Mongabay.co.id

Peran Sistem Logistik Ikan Nasional untuk Pengembangan Produksi Udang

 

Udang selalu menjadi komoditas andalan bagi Indonesia untuk mendulang devisa berlimpah di pasar internasional. Hewan air yang masuk kelompok krustasea itu, diketahui memimpin pasar ekspor produk perikanan bagi Indonesia dengan dominasi hingga mencapai 32,5 persen.

Potensi ekonomi yang terus mengembung itu, menjadikan udang satu-satunya komoditas perikanan yang konsisten ada di urutan teratas produk ekspor perikanan dari dalam negeri. Pasar internasional yang selalu jadi langganan, adalah Amerika Serikat, Jepang, Cina, ASEAN, dan Uni Eropa.

Namun, besarnya potensi ekonomi dari udang, dikhawatirkan suatu hari nanti bisa berubah, bahkan mengalami penurunan produksi. Untuk itu, diperlukan suatu perencanaan yang mendapat dukungan dari seluruh pemangku kepentingan dengan sistem transportasi yang baik.

Sistem yang bisa mendukung itu, tidak lain adalah sistem logistik ikan nasional (SLIN) yang akan berdampak positif pada rantai pasok udang dari hulu hingga ke hilir. Jika SLIN diterapkan, akan tercipta efisiensi dan tata kelola yang efektif.

Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (PDS KKP) Budi Sulistyo mengatakan kalau SLIN berperan sangat penting untuk meningkatkan daya saing produk perikanan.

“Seperti halnya komoditas udang melalui peningkatan produktivitas dan perbaikan tata kelola logistik di Indonesia,” ungkap dia belum lama ini di Jakarta.

baca : Mimpi Produksi Udang 2 Juta Ton Dimulai dari Kebumen

 

Diskusi tentang sistem pengembangan logistik udang yang diselenggarakan oleh KKP. Foto : KKP

 

Saat ini, KKP sudah menjalankan SLIN dan diharapkan bisa berdampak signifikan pada tata kelola udang secara nasional. Dengan demikian, pasokan udang akan selalu tersedia dengan mutu yang selalu terjaga dengan baik dan tentu saja akan memicu kestabilan harga di pasaran.

Dengan dampak yang baik, SLIN diharapkan bisa mendorong pertumbuhan industri udang secara nasional. Sekaligus, menjadi tulang punggung untuk menjaga mutu udang melalui penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan.

Direktur Logistik KKP Berny A Subki menambahkan, salah satu upaya agar SLIN bisa berdampak positif pada tata kelola udang nasional, adalah menguatkan peran Sulawesi Selatan sebagai salah satu sentra udang nasional.

Caranya, dengan menjadikan Sulsel sebagai salah satu pelabuhan utama (hub) distribusi udang untuk tujuan di dalam negeri dan pasar ekspor. Agar itu bisa berjalan baik, saat ini dilakukan peningkatan konsolidasi muatan melalui pemenuhan pasokan produk perikanan untuk tujuan ekspor dari wilayah Indonesia Bagian Timur.

Selain itu, peran Pelabuhan Soekarno Hatta di Makassar harus mengalami penguatan agar bisa ikut berperan menjadi hub dan pelabuhan pengumpan (spoke) untuk kegiatan ekspor produk perikanan dari Sulsel dan Indonesia Timur.

“Juga, mematangkan ketersediaan rute pelayaran langsung,” tutur dia.

baca juga : KKP Kembangkan Budi Daya Udang Berwawasan Lingkungan, Ini Pesan Pakar Kelautan

 

Udang Vaname hasil budi daya di Desa Bayan, Lombok, NTB. Foto : shutterstock

 

Direktorat Jenderal PDS KKP membeberkan data dan fakta bahwa udang mencatatkan nilai ekspor sebesar USD567 juta sepanjang Januari hingga April 2023. Atau, menempati urutan paling atas untuk produk ekspor perikanan dari Indonesia.

Setelah udang, produk perikanan yang mencatatkan nilai ekspor positif adalah Tuna-Cakalang-Tongkol (TCT) dengan 16,2 persen atau senilai USD282 Juta, Cumi-Sotong-Gurita (CSG) dengan 11,2 persen atau senilai USD195 Juta, Rumput Laut dengan 9,8 persen atau senilai USD171 Juta, dan Rajungan-Kepiting dengan 7,8 persen atau senilai USD136 Juta.

Perbaikan tata kelola udang terus dilakukan Pemerintah Indonesia melalui berbagai cara. Tujuannya, agar hewan air yang bisa hidup di darat dan laut itu, bisa memberikan manfaat sebanyak-banyaknya untuk pertumbuhan ekonomi nasional.

Namun, agar udang bisa tetap bermanfaat namun tidak menurunkan daya dukung lingkungan, maka kegiatan budi daya udang dilakukan secara berkelanjutan dengan memperhatikan segala aspek yang bisa mewujudkan prinsip ramah lingkungan.

Hal tersebut diakui oleh Direktur Jenderal Perikanan Budi daya KKP Tb Haeru Rahayu saat berada di Kebumen, Jawa Tengah, belum lama ini. Dia menyebut, udang harus ditata kembali karena ada tujuan lebih besar yang sudah ditetapkan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.

“Ada target produksi hingga dua juta ton pada 2024 nanti. Ini target yang kita akui sulit untuk dicapai, namun tidak boleh menyerah dulu sebelum berakhir 2024,” ucap dia.

baca juga : Komoditas Udang Nasional, Dikejar Target dengan Konflik Tak Berujung

 

Para bekerja tengah memberikan pakan udang di tambak Budi daya Udang Berbasis Kawasan (BUBK) di Kebumen, Jawa Tengah. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Ramah Lingkungan

Salah satu upaya agar produksi udang secara nasional bisa terus ditingkatkan dengan cara berkelanjutan, adalah membangun tambak udang modern seperti di Desa Tegalretno, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen.

Tambak modern yang dibangun di atas lahan seluas 100 hektare itu adalah proyek ambisius Pemerintah Indonesia untuk mereformasi produksi udang dengan produksi tinggi, namun tetap memperhatikan keberlanjutan lingkungan.

Budi daya Udang Berbasis Kawasan (BUBK)–nama lokasi tambak tersebut–, diharapkan bisa menjadi contoh penerapan budi daya udang dengan teknologi yang modern, namun tetap mengedepankan prinsip ramah lingkungan.

Disebutkan Tb Haeru Rahayu, semua kegiatan budi daya di BUBK Kebumen sudah menggunakan teknologi intensif dengan produktivitas bisa mencapai 40 ton per hektare per siklus. Angka tersebut diakuinya memang masih jauh dari rata-rata produktivitas tradisional yang bisa mencapai kisaran 60 ton per ha.

Namun, dia menyebut kalau produksi dengan hasil panen mencapai 40 ton per ha sudah sesuai dengan target dan praktik terbaik (best practice) budi daya udang modern saat ini. Dia menyebut kalau BUBK Kebumen menjadi percontohan karena mengedepankan keseimbangan ekologi dengan ekonomi.

Keuntungan menggunakan teknologi intensif pada sebuah tambak budi daya, adalah padat tebar menjadi tinggi, sistem pengairan baik karena menggunakan perangkat seperti kincir dan blower, dan susunan petak tambak dibangun teratur menggunakan terpal berkualitas tinggi.

“Konsep budi daya yang sedang kami kembangkan adalah budi daya yang berkelanjutan,” tegas dia.

baca juga : Target Produksi Udang 2024 dan Masalah Dasar Perikanan Budi daya

 

Tambak budi daya udang berbasis kawasan (BBUK) di Petanahan, Kebumen, Jateng, Selasa (6/6/2023). BBUK ini merupakan proyek percontohan budi daya udang komprehensif dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Foto : Humas KKP

 

Pada hamparan lahan seluas 100 ha tersebut, saat ini terdapat 149 petak tambak dengan ukuran 1.600 meter persegi (m2) untuk setiap petaknya. Semua tambak modern tersebut sudah dilengkapi sejumlah infrastruktur utama yang bisa mendukung kegiatan budi daya ramah lingkungan.

Di antaranya, adalah water intake, tandon, petak pemeliharaan, instalasi pengolahan air limbah (IPAL), laboratorium uji kualitas air dan kesehatan ikan, gedung kantor, gudang pakan, gudang sarana produksi, mes yang menjadi tempat tinggal operator, serta bangunan pascapanen.

“Fasilitas intake, outlet, tandon, hingga IPAL itu untuk memastikan air yang kita ambil dari laut dan yang kita keluarkan lagi ke laut, kualitasnya tetap baik,” tutur dia.

Contoh lebih detail, pada fasilitas IPAL misalnya, terdapat beragam pemrosesan untuk memastikan air dari hasil produksi budi daya bisa ramah lingkungan. Selain proses pengendapan, ada juga oksigenisasi untuk mengembalikan air menjadi normal.

Kemudian, ada juga penormalan potensi hidrogen (potential hydrogen/pH) untuk memastikan keasaman pada air sudah berkurang banyak. Dengan demikian, saat air dialirkan ke laut sudah dalam kondisi baik dan tidak merusak lingkungan.

Satu lagi, Tb Haeru Rahayu menerangkan kalau BUBK Kebumen juga sudah menerapkan prinsip cara budi daya ikan yang baik (CBIB) untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan budi daya sudah memenuhi prinsip ramah lingkungan yang berkelanjutan.

Keberhasilan BUBK Kebumen dalam menjalankan kegiatan budi daya perikanan, diharapkan bisa menjadi pemicu budi daya udang modern yang ramah lingkungan di Indonesia. Tegasnya, kegiatan budi daya di BUBK Kebumen bisa direka ulang oleh pelaku usaha budi daya atau pemerintah daerah.

“Kita bisa menunjukkan kepada publik, kepada stakeholder. Ternyata budi daya, disamping mendapat keuntungan ekonomi, juga peduli terhadap lingkungan dan itu bisa kita lakukan,” pungkasnya.

baca juga : Udang Indonesia di Lingkaran Kuantitas, Kualitas, dan Keberlanjutan Lingkungan

 

Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin (kanan) didampingi Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono (tengah) melakukan panen udang vaname di tambak Budidaya Udang Berbasis Kawasan (BUBK) di Kebumen, Jawa Tengah, Senin (26/6/2023). Foto : KKP

 

Penjabat Operasional BUBK Kebumen I Gde Budha Aduana Yasa menjelaskan, kegiatan budi daya udang di tambak BUBK sudah berjalan selama 120 hari. Selama itu, sudah tiga kali panen dilaksanakan, dengan puncaknya pada Senin (26/6/2023).

Pada momen panen raya BUBK yang digelar akhir pekan lalu, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menjelaskan, total udang yang telah dipanen sejak diresmikan sudah mencapai 280 ton.

Dia optimis, BUBK Kebumen akan berkontribusi signifikan pada peningkatan produksi udang nasional. Apalagi, tahun lalu capaian produksi udang mencapai angka 1,09 juta ton berdasarkan hitungan sistem Satu Data, atau naik 15 persen dibandingkan produksi 2021 sebanyak 953 ribu ton.

Dengan bertambahnya volume produksi udang nasional, maka ekonomi masyarakat dan pendapatan Negara juga diyakini akan meningkat. Tahun lalu, udang berkontribusi 34,57 persen atau senilai USD2,16 miliar terhadap nilai total ekspor perikanan nasional.

Selain di Kebumen, Pemerintah diketahui menyiapkan pembangunan tambak budi daya udang modern ramah lingkungan seluas 1.800 ha di Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Tambak ini menjadi tambak udang terintegrasi yang menghubungkan sektor hulu hingga hilir.

Pembangunan di Waingapu akan meniru konsep dan metode tambak modern di BBUK Kebumen. Selain itu, direncanakan juga akan dibangun industri turunan untuk pengolahan udang, baik untuk pangan atau farmasi. Dengan demikian, kesuksesan di BBUK akan menjadi kunci kesuksesan serupa di Waingapu.

 

 

Exit mobile version