Mongabay.co.id

Jumlah Penduduk Bumi Lampaui 8 Miliar

 

Planet bumi makin disesaki manusia. Sekitar 12 ribu tahun lalu jumlah penduduk bumi baru 4 juta jiwa, dan relatif melandai hingga 2000 SM. Namun sejak 1700 jumlah manusia di bumi terus meroket. Jika pada tahun 0 jumlahnya baru 190 juta jiwa, pada 1700 itu angkanya naik menjadi 600 juta. Dua abad kemudian atau pada 1900 sudah mendekati 2 miliar, menurut data yang disajikan ourworldindata.org.

Selanjutnya pada 1987 atau kurang dari 100 tahun jumlahnya telah mencapai 5 miliar. Angka itu kemudian menjadi tonggak penetapan tanggal 11 Juli sebagai Hari Populasi Dunia oleh PBB. Namun hanya tiga puluh lima tahun sesudahnya, atau pada November 2022 jumlah penduduk bumi telah mencapai 8 miliar. Pada 2023 ini diperkirakan jumlah penduduk bumi mencapai 8,045 miliar.

Apakah jumlah warga dunia akan terus bertambah? PBB memperkirakan pada 2030 mendatang jumlah penduduk akan mencapai 8,5 miliar. Sementara pada 2100 jumlah manusia di dunia akan mencapai 10,4 miliar. Afrika bakal menjadi benua dengan pertambahan penduduk tertinggi dibanding tempat lain. Sebaliknya di sejumlah negara Eropa terjadi penurunan populasi, juga di beberapa negara Asia, misalnya Jepang.

Saat ini Indonesia menjadi negara keempat dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Urutan pertama adalah China, disusul India, Amerika Serikat, Indonesia, dan Pakistan.

Berbeda dengan yang diestimasikan oleh PBB, sejumlah pakar memperkirakan pertambahan penduduk bumi bakal mencapai puncaknya pada 2050 yang menyentuh 9 miliar. Setelah itu akan menurun. Prediksi yang lebih optimistik ini seperti angin segar mengingat besarnya populasi berarti juga mengandaikan keharusan menyediakan sejumlah kebutuhan dasar seperti pangan, air, perumahan, juga energi.

baca : Pembasmian Burung Pipit yang Picu Tragedi Kemanusian Terbesar di Dunia

 

Ilustrasi populasi manusia di dunia. Sumber : freepik

 

Meski besarnya jumlah penduduk bisa menjadi beban, namun faktor ini bukan satu-satunya alasan bagi kerentanan kehidupan yang berkelanjutan.

“Masalah utama kemanusiaan adalah pemborosan pemakaian karbon dan konsumsi biosfer, bukan jumlah penduduk,” kata pakar lingkungan Jorgen Randers, salah satu yang terlibat dalam rancangan perhitungan yang dipakai Earth4All yang kemudian disajikan dalam laporan itu.

Seperti dikutip ScienceAlert, Randers menambahkan, pada kenyataannya wilayah dengan pertambahan populasi yang tinggi justru jauh lebih sedikit menguras sumber daya lingkungan dibanding dengan negara yang mencapai puncak populasi beberapa dekade yang lalu.

Laporan yang diterbitkan bulan Maret lalu itu dikerjakan Earth4All untuk Global Challenge Foundation (GCF). Laporan menyuguhkan dua skenario yang mereka sebut skenario Too Little Too Late dan The Giant Leap. Skenario pertama, menjalankan kebijakan yang sudah diambil seperti yang sudah dikerjakan selama ini. Sementara skenario kedua, lebih membutuhkan kerja keras dan kebijakan yang kuat.

Mengutip laporan yang diberi judul People and Planet, 21st-century Sustainable Population Scenarios and Possible Living Standards within Planetary Boundaries itu, skenario pertama mengandaikan pada 2046 jumlah penduduk dunia mencapai hampir 9 miliar dan turun menjadi 7,3 miliar pada 2100. Sementara pada skenario kedua, populasi secara global mencapai puncak pada 2040 dengan jumlah 8,5 miliar, dan turun menjadi 6 miliar pada 2100.

Ambang batas planet bumi (planetary boundaries) sendiri adalah konsep tentang sejauh mana alam masih bisa membuat planet bumi menjadi tempat yang bisa mendukung kehidupan manusia secara berkelanjutan. Ada sembilan elemen ambang batas planet bumi yaitu perubahan iklim, polusi produk sintetis, pencemaran udara, keasaman laut, penipisan ozon, siklus biogeokimia, pemanfaatan air, dan keanekaragaman hayati.

baca : Inilah 8 Tempat Hidup Terdingin Manusia di Dunia

 

Sekelompok manusia. Foto : ceoworld.biz

 

Laporan itu menyertakan rekomendasi kebijakan dalam lima masalah yang bisa ditempuh yang menjadi bagian dari skenario “lompatan besar”. Yaitu dalam masalah kemiskinan, ketidakadilan, kesetaraan gender, pangan, dan energi.

Terkait pangan, rekomendasi yang diberikan adalah pertama, membuat aturan untuk mengurangi kerusakan dan pemborosan makanan. Kedua, meningkatkan insentif ekonomi untuk pertanian regeneratif dan berkelanjutan. Ketiga, mempromosikan pola makan sehat yang menghargai ambang batas planet bumi.

Terkait energi, rekomendasi yang diberikan adalah pertama, segera hentikan penggunaan bahan bakar fosil dan perluas efisiensi energi dan energi terbarukan. Perbesar investasi pada energi terbarukan hingga lipat tiga dari saat ini atau lebih dari 1 triliun dolar per tahun. Kedua, elektrifikasi pada semua bidang. Ketiga, investasi dalam efisiensi energi dan penyimpanan energi dalam skala besar.

Menjawab pertanyaan yang diajukan, seperti sejauh mana manusia dapat mengeksploitasi sumber daya alam tanpa mengancam kelestarian biosfer? Kesimpulan kertas kerja itu menyebutkan bahwa enam dari sembilan ambang batas planet bumi sesungguhnya telah terlampaui. Sehingga harus ada intervensi kebijakan yang ambisius untuk memastikan perbaikan bertahap dan substansial.***

 

Exit mobile version