Mongabay.co.id

Penampakan Bayi Hiu Hantu Langka di Lepas Pantai Selandia Baru

 

Tubuhnya tembus cahaya, bertekstur kenyal, tetapi siripnya gelap dengan kelopak mata hitam. Pernahkah Anda melihat gambaran spesies ikan seperti itu? Jika belum pernah, sangatlah wajar. Sebab ini adalah spesies hiu yang hidup di laut dalam.

Penampakan spesies yang kerap disebut “hiu hantu” itu memang sangat jarang. Apalagi untuk hiu yang baru menetas sebab mereka masih berada di dasar laut. Para peneliti dari National Institute of Water and Atmospheric Research (NIWA) tak sengaja menemukan bayi hiu hantu yang baru menetas atau neonatus ini tersangkut jaring selama penelitian mereka di Selandia Baru.

Bayi hiu aneh itu rupanya berasal dari spesies chimaeras. Mereka berkerabat dengan hiu dan pari. Sebab kerangka tubuhnya sama-sama terbuat dari tulang rawan.

baca : Pertama Kalinya Hiu Hantu Terekam Kamera. Ini Penampakannya…

 

Hiu hantu yang baru menetas ditemukan oleh peneliti saat sedang penelitian di laut Selandia Baru. Ini mungkin milik salah satu dari 50 spesies chimaeras, penghuni laut dalam. Foto : Brit Finucci

 

Kenapa embrio hiu hantu jarang diteliti? Menurut peneliti NIWA, embrio hiu hantu berkembang dalam kapsul telur yang berada di dasar laut. Di sana, embrio yang terbungkus memakan kuning telur sampai tiba waktunya untuk menetas. Embrio chimaera butuh antara 6 hingga 12 bulan untuk menetas. Tim menduga hiu hantu yang mereka temukan baru menetas karena perutnya masih dipenuhi kuning telur.

“Mengingat ukurannya yang kecil dan habitatnya yang sangat dalam, anakan hiu hantu adalah pemandangan yang sangat langka untuk diamati. Anda dapat mengetahui hiu hantu ini baru menetas karena memiliki perut penuh kuning telur,” kata Brit Finucci, seorang ilmuwan perikanan NIWA seperti dikutip dari Live Science, Jumat (11/3).  Menurut penjelasan Finucci, sebagian besar chimaeras yang telah mereka amati berukuran dewasa. Sehingga mereka tidak memiliki data untuk hiu yang baru menetas.

Chimaera sendiri memiliki perbedaan dari hiu pada umumnya. Perbedaan itu misalnya terlihat dari keberadaan satu insang di kedua sisi tubuh chimaera. Penghuni perairan dalam ini hanya tumbuh lebih dari enam kaki. Uniknya, mata chimaera dilapisi jaringan reflektor yang membuat mereka tampak bersinar memantulkan cahaya sehingga mirip seperti “hantu” di gelapnya laut dalam.

Sirip dada dan panggul Chimaera yang besar memungkinkan mereka berenang dengan jarak yang lebih jauh dengan sedikit energi. Mata besar memungkinkan mereka untuk menyerap cahaya sebanyak mungkin di kedalaman tanpa matahari. Moncong yang menonjol, sangat sensitif terhadap medan listrik dan gerakan, itu adalah senjata mereka untuk mencari mangsa di pasir.

baca juga : Hiu Greenland, Si Lamban yang Berumur Panjang

 

Hiu hantu “chimaera” dewasa di lepas pantai California Tengah pada 2007. Foto : MBARI

 

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Finucci, ada sekitar 52 spesies chimaera yang telah diketahui, tetapi para peneliti menduga ada lebih banyak lagi yang belum teridentifikasi. Peneliti juga belum punya data berapa lama Chimaera bisa hidup dan bagaimana mereka bereproduksi. Kurangnya informasi mengenai siklus hidup spesies membuat pemantauan populasi chimaera menjadi sulit.

Dalam studi Fish and Fisheries tahun 2020 yang ditulis bersama oleh Finucci, menunjukkan bahwa 16 persen dari semua spesies hiu hantu terancam atau hampir terancam. Sayangnya, data mengenai Chimaera baru 15, sehingga spesies hiu hantu dapat punah sewaktu-waktu sebelum para peneliti punya waktu untuk mempelajarinya.

Bagi para peneliti, dengan ditemukannya spesies remaja Chimaera bisa menjawab beberapa rahasia yang belum terungkap dari spesies tersebut. Dari spesies Chimaera yang dipelajari, diketahui bahwa ukuran anakan hingga dewasa memiliki habitat yang berbeda.

“Menemukan hiu hantu ini akan membantu kita lebih memahami biologi dan ekologi kelompok ikan laut dalam yang misterius,” jelas Finucci.

Dengan data dan informasi tentang chimaera, para peneliti bisa memberikan laporan mengenai kondisi dan habitat spesies ini kepada stakeholder terkait, sehingga Chimaera bisa tetap lestari “menghantui” laut dalam. Setidaknya, para pemangku kebijakan bisa mengendalikan pencemaran plastik di lautan.

 

Sumber: Live Science

 

Exit mobile version