Mongabay.co.id

Benua Antartika Memanas 20 Kali Lipat Akibat Perubahan Iklim

 

Lapisan es Antartika di benua Kutub Selatan sudah menyusut lebih cepat dari yang diperkirakan para ilmuwan sebelumnya. Pertengahan tahun 2023 lalu, studi jurnal Nature menemukan, lapisan Es Eurasia mundur hingga 2.000 kaki atau 610 meter per hari. Perubahan ini jauh melampaui gletser yang bergerak paling cepat yang pernah diteliti di Antartika, diperkirakan mundur secepat 160 kaki atau 49 meter per hari.

Temuan baru ini bisa jadi sangat penting untuk memahami pencairan es saat ini dengan lebih baik. Sebab, laju pencairannya 20 kali lebih cepat dari pengukuran sebelumnya. Tentunya ini cukup membuat gusar kalangan peneliti.

“Penelitian kami memberikan peringatan dari masa lalu tentang kecepatan lapisan es yang secara fisik mampu menyusut,” kata Christine Batchelor, salah satu penulis jurnal dan ahli geografi fisik dari Newcastle University. “Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa denyut nadi menyusutnya lapisan es bisa jauh lebih cepat daripada yang pernah kita lihat selama ini.”

Lapisan Es Eurasia adalah daratan es terbesar ketiga selama Zaman Es terakhir dan mundur dari Norwegia sekitar 20.000 tahun yang lalu. Pada saat terbesarnya, lapisan es ini memiliki rentang hampir 3.000 mil atau 4.828 km.

Begitu juga dengan es di Greenland. Namun kini lapisan es telah kehilangan lebih dari 6,4 triliun ton es selama tiga dekade terakhir. Kedua lapisan es ini bertanggung jawab atas lebih dari sepertiga total kenaikan permukaan laut.

baca : Bongkahan Es yang Terlepas dari Kutub Selatan Itu, Mengungkap Eksosistem Baru

 

Potongan daratan es Gletser Collins yang mencair di Antartika, kemungkinan dampak dari perubahan iklim yang sedang terjadi. Foto : Eskinder Debebe / PBB dilisensikan di bawah CC BY-NC-ND 2.0.

 

Samudra Selatan memang memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap iklim bumi. Wilayahnya menyerap banyak sekali panas dan karbon dioksida oleh aktivitas manusia.

Belum lama ini, sekitar 300 ilmuwan dari 25 negara melakukan konferensi yang diinisiasi Southern Ocean Observing System (SOOS), sebuah inisiatif ilmu pengetahuan internasional yang bekerja untuk mengkoordinasikan dan meningkatkan pengamatan di sekitar Antartika. Mereka berkumpul untuk membahas sejumlah isu termasuk mencairnya es dalam waktu singkat.

Mereka memetakan masalah berikut dengan membedah data. Hasilnya, Samudra Selatan sedang mengalami “perubahan kritis” yang terlihat dari tingkat es laut yang sangat rendah. Rekor perubahan suhu tertinggi dan pergeseran populasi penguin yang “dramatis”.

Es laut di sekitar Antartika telah berada pada tingkat terendah dalam catatan mereka selama dua musim panas di belahan bumi Selatan tahun ini. Kendati wilayah tersebut memasuki puncak musim dingin, data satelit menunjukkan ada sekitar 2,5 juta km persegi es lebih sedikit daripada rata-rata biasanya.

Para ilmuwan mengatakan bahwa hilangnya es secara dramatis pada musim dingin ini belum pernah terjadi sebelumnya. “Kami sama sekali tidak siap untuk hal ini dan ini sama sekali tidak terduga, mungkin ini disebabkan oleh kekurangan data pengamatan kami,” kata Dr Andrew Meijers, ahli kelautan di British Antarctic Survey, seperti dikutip The Guardian (18/8/2023).

baca juga : Obyek Misterius Itu “Bersembunyi” di Bawah Lapisan Es Kutub Selatan

 

Kapal US Coast Guard/Chief Petty Officer David Mosley. Sumber: Business Insider

 

Meskipun satelit mencatat dengan baik berapa banyak es yang menutupi lautan, namun hanya sedikit yang diketahui tentang ketebalan es atau perubahannya. Kata Andrew, pemanasan global membuat situasi dipenuhi ketidakpastian. Sehingga memproyeksikan kenaikan permukaan air laut di masa depan.

Hilangnya es dari benua terdingin itu selama 25 tahun terakhir telah menyebabkan menyusutnya Pine Island Glacier, yang juga dikenal sebagai PIG. Saat menyusut, salah satu anak sungainya terlepas dari gletser utama dengan cepat berakselerasi, kemudian menjadi pulau baru yang diberi nama Piglet Glacier.

Pengamatan satelit telah menunjukkan bahwa Piglet Glacier mempercepat kecepatan mencairnya es sebesar 40 persen karena PIG yang lebih besar menyusut ke tingkat terkecil sejak pencatatan dimulai. Itu juga menunjukan seberapa wilayah penting Antartika berkontribusi terhadap kenaikan permukaan laut.

Para ilmuwan Antartika memperingatkan akan sejumlah kejadian ekstrem sebagai dampak lanjutan. Mulai dari hilangnya es laut hingga melelehnya lapisan es. Belum lagi gelombang panas yang hampir pasti akan bertambah parah seiring dengan terus menghangatnya planet ini.

baca juga : Ini yang Terjadi Ketika Bongkahan Es Dijatuhkan ke Lubang Sedalam 137 Meter di Antartika

 

Mencairnya es di pantai Adélie Land di Antartika Timur. Foto : Reuter / Pauline Askin

 

Dr. Sian Henley, salah satu ketua SOOS dan ilmuwan kelautan di University of Edinburgh, mengatakan wilayah yang masuk Samudra Selatan ini sudah memiliki peran yang “tidak proporsional” dalam sistem iklim dunia. Peran Kawasan Antartika yang mempengaruhi iklim telah melambat sekitar 30% sejak tahun 1990-an

Begitu juga dengan peran lautan di dunia yang secara konstan telah menyerap sekitar 90% panas ekstra yang ditahan oleh bumi. Sekitar 75% dari penyerapan panas tersebut terjadi di Samudra Selatan, kata Henley.

Henley mengatakan sekarang sangat jelas bahwa es laut di Antartika berada dalam bahaya. Hal ini membuat perannya dalam sistem iklim juga berada di bawah tekanan. Sekalipun, satelit mungkin bisa mendeteksi gaya mundurnya lapisan es ini dalam waktu dekat. Tapi masih ada kekurangan data yang kronis untuk menjawab beberapa pertanyaan yang paling mendesak. (***)

 

Sumber : theguardian.com, livescience.com, popsci.com, dan nature.com

 

Exit mobile version