Mongabay.co.id

Unta Beri Pelajaran Berharga Hadapi Pemanasan Global

 

Kajian terbaru tentang pemanasan global menyebutkan suhu bumi diperkirakan naik di atas 3,28 derajat celcius pada 2100 jika kita tidak melakukan upaya serius untuk mencegahnya. Sementara menurut IPCC kenaikan 1,5 derajat celsius hanya bisa dicapai jika emisi karbondioksida berada pada level net zero, atau jumlah karbon yang dihasilkan dan yang disimpan haruslah sama pada awal 2050.

Sebagaimana kita tahu pemanasan global menyebabkan es di kutub mencair, permukaan air laut meningkat, dan pola iklim berubah. Krisis iklim yang terjadi ditandai peningkatan kejadian bencana alam, merebaknya berbagai penyakit, gagal panen, dan bertambahnya jumlah spesies yang punah.

Salah satu spesies yang mungkin bisa bertahan adalah unta. Binatang ini diketahui memiliki kemampuan beradaptasi yang sangat baik di lingkungan ekstrem. Unta bisa bertahan hidup di lingkungan yang panas, sulit air, dan makanan.

Krisis iklim membuat para peternak di wilayah Afrika melirik unta sebagai sumber daging dan susu. Mereka beralih dari sapi ke kambing dan unta yang lebih sedikit membutuhkan air dan makanan segar.

“Beberapa komunitas peternak lebih menyukai karena ketahanan iklimnya lebih besar, akibat toleransinya yang lebih tinggi terhadap kekeringan dan kelangkaan pakan, serta kapasitasnya untuk menghasilkan susu dan daging di semua musim,” tulis sebuah laporan yang dimuat di jurnal Nature Food, 2022 itu.

baca : Ilmuwan: Perubahan Iklim Mempercepat Kiamat Serangga

 

Dua ekor unta . Foto : Adamtepl/Pixabay

 

Di Afrika, budidaya ternak biasanya dilakukan dengan cara digembalakan. Ada sekitar 100 juta orang yang menggantungkan penghidupannya dari pola peternakan semacam itu. Sementara kajian yang dimuat dalam jurnal Climate and Development, 2023, mengungkap ternak dengan cara digembala memberikan jasa lingkungan tambahan. Selain efisiensi air, juga menjaga keanekaragaman hayati, dan memelihara bentang alam.

Itu terkait dengan pola makan unta. Unta makan hampir semua tanaman yang tumbuh di padang pasir. Mulai dari rumput baik kering maupun hijau, tanaman berduri, biji-bijian, juga pucuk pohon. Unta selain diambil daging dan susunya, juga digunakan sebagai hewan angkut. Ini memungkinkan unta berpindah-pindah di area yang luas dan jauh. Saat makan, biji tumbuhan yang tertinggal dalam feces pun tersebar.

Sebagai hewan ternak, unta sudah dibudidayakan sejak lama. Mengutip tulisan di International Journal of Zoology Studies, 2020, unta mengalami domestikasi di wilayah Arab sekitar lima ribu hingga enam ribu tahun lalu. Unta Arab atau dromedary camel (Camelus dromedarius) dicirikan dengan punuk yang berjumlah satu. Sementara unta Asia atau bactria camel (Camelus bactrianus) berpunuk dua.

“Terkait ketahanan pangan, unta punya keunggulan dibanding hewan ternak lainnya karena hewan ini bisa beradaptasi pada lingkungan kering dan sedikit curah hujan, yang tidak cocok untuk lahan pertanian dan peternakan. Seiring terjadinya degradasi lahan dan peningkatan populasi manusia, keberadaan unta menjadi kian penting,” tulis laporan itu.

Laporan itu juga menyertakan sejumlah keunggulan unta. Dalam hal konservasi air, unta Arab memiliki sistem pencernaan dan saluran kencing yang istimewa. Sapi mengeluarkan 20 hingga 40 liter air dari urin dan feces sehari, sementara unta Arab hanya 1,3 liter. Lambung unta juga bisa menyimpan air 20 persen dari berat tubuhnya. Menurut laporan itu, unta bisa minum hingga 110 liter dalam 10 menit. Hewan lain bisa mati karena terlalu banyak minum, atau mati karena kehabisan cairan lebih dari 30 persen berat tubuh. Sumber lain menyebut, unta bisa bertahan 14 hari tanpa minum.

baca juga : Akibat Perubahan Iklim, Bentuk Tubuh Hewan Bisa Berubah

 

Seekor unta di padang pasir Mongolia. Foto : pxfuel

 

Ginjal unta juga memainkan peran penting dalam menghemat air. Ketika dehidrasi, unta sangat sedikit mengeluarkan urin bahkan seringkali hanya berupa kristal garam. Saat tidak menemukan air tawar, unta diketahui bisa minum air garam. Unta juga bisa makan tumbuhan yang hidup di lingkungan bergaram.

Unta terkenal dengan kemampuannya beradaptasi di lingkungan yang panas. Unta memiliki kulit yang ditumbuhi bulu-bulu halus untuk melindunginya dari sengatan matahari. Sehabis minum, suhu unta antara 36 hingga 38 derajat celcius. Saat dehidrasi atau berada di panas terik, suhu unta berkisar 34 hingga 41 derajat celcius. Hebatnya, unta masih bisa bertahan hingga 15 hari dalam suhu 41 derajat celcius. Spesies lain seperti domba merino hanya bisa bertahan 2 hari.

Bulu mata unta panjang-panjang yang berguna melindungi dari sinar matahari sekaligus debu. Sementara hidung unta seperti celah yang bisa membuka menutup. Bentuk itu berguna untuk menghalangi debu masuk ke dalam paru-parunya. Celah itu sekaligus bisa menahan uap air dari napas yang dikeluarkan untuk diserap kembali sebagai upaya menghemat air.

Punuk onta berisi lemak yang digunakan sebagai cadangan makanan saat hewan ini kelaparan. Bibir unta didisain untuk bisa menjangkau makanan yang dipenuhi duri. Leher yang panjang memudahkan unta makan pucuk dahan. Kaki yang panjang membantunya menghindari panas yang berasal dari pasir di bawah sekaligus memberi jalan angin padang pasir bebas melewatinya untuk membuang panas tubuh.

baca juga : Asia Tenggara, Wilayah dengan Laju Kepunahan Satwa Tertinggi di Dunia

 

Unta yang berada di Kebun Binatang Surabaya. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia

 

Unta memilih waktu makan di pagi buta, sore, atau malam hari. Unta rebahan di pagi hari saat pasir belum terpanggang sinar matahari. Uniknya, saat terpaksa duduk di siang hari, posisi kepala unta akan mengarah pada matahari. Tujuannya agar lebih sedikit sinar matahari yang menyengat tubuhnya. Unta pun akan bergeser arah seiring dengan pergeseran matahari.

Unta dinilai lebih sedikit menghasilkan gas methana dibanding hewan ternak lain seperti sapi atau domba. Gas methana diketahui menyumbang sekitar 25 persen penyebab pemanasan global. Mengutip Guardian , unta menghasilkan gas methana lebih sedikit karena dia makan lebih sedikit dibanding hewan ternak lain. Unta telah beradaptasi untuk memaksimalkan kelangkaan makanan di gurun pasir dan mengubahnya menjadi energi. Mengutip Livescience, seekor unta rata-rata menghasilkan gas methana 46 kg per tahun. Sedangkan sapi bisa sampai 100 kg per tahun.***

 

Exit mobile version