Mongabay.co.id

Meramal Nasib Badak di Afrika dan Asia

 

Jumlah badak dikabarkan naik di bawah ancaman perburuan liar yang juga meningkat. Laporan terbaru yang dikeluarkan International Union for Conservation of Nature (IUCN) menyebutkan populasi badak di seluruh dunia diperkirakan mencapai 27.000 pada akhir 2022. Angka ini meningkat dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 26.272.

Meski pertambahan jumlah ini memberi harapan baru, namun dua spesies badak Asia yaitu badak Jawa dan badak Sumatra diambang kepunahan. Dilaporkan jumlahnya menyusut di bawah 80 ekor. Meningkatnya populasi badak ini berkat keberhasilan konservasi badak hitam dan putih di Afrika. Kenaikan populasi kedua spesies badak Afrika tersebut berada di kisaran 5 persen dibanding tahun sebelumnya.

Laporan terbaru itu diterbitkan bertepatan dengan peringatan hari badak internasional yang jatuh pada 22 September lalu.

Di dunia saat ini tinggal lima spesies badak yang masih tersisa. Yaitu badak hitam Afrika (Diceros bicornis), badak putih Afrika (Ceratotherium simum), badak India (Rhinoceros unicornis), badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), dan badak Jawa (Rhinocerus sondaicus).

Karakteristik umum badak Afrika (badak hitam dan putih) adalah memiliki dua cula. Badak putih Afrika berbadan lebih besar dibanding badak hitam Afrika. Meski bernama badak putih dan hitam Afrika, namun kulit mereka sebenarnya berwarna abu-abu. Badak India memiliki hanya satu cula, begitupun badak Jawa. Badak Sumatera memiliki dua cula, namun berbadan paling kecil di antara spesies badak yang ada.

baca : Jalan Panjang Konservasi Badak Jawa di Ujung Kulon

 

Lahirnya bayi betina di SRS Way Kambas, menambah jumlah populasi badak sumatera menjadi delapan individu. Foto: Biro Humas KLHK

 

Mendasarkan laporan resmi pihak berwenang Afrika, IUCN lalu memperkirakan pada akhir 2022 jumlah badak di seluruh benua itu mencapai 23.290 atau meningkat 5,2 persen dibanding tahun lalu. Namun sekurang-kurangnya ada 561 badak yang dibunuh dalam perburuan liar selama 2022. Afrika Selatan menjadi ladang pembantaian badak terbesar di Afrika, disusul Namibia dan Kenya.

Badak hitam Afrika yang hidup di Afrika bagian timur dan selatan populasinya naik mendekati 5 persen, dari 6.195 ekor pada 2021 lalu menjadi 6.487 pada akhir 2022. Peningkatan jumlah ini dicapai berkat intervensi manajemen biologis sehingga laju pertumbuhannya terjaga.

Badak putih Afrika kini berjumlah 16.803 ekor, atau meningkat 5,6 persen dibanding tahun lalu. Ini merupakan kali pertama jumlah populasi spesies ini meningkat semenjak 2012 lalu.

“Dengan kabar baik ini, kita bisa bernapas lega untuk pertama kalinya dalam satu dekade. Namun, sangat penting untuk melakukan konsolidasi lebih lanjut dan memanfaatkan perkembangan positif ini dan tidak lengah,” kata Michael Knight, Ketua IUCN African Rhino Specialist Group, dalam pernyataan kepada media yang dirilis IUCN.

Badak India bernasib sedikit lebih baik yang mengalami peningkatan populasi 4 ekor dari 4.014 pada 2021 menjadi 4.018 pada 2022. Namun, badak Sumatera dan Jawa jumlahnya terus menurun dan ada kekhawatiran akan punah. Mengutip Guardian, saat ini dilaporkan masih ada sekitar 80 ekor badak Sumatera yang tersisa. Namun para ahli yakin jumlah badak Sumatera yang ada hanya 34 ekor saja. Itupun mereka berada di bagian kecil hutan yang hampir tidak mungkin bagi kelompok satwa ini untuk saling bertemu dan berkembang biak.

baca juga : Laporan: Jumlah Badak Sumatera di Alam Liar Diperkirakan Kurang dari 50 Individu

 

Badak sumatera hidup di hutan tropis yang terpencil dan lebat, sehingga sangat sulit untuk mendapatkan angka akurat jumlahnya. Foto: Rhett A. Butler/Mongabay

 

Padahal, badak Sumatera pada 1986 diperkirakan masih ada sekitar 800 ekor yang berada di alam liar. Jauh sebelumnya, spesies badak yang paling banyak memiliki bulu ini pernah hidup di Bhutan, Timur Laut India, China Selatan, Kamboja, dan Thailand. Namun kini hanya terdapat di Indonesia, yaitu di Sumatera dan Kalimantan.

Sementara badak Jawa diperkirakan tinggal 76 ekor, itupun 12 ekor di antarannya tidak pernah dilaporkan sejak tiga tahun lalu, menurut Save The Rhino. Keberadaannya tidak tertangkap camera trap yang memunculkan kekhawatiran mereka mati secara alamiah atau karena perburuan. Sebenarnya pada 1967 jumlahnya kurang dari 30 individu, lalu menjadi 50 hingga 60 ekor pada 1980 sehingga sempat menumbuhkan harapan spesies ini bisa berkembang. Namun sesudahnya ternyata stagnan atau bahkan turun.

Kini badak Jawa hanya ditemukan di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten. Namun jauh sebelum itu, badak Jawa pernah hidup di India, Bangladesh, China Selatan, Laos, Vietnam, Kamboja, Myanmar, Thailand, Malaysia, pulau Sumatera, juga Kalimantan.

Para ahli berharap, 150 tahun ke depan populasi badak Jawa bisa bertambah menjadi 2.000 hingga 2.500 individu. Jumlah ini bisa dicapai jika dilakukan perlindungan sangat ketat, translokasi, dan penetapan habitat baru yang aman.

Keberhasilan konservasi badak di Afrika bisa menjadi contoh bagi penyelamatan badak Asia. Agaknya syarat proteksi yang kuat, manajemen berbasis keilmuan, dan pengawasan yang ketat harus ditegakkan jika ingin populasi badak terus berkembang di masa depan.(***)

 

 

Exit mobile version