- Para peneliti telah menghasilkan penemuan mengejutkan tentang kebiasaan makan hiu paus. Selain memakan zooplankton, rupanya mereka juga makan rumput laut.
- Menurut riset yang dilakukan oleh peneliti dari Australia, terungkap bahwa jaringan di tubuh hiu paus mengandung senyawa yang ditemukan di sargassum, sejenis rumput laut coklat. Hal tersebut menjadikan dia sebagai omnivora terbesar di dunia.
- Temuan ini mengejutkan sebab hewan karnivora sebetulnya tidak bisa mencerna tumbuhan. Dugaan sementara hal ini terjadi karena hiu paus berevolusi.
- Sementara itu, peneliti lain mengira hiu paus tidak benar-benar memakan tumbuhan, hal itu terjadi ketika mereka tak sengaja melahap rumput laut saat melahap zooplankton.
Hiu paus (Rhincodon typus) mungkin satu dari sekian banyak spesies ikan besar yang masih ada dan menyimpan banyak misteri. Mereka menghabiskan sebagian besar hidupnya di laut dalam. Mungkin karena mereka punya panjang tubuh hingga 18 meter. Ukuran yang ideal menjelajahi samudera.
Mengungkap salah satu rahasia mengenai hiu paus, seorang ahli biologi ikan tropis di Australian Institute of Marine Science di Perth, Dr. Mark Meekan mempelajari susunan kimiawi jaringan mereka. Penelitian tersebut dimaksudkan untuk mengungkap banyak hal tentang biologi, perilaku, dan pola makan hiu paus.
Sebelumnya, peneliti telah menemukan alga di dalam perut hiu paus yang terdampar. Tapi mereka menduga itu tak sengaja dimakan saat mereka melahap zooplankton. Beberapa ilmuwan menduga bahwa ganggang melewati usus hiu paus tanpa dicerna.
baca : Penelitian: Hiu Paus Mampu Menyembuhkan Lukanya Sendiri
Untuk mengetahui dengan tepat apa yang dimakan hiu paus, Dr. Meekan dan rekan-rekannya mengumpulkan sampel sumber makanan dari plankton kecil hingga rumput laut besar di Ningaloo Reef Australia Barat. Mereka kemudian membandingkan asam amino dan asam lemak pada plankton dan bahan tanaman dengan yang ada di dalam perut hiu paus.
Hasil penelitian terungkap bahwa jaringan di tubuh hiu paus mengandung senyawa yang ditemukan di sargassum, sejenis rumput laut coklat. “Kami berpikir bahwa seiring waktu evolusi, hiu paus telah mengembangkan kemampuan untuk mencerna beberapa sargassum ini yang masuk ke usus mereka,” kata Dr. Meekan, dikutip dari esajournals, Kamis (17/6/2023).
baca juga : Hiu Paus, Termasuk Kelompok Ikan atau Mamalia?
Temuan tersebut sangat menarik sebab hiu paus adalah omnivora. Seperti dikutip dari World Wide Fund (WWF), hiu paus memakan plankton dan melakukan migrasi untuk menemukan sumber makanan yang cukup untuk tubuh besarnya. Sekaligus bereproduksi.
Mereka bisa ditemukan di semua lautan tropis di dunia. Warna bintik putihnya membuat raksasa “lembut” ini mudah dibedakan, dan populer di kalangan perenang.
Tetapi dugaan tersebut tidak berarti hiu paus adalah omnivora sejati, kata Robert Hueter, seorang ahli biologi hiu di Mote Marine Laboratory di Sarasota, Florida. “Ini seperti mengatakan bahwa sapi adalah omnivora karena mereka memakan serangga sambil makan rumput,” ungkapnya dalam sciencenews.
Sementara itu, ketika Meekan dan tim menganalisis sampel kulit hiu, mereka menemukan fakta bahwa hiu paus yang telah dianggap sebagai pemakan daging, juga bisa mencerna ganggang. Hal tersebut merupakan fakta terbaru bahwa hiu paus memakan tanaman dengan sengaja. Kebiasaan itu menjadikan mereka omnivora terbesar di dunia. Pemegang rekor sebelumnya adalah beruang coklat Kodiak (Ursus arctos middendorffi) dengan panjang rata-rata sekitar 2,5 meter (8,2 kaki).
menarik dibaca : Hiu Terbesar Tapi Jinak Dan Bukan Karnivora, Begini 9 Fakta Menarik Tentang Hiu Paus
Tetapi Meekan mengakui bahwa dia tidak bisa memastikan bahwa hiu paus secara khusus mencari sargassum. Analisis timnya menunjukkan, bahwa bahan nabati sebenarnya merupakan bagian yang sangat besar dari makanan mereka.
Terlepas dari apakah hiu paus secara aktif mencari makanan “hijau”, penjelajah laut tropis itu memiliki kemampuan untuk mencernanya. Di sisi lain, hiu paus telah terdaftar sebagai satwa yang terancam punah (endangered) menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN) sejak 2016. Studi tentang perkiraan populasinya, serta ketersediaan habitat, menunjukkan penurunan populasi 40-92% di habitat sub populasi geografis yang berbeda.
Sumber : worldwildlife.org, esajournals.onlinelibrary.wiley.com, dan sciencenews.org