- Dalam film The Meg digambarkan bahwa hiu raksasa Megalodon memiliki panjang 25 meter.
- Dalam film digambarkan bahwa penemuan ikan prasejarah itu berada di bawah Palung Mariana, titik terdalam di lautan sejauh 11 kilometer di Samudera Pasifik.
- Namun, studi yang dilakukan tim peneliti dari University of Bristol dan Swansea University, mengungkapkan bahwa ukuran asli Megalodon hanya 16 meter dengan berat 48 ton.
- Megalodon bukanlah leluhur dari Hiu Putih Besar. Keduanya sama-sama terkait dengan hiu makropredator lain seperti Makos, hiu Salmon dan hiu Porbeagle.
Bulan Agustus 2018, Warner Bros resmi merilis film fiksi berjudul The Meg yang cukup sukses menghadirkan banyak penonton di seluruh dunia. Film yang dibintangi Jason Stathan tersebut, bercerita penemuan ikan prasejarah di bawah Palung Mariana, titik terdalam di lautan sejauh 11 kilometer di Samudera Pasifik.
Film tersebut memvisualisasikan hiu raksasa Megalodon [Carcharocles megalodon] yang dijuluki si Gigi Besar, muncul kembali setelah diyakini punah sekitar 2,5 juta tahun silam.
Di film disebutkan bahwa Megalodon, hiu pemangsa paus dan makhluk laut besar lainnya itu, mencapai ukuran panjang 25 meter. Atau setara dua kali bis TransJakarta.
Benarkah ukurannya sepanjang itu? Selama ini, ukuran nyata dari megashark tersebut tidak pernah terungkap dengan pasti, hanya perdasarkan perkiraan saja.
Baca: Apakah Hiu Megalodon Masih Ada Saat Ini?
Namun, berkat studi yang dilakukan tim peneliti dari University of Bristol dan Swansea University, keduanya di Inggris, terungkap bahwa ukuran asli Megalodon hanya sepanjang 16 meter dengan sirip seukuran manusia dewasa. Untuk mendapat akurasi itu, tim ahli menggunakan model matematika guna mempersempit proporsi Megalodon.
Menurut mereka, hiu memiliki proporsi tubuh yang tak jauh berbeda sejak lahir hingga tumbuh dewasa. Peneliti membandingkan gigi Megalodon dengan spesies hiu moderen. Hiu dewasa bisa tumbuh secara proporsional, tidak seperti manusia yang lahir dengan anggota tubuh lebih pendek dan kepala lebih besar. Artinya, peneliti dapat memperkirakan kurva pertumbuhan hiu berdasarkan spesies hiu moderen.
Para ilmuwan membandingkan ukuran tubuh Megalodon dengan lima spesies hiu moderen saat ini, yang memiliki karakteristik fisiologis sama dan mengetahui ukurannya selama periode berbeda dalam hidupnya.
Dari penelitian tersebut, terungkap bahwa panjang hiu Megalodon sekitar 16 meter dengan berat hingga 48 ton. Kepalanya berukuran 4 meter, sirip punggung setinggi 1,6 meter, dan ekor belakang setinggi 3,8 meter.
“Hiu purba raksasa ini memangsa paus kecil dan mamalia laut lain, termasuk anjing laut, walrus, dan singa laut,” ujar Jack Cooper, pemimpin penelitian sekaligus ahli paleobiologi di Fakultas Ilmu Bumi University of Bristol.
Baca: Makhluk-makhluk Ini akan Mengoyak Kehidupan Planet Bumi, Jika Belum Punah
Lebih lanjut ia mengatakan, beberapa fosil laut yang ditemukan memiliki bekas luka gigitan bergerigi besar yang mengindikasikan bahwa penyerangnya mungkin saja adalah megalodon.
Sebelumnya, fosil hiu yang dikenal secara resmi sebagai Otodus megalodonini sering dibandingkan dengan hiu Great White. Jack dan rekan-rekannya, untuk pertama kalinya, memperluas analisis dengan memasukkan lima hiu moderen.
“Megalodon bukanlah leluhur dari Hiu Putih Besar [Great White Shark]. Keduanya sama-sama terkait dengan hiu makropredator lain seperti Makos, hiu Salmon dan hiu Porbeagle,” kata Dr. Catalina Pimiento, pakar hiu dari Swansea University, seperti dikutip IFL Science.
Baca juga: Ikan Purba Hidup yang Melebihi Era Dinosaurus Ini Ada di Indonesia
Hiu ini memang sudah lama sekali punah, tepatnya di akhir zaman Pliosen sekitar 2.6 juta tahun silam. Faktor utama kepunahan Megalodon adalah suhu lautan. Raksasa ini hidup di perairan tropis yang hangat, dan punah ketika lautan menjadi dingin.
Namun, di The Meg, digambarkan bahwa mereka menyelamatkan diri dari kepunahan dengan cara bersembunyi di dasar laut dalam, tepatnya di lapisan air hangat di dasar laut yang diciptakan oleh lubang hidrotermal [gunung berapi bawah laut]. Ventilasi hidrotermal ini ada di laut, dan dikenal untuk mempertahankan gugusan kehidupan laut yang menarik.
Studi ini dimuat dalam jurnal Scientic Report, dan dipublikasikan di majalah Nature edisi 3 September 2020.