Mongabay.co.id

Populasi Menurun, Induk Pari Gergaji Bisa Hamil Tanpa Pejantan

 

Sekelompok peneliti beberapa waktu lalu menemukan pari gergaji yang melahirkan tanpa pejantan. Perilaku ini dikenal dengan istilah parthenogenesis fakultatif, kemampuan satu spesies bereproduksi tanpa kawin karena kondisi tertentu. Di tengah-tengah kekhawatiran akan populasi pari gergaji yang terus menyusut, apakah dengan demikian pari gergaji tak mungkin punah?

Sebenarnya pari gergaji bukan satu-satunya hewan yang memiliki kemampuan parthenogenesis. Sebelumnya, fenomena ini juga dikenal pada beberapa spesies vertebrata, misalnya ular, burung, juga komodo. Pada hewan-hewan tersebut, telur yang tidak dibuahi dalam rahim sang induk bisa berkembang menjadi janin tanpa harus dibuahi pejantan.

Disebutkan dalam laporan yang dimuat jurnal Current Biology, kejadian semacam itu sebelumnya teramati hanya pada hewan yang dipelihara, bukan yang bebas di alam liar. Kecuali pada ular, pernah teramati terjadi pada spesies ular kepala tembaga dan mulut kapas. Nah, para peneliti dari Amerika menyatakan itu kali pertama kejadian serupa teramati pada vertebrata liar. Yaitu pada pari gergaji gigi kecil (Pristis pectinata).

“Gagasan bahwa spesies yang bereproduksi secara seksual terkadang bereproduksi secara aseksual di alam liar adalah hal yang baru. Namun kami memberikan bukti bahwa hal ini terjadi pada populasi ikan gergaji gigi kecil yang terancam punah,” tulis laporan itu.

Fakta tersebut melahirkan hipotesa yang mungkin benar, bahwa parthenogenesis sering ditemukan pada spesies dengan populasi rendah. Yaitu ketika betina memiliki risiko alami kegagalan bereproduksi karena kesulitan menemukan pasangan.

“Saya kira jika hanya ada satu individu maka kasus tersebut tidak akan menjadi kasus yang kuat. Namun fakta bahwa kami memiliki begitu banyak sampel dalam hal ini 190 temuan, ini cukup meyakinkan,” kata Andrew T Fields, ahli genetika ikan, dari Stony Brook University, Amerika, dikutip dari Nature. Dia merupakan satu dari empat pakar yang terlibat dalam penelitian itu.

baca : Mengenal Pari Gergaji: Dari Lima Jenisnya di Dunia, Empat ada di Indonesia

 

Seekor pari gergaji. Foto : internationalsawfishday.org

 

Untuk sampai pada kesimpulan itu, para peneliti memeriksa data DNA dari 190 individu pari gergaji yang sudah ditandai dan kemudian dilepas di suatu kawasan. Mereka kemudian membandingkan dengan memeriksa DNA. Semua individu juga dilihat kemungkinannya sebagai orang tua, atau terjadinya perkawinan dengan kerabat dekat.

Dari sana bisa diketahui adanya beberapa individu yang homozigot, yang tidak memiliki varian gen dari ayah. Bahkan ditemukan lima individu saudara kandung yang lahir dari induk parthenogenesis.

“Parthenogenesis otomatis mengurangi heterozigositas genom, menimbulkan pertanyaan tentang kelangsungan hidup dan kompetensi reproduksi individu yang dihasilkan dengan cara ini.  Parthenogen ikan gergaji berukuran normal hingga individu berumur satu tahun, sehingga menunjukkan bahwa individu yang dihasilkan dengan cara ini dapat bertahan hidup di alam liar,” tulis laporan itu.

Seperti dikutip dari Nature, ahli ekologi kelautan di Universitas Simon Fraser di Burnaby, Kanada, Nicholas Dulvy, mengatakan temuan tersebut menambah bukti bahwa hiu dan pari memiliki keragaman cara reproduksi yang lebih dibandingkan kelompok vertebrata mana pun.

“Ini hanyalah satu lagi alasan menakjubkan mengapa kita harus khawatir terhadap spesies ini,” katanya.

Dia memperingatkan bahwa parthenogenesis tidak akan cukup untuk menyelamatkan ikan pari gergaji gigi kecil. Masih diperlukan manajemen yang baik dan kuat untuk memastikan bahwa populasinya stabil dan sehat.

baca juga : Sejak 1974, Pari Gergaji Sentani Tidak Terlihat Lagi

 

Seekor pari gergaji terpanjang yang ditemukan mati di pantai Florida Keys, Amerika Serikat. Foto : FWC Fish and Wildlife Research Institute via gizmodo.com.au

 

Di tengah-tengah kekhawatiran makin menyusutnya populasi pari gergaji di seluruh dunia, sekelompok peneliti dari Australia berhasil mendeteksi pergerakan kawanan hewan laut yang menakjubkan baru-baru ini.

Lebih dari 40 ikan pari gergaji pada awal Oktober 2023, berhasil dideteksi oleh tim peneliti Australia. Mereka berenang dari sisi barat Cape York menuju sekitar pulau Croker, Australia yang berjarak 1.000 km. Keberhasilan itu menjadi kabar baik bagi pelestarian pari gergaji yang berada di ambang kepunahan.

Mereka bekerja sama dengan para nelayan untuk memasang radio pemancar pada pari gergaji yang tertangkap. Setelah dipasang radio, pari gergaji itu pun dilepaskan lagi. Peneliti kemudian memantau pergerakan pari gergaji lewat satelit.

Pari gergaji pernah diketahui keberadaannya di 90 negara, namun akhir-akhir ini diduga tak lagi bisa ditemukan di 46 negara. Ada 18 negara yang menyatakan satu spesies darinya punah, dan 28 negara menyatakan dua spesiesnya lenyap.

Pari gergaji gigi kecil adalah satu dari lima spesies pari gergaji yang masih ada. Empat lainnya adalah pari gergaji kerdil (Pristis clavata), pari gergaji gigi besar (Pristis pristis), pari gergaji hijau (Pristis zijsron), dan pari gergaji tipis (Anoxypristis cuspidata). Dari kelima spesies ini empat di antaranya ditemukan di perairan Indonesia.

Tiga di antara spesies pari gergaji kini terancam punah, sementara dua lainnya terdaftar sebagai terancam punah, menurut IUCN. Sebab utama jumlah pari gergaji merosot karena penangkapan berlebih. Rostra, bagian kepala laksana bilah gergaji itu juga sangat mudah tersangkut jaring nelayan. Rostra dan giginya diperdagangkan di pasar gelap sebagai obat, koleksi, dan taji sabung ayam. (***)

 

Seorang penyelam di lepas pantai Florida berenang bersama pari gergaji gigi kecil yang terancam punah. Foto : Michael Patrick O’Neill/saveourseas.com

 

Exit mobile version