Mongabay.co.id

Ekowisata Menjadi Ancaman Baru Hiu Paus

 

Badannya besar, dipenuhi corak totol warna putih dari kepala, sirip, hingga ekor. Mulutnya lebar, selebar kepala. Tak jarang hiu paus (Rhincodon typus) terlihat melintas di bawah perahu nelayan. Mega fauna ini berenang anggun hanya beberapa meter di bawah permukaan laut.

Di Botubarani, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, kehadiran hiu paus menjadi atraksi bagi belasan ribu wisatawan yang datang tiap tahunnya. Mereka bisa berenang bersama hiu paus, atau cukup melihat mega fauna ini dari atas perahu yang sedang berenang di laut yang jernih.

Meski berada dalam keluarga hiu, makhluk ini tidak menggigit atau mengunyah makanannya. Hiu unik ini menyaringnya seperti kebanyakan paus. Bisa dikatakan, hiu paus adalah makhluk jinak. Meski begitu, mereka tetaplah satwa liar yang keberadaannya dilindungi lewat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 18 tahun 2013.

baca : Wisata Hiu Paus di Gorontalo Harus Utamakan Konservasi

 

Kehadiran hiu paus di pantai Botubarani, Gorontalo telah menjadi magnet bagi wisatawan. Tampak pengujung berinteraksi dengan hiu paus. Foto: Adiwinata Solihin

 

Karena jinak, banyak wisatawan yang tidak takut berenang di dekat mereka. Bahkan sebagian sengaja menyentuh tubuhnya sembari mendokumentasikan dengan kamera. Bagi mereka sepertinya menjadi kebanggaan tersendiri bisa menyentuh dan bermain-main dengan makhluk menakjubkan ini, lalu mengunggahnya ke media sosial. Padahal berinteraksi terlalu dekat justru bisa menyebabkan hiu paus stres dan tak berselera makan.

Kajian yang dilakukan peneliti Meksiko dan Prancis di salah satu spot hiu paus yang juga menjadi tempat wisata membuktikan bahwa kegiatan turisme telah mempengaruhi perilaku alami mereka. Para peneliti itu mencatat perubahan perilaku ketika hiu paus didekati perenang dan perahu.

“Perilaku yang berhubungan dengan stres (kewaspadaan, perubahan arah, menyelam, dan akselerasi) lebih sering terjadi setelah mendapat gangguan dibanding sebelumnya, khususnya gangguan dari perenang,” kata laporan penelitian yang diterbitkan jurnal Oryx, 2018. Penelitian di lakukan di Bahia de Los Angeles, Mexico, menggunakan 77 individu hiu paus.

baca juga : Hiu Paus, Termasuk Kelompok Ikan atau Mamalia?

 

Seekor hiu paus sedang memakan ikan kecil termasuk sampah plastik. Foto : shutterstock

 

Penelitian mereka membuktikan bahwa individu hiu paus menunjukkan sikap waspada ketika didekati manusia dan perahu. Mereka juga lebih stres ketika dua asal gangguan itu hadir. Frekuensi mencari makan mereka juga turun ketika ada gangguan dari perenang dan perahu. Dalam jangka panjang ini akan bepengaruh pada asupan energi yang berpotensi menurunkan hasil reproduksi atau kelangsungan hidup di masa depan. Tren populasi lokal mungkin akan turun.

Penelitian sebelumnya telah menghubungan antara penurunan populasi hiu paus dengan kegiatan ekowisata di beberapa tempat. Seperti yang terjadi di Australia Barat, penampakan hiu paus turun sebesar 40 persen dari 1995 hingga 2004, kata laporan itu.

“Karena hiu paus juga dapat diamati di dekat pantai, operator wisata dapat mengembangkan tour jalan kaki untuk mengamati hiu paus dengan teleskop sehingga mengurangi gangguan,” kata mereka memberi saran.

 

Memberi Makan

Terdapat sejumlah laporan kebiasan memberi makan hiu paus untuk menarik mereka ke atas agar bisa dilihat wisatawan telah menciptakan kebiasaan buruk. Secara alamiah, hiu paus adalah hewan pengembara. Tindakan memberi makan ikan itu membuat sebagian dari mereka tetap tinggal. Hal yang demikian pernah teramati terjadi di Filipina dan Indonesia.

Sebuah penelitian di Filipina mengungkapkan sekitar 150 kg hingga 400 kg kulit udang ditebar tiap pagi untuk menarik hiu paus muncul ke permukaan demi turis. Atraksi ini membuat hiu paus lebih sering makan dalam posisi berdiri, meski cara ini secara alami juga dilakukan. Namun secara keseluruhan ini membuat energi yang dilepas oleh hiu paus menjadi lebih besar.

Individu hiu paus menjadi lebih sering berenang naik kemudian menyelam lagi dan mengibaskan ekornya lebih sering untuk melakukan manuver. Peneliti menyarankan diperlukannya penelitian lanjutan untuk memastikan praktik ini tidak mengurangi kebugaran hiu paus yang terancam punah ini.

menarik dibaca : Penelitian: Hiu Paus Mampu Menyembuhkan Lukanya Sendiri

 

Sekelompok hiu paus di perairan Western Australia’s Ningaloo reef. Foto : Simon J Pierce/PA

 

Penelitian lain di Ningaloo Reef, Australia sebelumnya sedikit menunjukkan hasil yang berbeda. Kegiatan ekowisata di sana tidak banyak berpengaruh terhadap perilaku alamiah hiu paus. Misalnya dalam hal kebiasaan migrasi.

Ada kemungkinan ini karena para operator ekowisata telah menerapkan protokol yang ketat. Misalnya, perenang tidak memegang atau mengendarai, tetap menjaga jarak dengan hiu paus sejauh 3 meter, atau tidak memotret menggunakan flash.

Aturan semacam ini meski juga ada di Meksiko namun tidak dipraktikkan dengan ketat. Sementara pengawasan dari yang berwenang dianggap lemah.

Hiu paus adalah jenis ikan terbesar di dunia. Panjangnya bisa mencapai 20 meter. Besarnya memang masih kalah dengan paus biru, makhluk laut terbesar yang bisa mencapai panjang 33 m. Tapi paus biru bukan ikan. Dia digolongkan sebagai mamalia. Hiu paus bernapas dengan insang seperti pada umumnya ikan, sementara paus biru bernapas dengan paru-paru.

Ikan dengan ukuran spektakuler ini juga memiliki lebar mulut luar biasa besar. Hiu paus dewasa memiliki lebar mulut sekitar 1,5 meter, dengan deretan gigi yang kecil dengan panjang kurang dari 6 mm sebanyak 3000 buah.

baca juga : Mengejutkan, Hiu Paus Ternyata Memakan Rumput Laut

 

Hiu paus yang terpantau di perairan Papua Barat yang sebagian besar merupakan jantan. Foto: Shawn Heinrichs/Conservation International

 

Meski ada laporan hiu paus juga mencari makan di dasar laut, namun ikan ini lebih sering terlihat mencari makan di permukaan. Caranya dengan mengisap air memakai mulutnya. Hiu paus sanggup menyedot 1585 gallon air per jam atau hampir 6000 liter per jam. Plankton, ikan dan udang kecil yang menjadi makanannya akan terisap ke mulut hiu paus bersama air laut.

Di seluruh dunia sekurang-kurangnya ada 30 spot pengamatan hiu paus (2014). Sebagian besar menjadi area tujuan wisata yang terus meningkat jumlah pengunjungnya. Tak terkecuali di Indonesia yang menjadi salah satu negara lokasi penampakan mega fauna yang terancam punah ini.

Untuk meningkatkan kepedulian terhadap hiu paus yang semakin terancam populasinya, setiap tanggal 30 Agustus ditetapkan sebagai Hari Hiu Paus Internasional yang diperingati pertama kalinya pada tahun 2008 pada Konferensi Hiu Paus Internasional di Isla Holbox, Meksiko

 

Exit mobile version