Mongabay.co.id

Bambu Petung dan 10 Fakta Kehebatannya

 

 

Bambu petung atau bambu betung, mempunyai nama ilmiah Dendrocalamus asper. Dalam Bahasa Inggris dikenal rough bamboo atau giant bamboo.

Di Indonesia, sebutannya banyak. Seperti bulu botung [Batak], oloh otong [Gayo], awi bitung [Sunda], pring petung [Jawa], perrèng pettong [Madura], awo petung [Bugis], betong [Manggarai], bheto [Flores], dan bambu swanggi [Papua].

Bagi masyarakat Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur, bambu petung dimanfaatkan untuk membuat rumah, mulai tiang, dinding, hingga atap. Rumah ini bisa tahan hingga 10 tahun, sementara atapnya sekitar 5 tahun.

Berbeda dengan kayu, sistem pemanenan bambu ini dilakukan bertahap sehingga tidak menyebabkan terbukanya lahan yang dapat menyebabkan degradasi lingkungan. Bambu petung merupakan sumber bahan bangunan berwawasan lingkungan dan berproduksi berkelanjutan.

Berikut ini 10 kehebatan bambu petung yang harus Anda ketahui:

Baca: Jatnika dan Keinginannya Membangun Peradaban dari Bambu

 

Bambu petung yang memiliki banyak nama di Indonesia. Foto: Rahmadi Rahmad/Mongabay Indonesia

 

Berukuran besar

Tingginya bisa mencapai 25 m, meski umumnya sekitar 14 m. Panjang ruas batangnya berkisar 50-70 cm. Diameter batang bawah dapat mencapai 26 cm dan bagian atasnya berdiameter 6-17 cm. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data ketebalan dinding batang pada bagian pangkal antara 1,62-2 cm, bagian tengah 1,16-1,57 cm, dan bagian ujung 0,85-1,09 cm.

Sifat fisik, kadar segarnya 67,33% ± 108,46 %, kadar air kering udaranya 11,83% – 12,64%, berat jenis volume segar 0,57 ± 0,69, berat jenis volume kering udara 0,65 ± 0,78, dan berat jenis volume kering tanur 0,66 ± 0,76 [Wulandari, 2019].

 

Jenis kuat

Konstruksi yang menggunakan bambu petung cocok untuk daerah-daerah rawan gempa. Juga, sebagai penyangga bangunan karena mempunyai buluh yang tebal, sehingga lebih kuat.

Bambu petung mempunyai kekuatan tarik rata-rata dalam keadaan kering oven sebesar 1.900 kg/cm2 [tanpa buku] dan 1.160 kg/cm2 [dengan buku]. Dari posisi potongan, kekuatan tarik rata-rata bagian pangkal 2.278 kg/cm2, bagian tengah 1.770 kg/cm2, dan bagian ujung 2.080 kg/cm2.

Berdasarkan pengujian kuat tekan rata-rata bambu petung bulat pada bagian pangkalnya sebesar 2.769 kg/cm2, bagian tengah 4.089 kg/cm2, dan pada bagian ujung 5.479 kg/cm2 [Morisco 1999].

Buluhnya tebal, kuat, dan awet; pada kadar air 8% kerapatan kayunya antara 0,7-0,8 g/cm³. Pada kadar air 15%, keteguhan patahannya 103 N/mm², keteguhan tekan sejajar arah serat 31 N/mm², dan keteguhan gesernya 7,3 N/mm².

Baca: Jika Menanam Bambu, Mungkin Banjir, Longsor dan Kekeringan Dapat Dicegah

 

Bambu petung memiliki batang yang besar dan kokoh. Foto: Rahmadi Rahmad/Mongabay Indonesia

 

Penyebaran luas

Secara alami bambu petung tersebar luas mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Lombok, Kepulauan Nusa Tenggara, hingga Maluku [Sutiyono, 1987].

Bambu petung tumbuh baik di tempat-tempat tinggi [>300 m dpl], berbukit, dan beriklim basah. Secara umum, hidup mulai dari dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 2000 m dari permukaan laut dan dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah.

 

Pengadaan bibit dengan banyak cara

Bibit bambu petung bisa dibuat dengan banyak cara: stek rhizom, stek buluh [batang], stek cabang, layering [cangkok dan runduk], serta kultur jaringan.

Budidaya bambu petung yang paling sering dlakukan adalah dengan stek cabang karena memiliki kelebihan, seperti dapat menghasilkan bibit cukup banyak dan tidak memerlukan tempat luas.

Baca: Mengintip Rumah Bambu ala Masyarakat Ngada

 

Babu betung memiliki akar yang kuat. Foto: Rahmadi Rahmad/Mongabay Indonesia

 

Tumbuh paling cepat

Bambu ini mempunyai pertumbuhan sangat cepat, kualitas prima dapat diperoleh umur 3-5 tahun. Berbeda dengan kayu hutan yang siap ditebang dengan kualitas baik saat umur 40-50 tahun.

Pertumbuhan tercepat pada musim hujan, terlebih pada tempat lembab dan dekat mata air.

 

Potensi tinggi

Bambu petung hidup berumpun. Di Desa Majasari Subang, rata-rata jumlah batang per rumpun sekitar 30,2 batang. Keliling rumpunnya sekitar 8,8 meter dan kerapatan dalam setiap rumpun 3,2 batang/meter [Sutiyono, 1987].

Kerapatan ini menunjukkan bahwa potensi bambu petung cukup tinggi.

Baca: Spesies Bambu Baru Ditemukan di Flores

 

Rumah bambu masyarakat yang ada di Mataloko, Ngada, Nusa Tenggara Timur. Foto: Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Rebung ukuran besar

Secara umum bambu menghasilkan rebung. Rebung adalah tunas bambu muda yang tumbuh di antara akar-akar rumpun. Makanan terkenal lumpia Semarang, misalnya, berbahan rebung.

Rebung juga sering diolah menjadi tepung, cuka, keripik, rebung beku, dan juga asinan.

Rebung bambu petung berwarna hitam keunguan, tertutup bulu-bulu [miang] seperti beledu cokelat hingga kehitaman. Ukurannya, lebih besar dibandingkan jenis lain. Rebung ini, sering dijadikan sayuran atau atau acar karena rasanya yang manis. Juga, bisa dikalengkan agar tahan lama.

 

Harga jual tinggi

Harga bambu petung lebih tinggi dibandingkan jenis bambu lain, karena ukuran diameter batangnya lebih besar.

Tahun 2023, tercatat harga per batang panjang 6 m berkisar Rp75.000-Rp175.000. Sementara, panjang 1 meter dengan diameter batang 100-120 mm seharga Rp30.000 dan diameter batang 160-180 mm sekitar Rp39.000 [Rumah 123.com]

Baca juga: Data Bambu Indonesia Masih Minim

 

Bambu petung yang tumbuh di wilayah Desa Sukowidi, Panekan, Magetan, Foto: Wikimedia Commons/Wibowo Djatmiko/CC BY-SA 3.0

 

Mempunyai sifat elastis

Bambu petung mempunyai sifat elastis. Strukturnya mempunyai ketahanan tinggi terhadap angin maupun gempa. Jembatan sederhana di wilayah pedalaman, banyak yang menggunakan bambu ini karena sifatnya yang elastis.

Bambu petung baik digunakan untuk kerajinan dengan perlakuan pengawetan sebelumnya, seperti furniture. Juga, dapat digunakan untuk andang-andang perahu atau rangka gudang tembakau.

Bambu petung yang telah diproses menjadi bambu laminasi memiliki ketahanan dari serangan rayap maupun jamur.

 

Serba guna

Bambu adalah tanaman yang cepat berkembang. Bambu menghasilkan oksigen lebih besar 30% dari pada hutan kayu pada wilayah yang sama. Bambu memiliki fungsi mencegah erosi, mengembalikan kondisi tanah yang rusak, juga menetralkan racun pada tanah yang terkontaminasi.

Bambu petung sendiri bisa difungsikan sebagai penyalur air minum ataupun pengairan untuk pertanian.

 

* Riskan Effendy, Pemerhati Agroforestri & Lingkungan. Pensiunan Litbang KLHK, tinggal di Bogor.

 

Referensi:

Fadilah, N.N. 2023. Daftar Harga Bambu Per Batang [Petung, Apus, Wulung, hingga Steger] Terbaru 2023. Rumah123.com. Diakses 20 Juli 2023.

Morisco 1999. “Rekayasa Bambu”. Nafiri Offset, Yogyakarta.

Sutiyono. 1987. Aspek silvikultur tanaman bambu rakyat di daerah Kaliurang, D I Yogyakarta. Bul. Pen. Hutan. Pusat Litbang Hutan Bogor. [493]: 14-20.

Wulandari, F.T., 2019. Karateristik dan Sifat Fisik Bambu Petung [Dendrocalamus asper. Backer] di Kawasan Hutan Kemasyarakatan [HKm] Desa Aik Bual, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Buletin Loupe, 15 [01], p.300800.

 

Exit mobile version