Mongabay.co.id

Laut Tercemar Minyak Hitam, Ratusan Nelayan Batam Tak Bisa Melaut

 

Arianto kaget, kala pagi hari hendak menimba air laut dalam sampannya. Ia menemukan pasir yang biasanya putih berubah menjadi hitam pekat, begitu juga air lautnya. Perlahan air pasang membawa minyak hitam itu terus menumpuk ke bibir pantai. Baunya juga menyengat.

Kondisi itu, tepaksa membuat Arianto balik badan. Padahal, awal Mei ini cuaca baru saja membaik, setelah dihantam gelombang ekstrem angin utara yang membuat nelayan tidak bisa melaut. “Kalau kami nelayan, melaut itulah yang diharapkan, habis itu tidak ada lagi,” ujarnya, Rabu, 3 Mei 2023.

Kejadian pencemaran laut ini terus berulang di perairan Kepri. Kali ini arus laut membawa minyak hitam itu ke pesisir Kampung Melayu, Batu Besar, Kota Batam. Arianto dan ratusan nelayan lainnya terpaksa tidak meluat, begitu juga beberapa destinasi pantai tutup.

Kampung Melayu terdapat di sebelah timur pulau Batam. Kawasan ini berhadapan langsung dengan laut lepas atau OPL (Out Port Limited) bagian Timur. Di OPL ini kapal tanker lalu lalang, sedangkan di pesisirnya nelayan kecil mencari peruntukan.

Tumpahan limbah minyak hitam berdampak kepada nelayan pesisir. Selain membuat ikan di pesisir Kampung Melayu hilang, pencemaran ini juga membuat kapal dan jaring nelayan rusak. “Kami jelas terdampak sekali, nelayan kampung melayu ini adalah nelayan pinggir,” kata Arianto.

Setiap hari nelayan di Kampung Melayu mencari ikan karang, dingkis, udang hingga kepiting. Akibat kejadian pencemaran ini, kata Anto, sudah dipastikan tidak ada lagi ikan yang bisa ditangkap nelayan untuk dijual.

“Kalau nelayan ini, pendapatan tidak menentu, kalau dapat ya dapat, tetapi kalau sudah begini (pencemaran limbah) sudah jelas tidak dapat, bagaimana mau dapat turun kelaut saja tidak bisa,” kata Anto yang sudah sejak kecil melaut di Kampung Melayu.

baca : Tumpahan Minyak Hitam Kembali Cemari Laut Batam, Siapa Pelakunya?

 

Beberapa petugas membersihkan minyak hitam yang mencemari pesisir laut Kampung Melayu, Batu Besar, Kota Batam, Rabu 3 Mei 2023. Foto : Yogi Eka Sahputra/Mongabay Indonesia

 

Kejadian seperti ini bukan pertama kali yang dialami nelayan Kampung Melayu. Beberapa tahun lalu kejadian serupa terjadi, tetapi tidak separah sekarang. “Ini lebih parah, kalau mau dibersihkan butuh waktu satu bulan ini,” kata Anto.

Anto berharap, pemerintah memberikan bantuan berupa sembako kepada nelayan yang terdampak. Karena, akibat pencemaran minyah limbah B3 nelayan tidak bisa melaut sama sekali. “Bagaimana mau melaut, boat kotor, ikan tak ada, jangankan ikan, kita napas saja susah, bauknya menyengat,” katanya.

Pokmaswas Laut Biru Batu Besar Muhammad Idris mengatakan, kejadian awal ditemukannya limbah B3 berbentuk minyak hitam itu pada pukul 07.00 wib. “Minyak hitam berasal dari tengah laut kemudian terbawa arus ke pesisir pantai Kampung Melayu,” kata Idris.

Setidaknya, diperkirakan sebanyak 11 kelompok nelayan, terdiri dari 10 sampai 25 orang tiap kelompok terdampak. “Padahal awal Mei ini waktunya cari nafkah karena angin timur,” kata pria yang akrab disapa Apek itu.

Apek berharap pemerintah mencarikan bantuan untuk nelayan selama masa pemulihan pantai dari pencemaran limbah minyak hitam. Apalagi diperkirakan pemulihan akan berlangsung selama satu bulan kedepan.

Kepala Bidang Pengawasan dan Penindakan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) IP mengatakan, konpensasi ataupun bantuan untuk nelayan terdampak harus diberikan oleh pelaku pencemaran lingkungan, bukan lah dari pemerintah setempat. “(Bantuan pemerintah) tidak ada, aturannya yang bayar pelaku pencemaran,” kata IP saat ditemui di Pesisir Kampung Melayu, Rabu, 3 Mei 2023.

Ketua Komisi II DPRD Kepri Wahyu Wahyudin minta pemerintah memperhatikan saol bantuan nelayan. Pasalnya dampaknya bisa sampai satu bulan bahkan dua bulan. “Ini harus diusut pelakuknya, ini tidak mungkin tidak sengaja, sudah pasti sengaja karena kalau tidak sengaja pasti sudah tahu kapalnya,” kata Wahyudin.

baca juga : Tak Ada Solusi: Minyak Hitam Kembali Cemari Laut Bintan, Ekosistem Rusak

 

Beberapa petugas dari berbagai intansi berjibaku membersihkan minyak hitam yang mencemari pesisir laut Kampung Melayu, Batu Besar, Kota Batam, Rabu 3 Mei 2023. Foto : Yogi Eka Sahputra/Mongabay Indonesia

 

Diduga Dari Kapal Terbakar

Beberapa instansi berjibaku membersihkan limbah b3 di Pantai Kampung Melayu, Batu Besar, Batam, Rabu, 3 Mei 2023. Pembersihan dilakukan dengan cara mengumpulkan minyak kemudian memasukkannya ke dalam drum yang sudah disediakan.

“Tahap awal, kita melakukan penanggulangan pembersihan agar minyak tidak meluas, tahap kedua kita akan mencari sumber minyak ini berasal,” kata M Takwin, Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) khusus Batam saat meninjau di lokasi kejadian.

Pembersihan sementara dilakukan menggunakan absorbent boom dan absorbent pad. Alat tersebut berguna menyerap minyak hitam yang berada di pesisir pantai. “Dugaan sementara limbah ini merupakan BBM jenis MFO (Marine Fuel Oil) atau bisa jadi juga aspal, nanti kita pastikan, tunggu hasil pemeriksaan DLH (Dinas Lingkungan Hidup) Kota Batam,” kata Takwin.

Direktorat Reserse Khusus (Direskrimsus) Polda Kepulauan Riau (Kepri) Kombser Pol Nasriadi mengatakan, limbah minyak hitam itu diduga berasal dari kapal MT Pablo berbendera Gabon dengan Rute China-Singapura yang terbakar di perairan lepas Malaysia. “Minyak kemudian terbawa arus ke perairan Batam,” kata Nasriadi, Rabu, 3 Mei 2023.

Begitu juga yang dikatakan Kepala Bidang Pengawasan dan Penindakan Dinas DLH Kota Batam IP. Informasi yang dihimpunnya untuk sementara waktu minyak diduga berasal dari laut lepas timur yang dekat dengan Malaysia. Berdasarkan laporan satelit Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memang terjadi tumpahan minyak di perairan internasional.

baca juga : Sudah 10 Tahun, Limbah Minyak Hitam Cemari Laut Bintan

 

Seorang petugas KPLP mengambil sampel minyak hitam yang mencemari pesisir laut Kampung Melayu, Batu Besar, Kota Batam, Rabu 3 Mei 2023. Foto : Yogi Eka Sahputra/Mongabay Indonesia

 

Setidaknya, dari laporan tersebut terdapat tiga titik tumpahan minyak, dengan total luas mencapai 13.7 kilometer. “Kita menduga juga berasal dari situ, itukan luas sekali tumpahannya, dan terbawa aruslah ke Batam ini,” kata IP.

Ia melanjutkan, petugas DLH sudah mengambil sampel minyak tersebut. Setelah itu akan dilakukan pemeriksaan jenis sampel untuk dicocokan dengan jenis minyak di kapal terbakar di perairan Malaysia tersebut.

Analisa sementara, kata IP, limbah minyak hitam yang tersebut masih terlihat baru dan belum dipakai. Selain itu, bisa dikategorikan limbah ini merupakan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun) tingkatan satu atau paling berbahaya.

 

 

Exit mobile version