sebesar 12%, yaitu 158,8872 mg/L pada hari ke-6 penelitian,” jelasnya.

 

Exit mobile version