Mongabay.co.id

Apa Bedanya Kucing Kecil dan Kucing Besar?

 

 

Apa perbedaan utama kucing kecil dan kucing besar? Apakah dari ukuran tubuh?

Erwin Willianto, dari Save Indonesian Nature & Threatened Species [SINTAS] Indonesia dan anggota Fishing Cat Working Group menuturkan, kategori kucing besar dan kucing kecil bukan dilihat dari ukuran tubuh hewan tersebut. Namun, dari suara yang dihasilkan.

“Kucing besar ditandai dengan kemampuan mengaum, sedangkan kucing kecil hanya mendengkur,” terangnya, pertengahan April 2023.

Perbedaan ini dipengaruhi anatomi tenggorokan, yaitu tulang hyoid yang menghubungkan langit-langit mulut dan lidah. Pada kucing besar, tulang ini lunak dan lentur, yang memungkinkan mereka mengeluarkan suara mengaum. Sedangkan pada kucing kecil, tulang hyoid keras dan kaku, yang membuatnya mendengkur ketimbang mengaum.

“Dari ciri tersebut, kucing liar di Indonesia yang masuk katagori kucing besar adalah harimau sumatera, sisanya kucing kecil,” terangnya.

Baca: Kucing Batu, Jenis Kucing Liar yang Mirip Macan Dahan

 

Macan dahan yang hidup di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Foto: Ben Buckley/Borneo Nature Foundation

 

Sebaran terbatas

Sebaran kucing liar Indonesia juga terbatas di pulau-pulau tertentu. Misal, harimau sumatera yang hanya hidup di belantara hutan Sumatera. Macan dahan hanya ditemukan di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Kucing emas ditemukan di Sumatera dan Kalimantan. Kucing batu hidup di Sumatera dan Kalimantan. Kucing tandang ada di Sumatera dan Kalimantan.

Lalu macan tutul jawa, kucing bakau, dan kucing hutan hanya ditemukan di tiga pulau besar Indonesia, yaitu Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Sedangkan kucing merah hanya ada di Pulau Kalimantan.

“Semuanya terancam karena perburuan, hingga alih fungsi hutan menjadi perkebunan, pertambangan dan permukiman,” lanjut Erwin.

Sedangkan ancaman dari kucing liar itu sendiri, jelas Erwin, adalah reproduksi yang rendah. “Mereka tidak mudah bunting dan melahirkan seperti tikus putih domestik.”

Berdasarkan kriteria Daftar Merah IUCN, baik kucing besar maupun kucing kecil yang hidup di Indonesia itu rata-rata berstatus Hampir Terancam Punah [Near Threatened], Rentan [Vulnerable], Genting [Endangered], bahkan Kritis [Critically Endangered].

Baca: Mengenal 9 Jenis Kucing Terbesar di Planet Bumi

 

Harimau sumatera yang ruang hidupnya menyempit karena habitatnya terganggu. Foto: Shutterstock

 

Kucing besar yang punah

Hariyo T. Wibisono, Direktur Sintas Indonesia, menjelaskan pernah ada tiga kucing besar di Indonesia yang sangat kharismatik. Mereka berasal dari subspesies harimau, yaitu harimau sumatera, harimau jawa, dan harimau bali. Sayangnya dua nama terakhir sudah punah.

Harimau jawa secara resmi dinyatakan punah sekitar tahun 1970-an sampai 1980-an. Jenis ini dulunya hidup di kawasan hutan hujan Pulau Jawa. Penyebab utama punah adalah alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian dan perburuan liar. Tubuh harimau jawa hampir sama dengan harimau sumatera, namun dibanding harimau bali, ukurannya lebih besar.

Sedangkan harimau bali pernah hidup di kawasan hutan hujan kepulauan Bali. Informasi terakhir, kucing besar ini ditembak pada tahun 1925. Kemudian dinyatakan punah secara resmi pada 27 September 1937. Penyebab punah karena hilangnya habitat dan perburuan.

“Populasi harimau lainnya di alam juga terus mengalami tekanan,” kata Doktor Wildlife Ecology, University of Delaware, kepada Mongabay Indonesia, pertengahan April 2023.

Baca juga: Wawancara Profesor Gono Semiadi: Harimau Jawa Sudah Punah Secara Ilmiah

 

Tengkorak kepala harimau jawa yang menunjukkan satwa ini pernah hidup di Pulau Jawa. Foto: Rahmadi Rahmad/Mongabay Indonesia

 

Keberadaan harimau sumatera saat ini juga terancam perburuan, perdagangan bagian tubuh untuk dijadikan obat maupun ornamen, berkurangnya satwa mangsa, konflik manusia-harimau, serta rusaknya habitat.

Ancaman lain adalah penyakit satwa seperti Canine Distemper Virus yang menyerang harimau dan Asian Swine Fever yang menyerang satwa mangsa yaitu babi hutan.

Hariyo berharap, keberadaan kucing besar maupun kucing kecil di Indonesia terus terjaga di habitatnya. Sebab mereka bernilai penting bagi ekosistem.

“Satwa ini merupakan pemangsa puncak yang mengendalikan populasi satwa-satwa mangsanya, seperti babi hutan atau tikus yang dapat menjadi hama pertanian,” paparnya.

 

Exit mobile version