Mongabay.co.id

Kemarau, Monyet Ekor Panjang Masuk ke Pemukiman, Ahli: Habitat Perlu Direhabilitasi

 

Begitu sinar matahari menyembul, kawanan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) berada di sekitar jalan perkampungan di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Banyumas, Jawa Tengah. Beberapa monyet terlihat mendekati rumah-rumah penduduk. Yang lainnya bergelantungan di atas pohon. Rumah-rumah penduduk terutama di sekitar kawasan Masjid Saka Tunggal, Cikakak telah ditutup.

Terlihat ada yang unik karena ada ban-ban bekas yang ditempelkan di pintu-pintu. Kalau ada motor yang parkir, di atasnya juga diletakkan ban. Monyet ekor panjang di situ takut dengan ban dan tidak jelas alasannya mengapa demikian. Hanya saja, warga menceritakan kalau dulu ada yang menabrak monyet sampai mati, sehingga akhirnya takut ban.

Namun demikian, dalam beberapa waktu terakhir, monyet ekor panjang semakin nekat masuk ke pemukiman. Di Cikakak, ada satu kelompok yang telah mengalami domestikasi. Yakni di seputaran Masjid Saka Tunggal. Namun, sekarang ada dua kelompok yang turun.

Warga setempat, Slamet (69) mengungkapkan sejak musim kemarau datang, tidak hanya monyet ekor panjang yang berada di sekitar Masjid Saka Tunggal saja, melainkan ada dua kelompok lainnya. “Dalam kondisi normal, kelompok monyet ekor panjang yang ada di sekitar masjid saja yang berkeliaran di sekitar pemukiman. Namun sesudah musim kemarau, ada dua kelompok lain yang datang yakni dari hutan pinus dan wilayah Gandarusa yang turun ke pemukiman,”katanya.

Ia menuturkan kemungkinan dua kelompok monyet yang turun ke pemukiman akibat di habitatnya sudah mulai kekurangan bahan makanan dan air. “Sehingga dua kelompok monyet ekor panjang tersebut turun ke pemukiman penduduk. Jumlahnya bisa mencapai 500-an ekor,”ujarnya.

baca : Perubahan Ekstrem Perilaku Monyet di Cikakak

 

Beberapa monyet ekor panjang berada di jalan Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Banyumas. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Kawanan monyet ekor panjang tersebut mencari air di Sungai Asahan yang mengalir membelah pemukiman Desa Cikakak. “Kalau rumah warga terbuka, maka monyet ekor panjang langsung ke rumah dan mengambil apa saja yang ada di rumah tersebut. Bahkan, ada belasan hingga puluhan monyet yang masuk ke rumah. Tidak hanya itu, ada juga yang mencari makan di pekarangan maupun perkebunan warga. Bahkan, hingga jarak 1 km dari habitat, habis semuanya,”jelas Slamet.

Menurutnya, kawanan monyet ekor panjang yang turun ke pemukiman pada musim kemarau karena di habitatnya sudah minim makanan. Selain itu, air juga berkurang. “Kalau musim kemarau makin panjang, maka kemungkinan kawanan monyet ekor panjang bakal semakin sering ke pemukiman penduduk,”katanya.

Warga lainnya, Jimun (58) mengaku cukup risau dengan datangnya kawanan monyet ekor panjang yang datang ke pemukiman penduduk. “Saya memiliki pohon mangga dan pisang, sekarang sudah habis. Kalau lupa menutup pintu rumah, dipastikan akan habis makanan di dalam rumah. Bahkan, kadang-kadang genting rumah dibuka. Saya tidak tahu bagaimana nanti jika kemaraunya panjang.”

Pegiat wisata alam, Dasirun, mengungkapkan dari penuturan warga, memang ada tiga kelompok monyet ekor panjang yang sekarang datang ke pemukiman warga. “Kerap, antarkelompok saling berebut makanan,”ungkapnya.

Masyarakat Desa Cikakak memang tengah galau. Sebab, mereka lebih waspada terhadap tingkah laku monyet ekor panjang. “Kewaspadaan itu salah satunya adalah menutup pintu rumah supaya tidak masuk untuk mencari makanan. Jika teledor sedikit, maka makanan di dalam rumah bakal habis,”tambahnya.

baca juga : Demi Menghibur Manusia, Monyet pun Tersiksa

 

Beberapa monyet ekor panjang berada di jalan Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Banyumas. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Ahli primata dan ekologi hewan dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Adifa Riza Bagasta mengatakan memasuki musim kemarau saat sekarang, ada sejumlah laporan dari daerah di mana monyet ekor panjang masuk ke pemukiman penduduk. “Saya mendapatkan banyak laporan mengenai monyet ekor panjang yang masuk ke pemukiman. Di antaranya dari Wonogiri, Gunung Kidul, Magelang dan Banyumas,”jelas Adifa saat diwawancarai Mongabay Indonesia pada Minggu (25/6/2023).

Menurutnya, turunnya monyet ekor panjang ke pemukiman karena habitat alaminya tidak lagi mampu mengcover kehidupan Macaca. Sumber makanan atau air yang menjadi penopang kehidupannya berkurang atau hilang. “Ini adalah sebuah mekanisme alami seekor makhluk hidup. Karena habitatnya mengalami perubahan, maka kemudian menyerang ke sawah, ladang atau bahkan masuk ke dapur pemukiman penduduk,”jelasnya.

Untuk memastikannya, Adifa bakal melakukan asesmen awal di lokasi. “Kemungkinan saya ke Banyumas pada awal Juli dan ingin melihat langsung apa yang sesungguhnya terjadi di lapangan. Misalnya saja, bagaimana kondisi habitat alami macaca. Misalnya, tingkat ketersediaan air dan bahan makanan apakah masih ada atau tidak. Termasuk kaitannya dengan fenomena El Nino,”ungkapnya.

Tetapi, dia belum dapat menyimpulkan bagaimana pengaruh El Nino. Karena untuk memastikannya membutuhkan asesmen di lapangan.

baca juga : Monyet Misterius Ini Hasil Hybrid Bekantan dengan Lutung Perak?

 

Sekawanan monyet ekor panjang berada di atas bangunan rumah yang rusak. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Bagaimana antisipasi ke depannya agar tidak berulang? “Kuncinya adalah melakukan perbaikan habitat. Ini dapat dimulai dari data genetiknya. Jadi, perlu ada riset awal secara cermat, misalnya, spesies apa saja yang menjadi makanan utama Macaca. Dari data tersebut, maka akan mendapatkan datanya termasuk prosentase jumlah yang dimakannya. Langkah berikutnya adalah menanami apa yang menjadi pakan utama monyet ekor panjang. Ini sangat penting untuk menciptakan ketersediaan pangan pada habitat mereka,”paparnya.

Menurut Adifa, prosesnya memang cukup panjang, karena harus ada riset awal dilanjutkan penanaman pohon yang menghasilkan pakan utama Macaca. “Ketika lingkungan atau habitatnya sudah layak, maka Macaca yang menginvasi permukiman dapat diusir ke habitat awalnya. Prosesnya panjang terutama menciptakan habitat yang layak dan tersedia cukup pakan,” ujarnya.

Adifa menyarankan supaya ada ada semacam jaring untuk membatasi pergerakan monyet ekor panjang. Tetapi yang paling penting adalah bagaimana merehabilitasi lingkungan habitat yang mempunyai ketersediaan pakan untuk monyet ekor panjang. (***)

 

Exit mobile version