- Minyak hitam yang diduga dibuang oleh kapal melintas di laut lepas di Kepulauan Riau kembali mencemari pesisir Kabupaten Bintan.
- Akibat tidak ada solusi, kejadian ini sudah berulang setiap tahunnya sejak puluhan tahun lalu.
- Sampai sekarang masyarakat maupun perangkat desa berada di kondisi sudah pasrah. Mereka tidak bisa berbuat banyak.
- Kejadian kali ini bahkan tidak hanya mencemari pantai, tetapi juga merusak keramba, alat tangkap nelayan, hingga membuat lamun di sepanjang pantai mati.
Rina kaget melihat permukaan laut di depan Bamboo Beach, Desa Teluk Bakau, Kecamatan Gunung Kijang, Bintan, Kepulauan Riau, yang dikelolanya mengkilat seperti bayangan tumpahan minyak. Siang itu kawasan pantai yang dikelolanya masih bersih seperti biasanya. Bamboo Beach merupakan salah satu pantai terkenal dengan pasir putih dan indah di Bintan.
Namun, menjelang sore hari ketika air laut surut, perlahan pantai dengan pasir putih itu berubah menjadi hitam pekat. Rina sudah mengira, pencemaran tumpahan minyak hitam kembali di terjadi di pantainya, Jumat, 24 Maret 2023. “Ketika di atas permukaan laut tidak nampak hitam, hanya bentuk minyak, tetapi ketika air laut surut pantai berubah jadi hitam,” kata wanita 40 tahun itu.
Minyak hitam tidak hanya menempel di pantai, tetapi juga mencemari keramba, tiang-tiang rumah, pohon mangrove hingga padang lamun yang ada di sekitar pantai. Minyak tersebut kata Rina, berbentuk oli hitam, lengket, dan kental. “Lihat saja padang lamun sudah hitam semua, bisa dipastikan ada yang mati,” katanya, Selasa, 28 Maret 2023.
Ekosistem Laut Rusak
Bamboo Beach tidak hanya menyediakan pantai yang bersih untuk wisatawan. Tetapi mereka juga memiliki restoran seafood yang cukup terkenal di Bintan. Berbagai jenis seafood terdapat disini, baik yang berbahan dasar ikan, lobster, udang dan lainnya.
Seafood itu dipasok dari nelayan lokal setiap minggu. Rina bisa mengambil hasil tangkapan nelayan rata-rata setiap minggunya sampai Rp15 juta. Ikan hingga lobster itu disimpan di keramba dekat pantai Bamboo Beach. “Yang paling menyusahkan kepiting, dan gonggong, kerang, yang kita tampung rata-rata mati,” katanya.Ia memperkirakan, total seafood yang mati bernilai sekitar Rp10 juta.
Saat ini tidak hanya menutup pantai untuk sementara waktu, Rina juga tidak menerima ikan, udang atau lobster dari nelayan lagi. “Untuk sementara kita stop dulu, gimana mau distok, tamu tidak ada karena pantai kotor,” kata Rina.
baca : Tumpahan Minyak Hitam Kembali Cemari Laut Batam, Siapa Pelakunya?
Minyak hitam tidak hanya mencemari pesisir pantai, tetapi juga mencemari polusi udara. Tumpukan minyak hitam yang menempel di pantai maupun di tiang keramba mengeluarkan bau tidak sedap. “Baunya juga busuk dan menyengat, seperti kita berada di dalam sebuah ruangan mesin,” kata Rina.
Rina tidak mengetahui sumber minyak hitam itu. Dugaan selama ini berasal dari laut lepas. Kemudian terbawa arus ke pesisir Bintan. Ia sangat terganggu karena pantai kotor dan tamu tidak bisa menikmati pantainya. “Tamu yang sudah terlanjur datang kesini, terpaksa balik kanan, karena tidak bisa dipakai ini pantai,” katanya.
Kejadian sama pernah terjadi pada tahun 2022, tetapi tidak separah sekarang. Tahun lalu hanya berbentuk biji-bijian kecil, kalau dibawa arus surut kemudian itu hilang. Tetapi sekarang ini ketika air surut minyak itu menempel di pesisir laut.
Rina sudah melaporkan pencemaran minyak hitam ini beberapa instansi mulai dari PSDKP Bintan, DKP Provinsi Kepulauan Riau, Syahbandar, Babinsa dan lainnya. “Beberapa dari mereka sudah datang kesini, untuk mengambil foto,” katanya.
Tidak hanya Bamboo Beach, Rina juga mengatakan, pantai yang lainnya juga nampak hitam. “Yang saya tahu pasti hitam, Stavilla, White Sand, pantai Gunawan sampai Agro Beach sepertinya terdampak semua,” katanya.
Rina tidak tau sampai kapan bekas minyak hitam yang menempel ini bisa bersih. Tidak hanya menempel di tiang-tiang restoran panggungnya, tetapi juga di padang lamun. “Ini paling parah, biasanya langsung hilang,” katanya.
Pulau Bintan memang salah satu ekosistem padang lamun, padang lamun menjadi makanan dugong yang ada di pesisir pulau ini. Menurut Rina, padang lamun sudah bisa dipastikan mati karena sangat sensitif. “Kita sudah lapor sana sini, kita nggak tahu kapal mana yang buang limbah minyak, ini sumbernya laut lepas luar sana, karena dibawa ombak arus sampai kesini,” katanya.
baca juga : Sudah 10 Tahun, Limbah Minyak Hitam Cemari Laut Bintan
Perangkat Desa Pasrah
Kejadian tumpahan minyak ini sudah hampir terjadi setiap tahun di Kabupaten Bintan. Hampir sekeliling pulau ini dapat bagian. Jenis minyak yang mencemari laut juga berbeda-beda bentuk, ada yang dibuang menggunakan kantong plastik, karung, dan ada juga minyak berbentuk gumpalan-gumpalan.
Perangkat Desa Teluk Bakau tidak bisa berbuat banyak ketika ada kejadian seperti ini. Bagi mereka kondisi itu sudah menjadi hal biasa. Meskipun dibersihkan dengan gotong royong kejadian sama akan terulang lagi.
Seperti yang disampaikan Ketua RT 02 RW 01 Desa Teluk Bakau Kurnia. Ia sudah menerima laporan terkait pencemaran minyak hitam tersebut dari masyarakat. Tetapi pihaknya tidak bisa berbuat banyak. “Ya pasrah aja setiap tahun seperti itu sih,” katanya.
Setiap tahun sepanjang pesisir Bintan ini kata Kurnia, selalu mendapatkan kiriman limbah hitam. Ia juga tidak melaporkan kejadian ini ke instansi terkait, karena dianggap sudah lumrah. “Karena walaupun dibersihkan, nanti datang lagi pas air laut pasang,” katanya.
Kurnia mengatakan, tidak hanya mencemari laut tetapi juga merugikan nelayan sekitar. Setengan dari warga Teluk Bakau ini bekerja sebagai nelayan. “Akibat minyak hitam ini alat tangkap kena semua, nelayan pasti mengeluh,” katanya.
Biasanya kata Kurnia, minyak hitam yang menempel di pasir pantai akan hilang sendiri dan terbawa arus, tetapi minyak hitam yang menempel di tiang rumah, atau batang-batang mangrove memang cukup lama hilangnya. “Saya berharap jangan ada lagi sih, karena mengganggu nelayan pinggiran kita,” katanya.
baca juga : Ekosistem Laut Terancam Pencemaran Perairan
Koordinator Satuan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (SDKP) Tanjungpinang Heri Setiawan juga sudah turun ke lapangan. Namun sampai sekarang belum diketahui sumber minyak tersebut.
Heri mengatakan, tindakan saat ini pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Kepulauan Riau untuk langkah selanjutnya. “Ini sebenarnya tanggung jawab bersama, kami sudah koordinasi DKP Provinsi Kepri, kita pada prinsip mengikuti dan mendukung, jika memang ada upaya pembersihan pantai kita ikut,” katanya kepada Mongabay Indonesia, Selasa, 18 Maret 2023.
Hasil temuan di lapangan, kata Heri, kejadian tumpah minyak hanya di Bamboo Beach sekitarnya. “Kemarin informasinya hanya di daerah Bamboo, tidak banyak gitu,” katanya.