Mongabay.co.id

Sampah Plastik Jadi Ancaman Bagi Laut, Aksi Nyata Diperlukan

 

Sampah dari daratan yang masuk ke perairan dan laut sudah menjadi perhatian dunia. Bahkan, jika situasinya didiamkan seperti laju saat ini, maka diperkirakan pada tahun 2050 jumlah sampah plastik akan lebih banyak dari jumlah ikan yang ada di laut.

Lalu bagaimana dengan Indonesia? Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Jenna Jambeck, -seorang peneliti dari Universitas Georgia, Amerika Serikat, yang dipublikasikan pada 2015 lalu. Indonesia menjadi penyumbang sampah plastik terbanyak nomor dua di dunia.

Baru-baru ini, sebuah studi yang dilakukan Yayasan Konservasi Laut (YKL) Indonesia, menunjukkan fenomena ini. Lembaga ini menyebut bahwa jumlah ‘kebocoran’ sampah yang masuk ke laut di Makassar mencapai 100 ton per harinya. Sampah ini masuk melalui dua sungai besar dan 12 kanal yang ada di kota ini.

“Ini menjadi ancaman nyata  karena 80 persen sampah yang bocor ke laut berasal dari darat,” jelas Direktur YKL Indonesia, Nirwan Dessibali (10/6/2023). “Upaya yang sekarang kita dapat lakukan adalah melakukan kampanye eliminasi sampah plastik hingga 70 persen di tahun 2025.”

 

Indonesia darurat sampah plastik pantai. Sampah plastik yang ada di Pantai Madura. Foto: Gafur Abdulah/Mongabay Indonesia

Baca juga: Sampah Plastik dan Perubahan Iklim, Seperti Apa?

 

Pemerintah pun sebenarnya bukannya tinggal diam dengan masalah ini. Pembersihan pantai atau coastal clean up secara serentak telah dilakukan dalam rangka Hari Lingkungan Hidup 5 Juni 2023 lalu oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Kegiatan yang dipusatkan di kawasan pantai Banua Patra, Balikpapan, Kalimantan Timur ini serempak juga diikuti di 135 titik lokasi di 37 provinsi di seluruh Indonesia.

“Kegiatan bersih pantai sejalan dengan tagline HLH 2023, yaitu beat plastic pollution. Saatnya kita memerangi polusi sampah plastik,” jelas Siti Nurbaya Bakar, Menteri LHK melalui teleconference.

Dia menyebut, pengelolaan sampah plastik di Indonesia terus dievaluasi seperti apa yang terbaik, dan yang diharapkan masyarakat.

Di kancah internasional, Siti menyebut tengah dilakukan penyusunan perjanjian internasional yang mengikat (legally binding) dan mewajibkan semua negara terlibat dalam menghentikan polusi plastik.

“Saya percaya masyarakat Indonesia sudah siap untuk beat plastic pollution. Mari kita atasi bersama-sama, mengendalikan polusi sampah plastik,” sebutnya.

 

Aksi bersih pantai di Tanjung Bayang Makassar, Sulsel, diikuti oleh ratusan orang dari 64 komunitas, mahasiswa, warga dan instansi pemerintah. Foto: Wahyu Chandra/Mongabay Indonesia.

Baca juga: Ancaman Sampah Plastik bagi Kehidupan Manusia

 

Mulung Sampah di Pesisir Makassar

Dalam peringatan Hari Lingkungan Hidup di Makassar, aksi bersih pantai difokuskan di Pantai Tanjung Bayang, Makasssar. Kegiatan aksi bersih pantai bertajuk PLN Peduli bekerjasama dengan YKL-Indonesia pada Sabtu (10/06/2023).

Dari sekitar 930 peserta yang berasal dari 64 komunitas terdata oleh panitia, -di pantai sepanjang 500 meter ini berhasil dikumpulkan total sampah sebanyak  629,51 kg. Terdiri dari sampah organik sebanyak 253,25 kg dan non organik sebesar 376,26 kg.

Berdasarkan jenis sampah, temuan didominasi sampah plastik keras (98,51 kg) dan plastik lunak (69,52 kg). Sampah lainnya berupa logam (12,74 kg), karet (6,52 kg), styrofoam (4,81 kg), kaca (77,77 kg), kain (26,69), kayu (62,6), kertas (38,76 kg), organik sampah rumah tangga (151,89 kg), B3 berupa pecahan bohlam (29,62 kg), serta sampah lainnya sebanyak 50,08 kg.

“Hal yang menggembirakan, adanya keterlibatan seratusan murid SD dari berbagai sekolah. Keterlibatan mereka penting agar kesadaran akan bahaya sampah plastik sudah tertanam sejak dini,” jelas Adi Zulkarnen, koordinator kegiatan dari YKL-Indonesia

Dia menyebut kegiatan ini diikuti antusias oleh masyarakat. Ini melebihi target panitia yaitu 500 peserta.

“Ini menunjukkan betapa semangatnya kita dalam penanganan sampah, khususnya sampah plastik,” jelas Defiar Anis, Grand Manager PLN Unit Induk Pembangunan (IUP) Sulawesi yang juga turut menginisiasi kegiatan ini.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sulsel, Andi Hasbi Nur, menyatakan selain di Makassar, kegiatan serupa dilakukan di Danau Matano, Pangkep, Tallo, dan Paotere.

Dia menyampaikan bahwa aksi bersih bukan menjadi tujuan akhir atau solusi dalam penanganan sampah, namun menjadi penting karena turut melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi.

“Laut menjadi tempat sampah jika tidak dikelola dengan baik. Sementara kita di Sulsel suka konsumsi ikan, mikroplastik yang dimakan ikan jika dikonsumsi, kalau itu terakumulasi dapat menjadi penyebab tumor dan kanker,” pungkasnya.

 

***

Foto utama: Sampah plastik di laut yang mempengaruhi biota laut. Dok: Shutterstock

 

Exit mobile version