Mongabay.co.id

Ini Penyebab Kepunahan Megalodon, Monster Lautan Mengerikan

 

Pernahkah menonton film populer tahun 2018, berjudul “The Meg”? Film yang menceritakan manusia melawan hiu monster megalodon. Namun sebenarnya hewan menyeramkan ini telah punah jauh sebelum manusia berevolusi.

Megalodon, spesies hiu berukuran besar ini telah punah antara 23 juta hingga 3,6 juta tahun yang lalu itu bukan mati karena di buru manusia. Ilmuwan berpendapat, kemungkinan besar karena predator ganas itu berdarah panas. Yang mana suhu tubuhnya lebih tinggi dari lingkungan sekitarnya membuat megalodon tidak bisa bertahan ketika terjadi pendinginan global pada periode Pliosen.

Tim ilmuwan internasional membuat penemuan ini ketika mempelajari fosil gigi megalodon atau Otodus megalodon yang nama spesiesnya berarti “gigi besar”. Menurut penelitian yang diterbitkan jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, karnivora serukuran dengan traktor-trailer, 15 meter itu dapat mempertahankan panas tubuhnya meskipun lingkungan eksternalnya jauh lebih dingin.

Berdasarkan analisis enamel gigi, para peneliti menemukan spesies purba tersebut dapat mempertahankan suhu tubuh sekitar 7 derajat celcius lebih hangat daripada air di sekitarnya. Untuk penelitian ini, para peneliti menggunakan kombinasi teknik panas bumi untuk memperkirakan suhu tubuh megalodon berdasarkan komposisi berbagai isotop, atau versi elemen, dalam fosil giginya.

“Suhu saat mineral terbentuk, termasuk jaringan keras yang termineralisasi secara biologis seperti gigi, dapat diekstrapolasikan dari sejauh mana isotop-isotop ini terikat atau ‘menggumpal’ bersama,” kata Kenshu Shimada, seorang profesor paleobiologi di Sekolah Tinggi Ilmu Pengetahuan dan Kesehatan di DePaul University di Chicago, dikutip dari Live Science, Selasa (27/6/2023).

Namun, apakah suhu tubuh megalodon mirip dengan hiu modern?

Untuk mengetahuinya, para ilmuwan menggunakan geokimia untuk meneliti isotop karbon dan oksigen langka pada gigi megalodon dan gigi hiu modern.

Studi ini menemukan bahwa suhu tubuh rata-rata megalodon sekitar 27 derajat celcius. Sedangkan hiu zaman modern memiliki suhu tubuh rata-rata antara 22-26,6 derajat celcius. Perbedaan suhu yang agak jauh.

Sebetulnya, peningkatan suhu tubuh megalodon akan memberikan banyak manfaat. Sifat biologis ini memberi predator keunggulan sebagai pemburu ulung karena bergerak cepat, tetapi rentan terhadap perubahan iklim.

“suhu darah panasnya memang menguntungkan karena memungkinkan hewan memiliki gaya hidup yang lebih aktif, seperti mampu bertahan dalam berenang jarak jauh atau berenang cepat,” kata Shimada.

Hiu berdarah panas saat ini dimiliki hiu mako dan hiu putih besar. Keduanya mampu berenang lebih cepat dibandingkan dengan hiu berdarah dingin. Tetapi panas metabolisme pada tubuh mereka memerlukan pencernaan makanan yang lebih cepat.

Penelitian sebelumnya membuktikan itu. Hiu putih, misalnya, menghabiskan lebih banyak waktu memangsa di bawah permukaan laut. Kebiasaan itu terkuak berdasarkan analisis terperinci mengenai isi perut predator tersebut.

Data itu berhasil diungkap oleh Richard Grainger, peneliti hiu dari University of Sydney, Australia. Richard merinci asupan makanan hiu putih. Hasilnya, secara rata-rata, 32 persen ikan air laut tengah (seperti salmon Australia), 17,4 persen ikan yang hidup di dasar laut (seperti stargazer), 14,9 persen ikan batoid yang bersembunyi di dasar laut (seperti ikan pari), dan 5 persen ikan karang (seperti groper biru timur).

baca juga : Ilmuwan Prediksi Hiu Megalodon Tumbuh Lebih Besar di Perairan Dingin

 

ilustrasi seekor megalodon. Foto : Earl Noble/flickr/Public Domain

 

Penelitian itu juga mengungkap fakta bagaimana hiu putih melakukan diet. Richard menduga itu sebagai bagian dari penyesuaian pada pola migrasi satwa. Sebab saat itu hiu putih lebih banyak berburu di dasar laut.

Agaknya memang hiu berdarah panas memiliki kekurangan. Bahkan mungkin menyebabkan kepunahan bagi megalodon. Sebab hilangnya megalodon dalam catatan fosil sesuai dengan pendinginan iklim Bumi, kata Shimada.

“Darah panas seharusnya memberikan ‘keunggulan ekstra’ bagi megalodon untuk dapat bertahan hidup di perairan yang mendingin. Namun, fakta bahwa spesies ini punah menunjukkan kemungkinan kerentanan atau ‘konsekuensi’ menjadi berdarah panas karena berdarah panas membutuhkan asupan makanan yang tinggi secara konstan untuk mempertahankan metabolisme yang tinggi,” imbuhnya.

Menurutnya, sangat mungkin terjadi pergeseran lanskap ekologi akibat pendinginan iklim yang menyebabkan tingkat permukaan air laut turun mengubah lingkungan lautan. Di mana populasi jenis-jenis makanan yang menjadi sumber makanan megalodon, seperti mamalia laut, mungkin menjadi langka, yang menyebabkan kematian megalodon.

Kondisi itu juga diamini Michael Griffiths, profesor di Departemen Ilmu Lingkungan di William Paterson University, New Jersey, Amerika Serikat. Dengan suhu tubuh yang tinggi, megalodon memiliki metabolisme yang sangat aktif sehingga membutuhkan makanan lebih besar.

baca juga : Ukuran Hiu Terbesar yang Pernah Ada di Bumi Terungkap

 

Seniman megalodon Gary Staab melukis bagian dalam mulut megalodon yang besar. Foto : smithsonianmag

 

Kemudian, katanya, iklim menghangat. Mangsa megalodon pindah ke perairan yang lebih dingin di garis lintang perburuannya. Kelangkaan makanan dan persaingan dari spesies predator seperti paus pembunuh mungkin merupakan kombinasi fatal yang mendorong megalodon menuju kepunahan.

“Pergeseran iklim yang besar dikombinasikan dengan keterbatasan evolusi dapat menjadi ‘senjata makan tuan’ bagi kepunahan spesies hiu terbesar yang pernah berkeliaran di planet ini,” ujar Griffiths.

 

 

Sumber : livescience.com dan sydney.edu.au

 

Exit mobile version