Mongabay.co.id

Henon, Bambu yang Berbunga 120 Tahun Sekali kemudian Mati

 

Seharusnya bambu henon (Phyllostachys nigra var. henonis) berbunga pada 2028. Namun pada 2022 lalu serumpun bambu henon di Fukutomi, Higashi-Hiroshima, Jepang sudah berbunga. Itu berarti kabar kematiannya datang lebih cepat. Bambu henon adalah jenis tumbuhan monokarpik, yang bakal mati tak lama setelah pohon itu berbunga.

Bambu henon merupakan satu dari sekitar 1600-an spesies bambu yang ada di dunia. China merupakan negara dengan pemilik spesies bambu terbesar di dunia, disusul Brazil dan Australia. Bambu henon sendiri bukan asli tumbuhan Jepang. Tanaman ini didatangkan dari China sekitar seribu tahun lalu.

Bambu henon bisa tumbuh hingga 15 meter, dengan diameter enam hingga sepuluh sentimeter. Kini dia menjadi salah satu tanaman bambu utama di Jepang. Selain dimakan, bambu henon di sana juga dimanfaatkan untuk kerajinan.

Pembungaan lebih awal tanaman ini pun menarik perhatian peneliti. Terlebih bambu henon baru berbunga setelah berumur lebih dari seabad atau tepatnya 120 tahun sekali. Karena itu, peneliti tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Terutama untuk mengetahui bagaimana daur hidup tumbuhan eksotis ini.

Kemunculan bunga tiga tahun lalu cukup mengagetkan peneliti di Jepang. Selama tiga tahun berturut-turut pohon-pohon bambu itu mereka amati di beberapa petak lokasi penelitian yang telah ditetapkan. Mereka mendapati setelah berbunga seluruh batang bambu mati, tanpa ada tanda-tanda regenerasi yang teramati.

baca : Spesies Bambu Baru Ditemukan di Flores

 

Bunga bambu Henon. Foto : Toshihiro Yamada, Hiroshima University

 

Keanehan lain, peneliti menemukan sebanyak 80 persen bambu henon di lokasi penelitian yang berbunga itu tidak menghasilkan biji. Lalu bagaimana bambu henon bisa bertahan lama dari generasi ke generasi tumbuh di Jepang?

“Belum ada penelitian mengenai regenerasi spesies bambu ini yang dilakukan pada saat pembungaan terakhir pada tahun 1900-an, sehingga proses regenerasi spesies ini masih belum diketahui,” tulis Toshihiro Yamada, mewakili rekan satu timnya. Dia berasal dari Universitas Hiroshima, Higashi Hiroshima, Jepang.

Penelitian yang dipublikasikan di jurnal PLOS One, Juni 2023 itu menjelaskan, catatan pembungaan pohon ini didapat dari arsip sejarah. Bambu henon sebelumnya berbunga pada 1908, dengan rentang waktu antara 1903 hingga 1912. Dipastikan setelah tahun-tahun itu bambu ini lenyap. Belum diketahui bagaimana kemudian bambu henon meregenerasi dirinya. Tidak ada catatan atau riset ilmiah yang membahasnya setelah kemunculan bunga terakhir kali.

Mereka mengatakan, penelitian itu ingin mengungkap tiga hal. Pertama, apakah bambu henon berkembang biak setelah berbunga. Kedua, jika berkembang biak, bagaimana hal ini terjadi. Melalui reproduksi seksual lewat benih, atau aseksual lewat ramet atau rimpang? Ketiga, apa dampak perubahan lingkungan ketika bambu gagal tumbuh kembali.

Laporan itu menjelaskan, sebelum berbunga tanaman menggandakan diri dengan cara reproduksi aseksual melalui rimpang yang menyebar secara horisontal. Selain tumbuh menjadi batang normal, juga muncul tunas kecil yang hanya akan tumbuh menjadi bambu pendek.

baca juga : Jokowi dan Diplomasi Sepeda Bambu

 

Bambu Henon. Foto : bamboo garden

 

Anehnya meski berbunga lebat, di semua lokasi penelitian tidak ditemukan benih yang kemudian bisa tumbuh. Peneliti beranggapan ini menunjukkan reproduksi seksual tidak berhasil pada musim bunga kali ini. Pada Oktober 2022, semua bambu di lokasi penelitian baik yang telah berbunga maupun tidak akhirnya diketahui mati.

Namun matinya pohon bambu memberi peluang cahaya masuk menyinari bagian lantai hutan. Aneka perdu dan rumput-rumputan pun tumbuh menggantikan bambu henon. Bentang alam yang sebelumnya berupa hutan bambu perlahan berubah menjadi padang rumput.

Peneliti memiliki asumsi mengapa bambu henon gagal menghasilkan biji meski sudah berbunga serempak. Ada kemungkinan karena kesamaan genetis antar rumpun bambu sehingga pembuahan gagal. Kemungkinan lain, karena serangga yang memakan benih sebelum matang.

Lantas bagaimana bambu henon bisa tetap ada di Jepang selama lebih dari seribu tahun? Peneliti menduga masih ada sisa-sisa sumber daya dari bambu untuk menghasilkan rimpang kerdil di dalam tanah. Mereka kelak akan tumbuh menjadi bambu dewasa meski membutuhkan waktu beberapa tahun bahkan mungkin lebih dari satu dekade.

“Penelitian kami menyimpulkan bahwa regenerasi Phyllostachys nigra var. henonis setelah berbunga akan memakan waktu bertahun-tahun. Untuk meningkatkan regenerasi yang lebih cepat, tindakan buatan akan berhasil,” ujar laporan itu.

baca juga : Kreasi Beragam Alat Musik dari Limbah sampai Bambu Nusantara

 

Sekelompol bambu henon. Foto : bambooplantshq.com

 

Caranya dengan menanam bibit bambu henon dari tegakan yang tidak berbunga disertai pemberian pupuk yang tepat. Namun karena reproduksi aseksual ini bisa menyebabkan pertumbuhan rimpang yang tidak terkendali, maka diperlukan sejumlah pembatasan. Tujuannya agar pertumbuhan bambu henon tidak terlalu ekspansif yang bisa mendesak tanaman lain.

Bambu henon sendiri bukan satu-satunya spesies yang berbunga sekali dalam lebih dari satu abad. Bambusa vulgaris diketahui berbunga lebih dari 150 tahun, juga Chimonobambusa quadrangularis yang berbunga lebih dari 100 tahun. Kebanyakan bambu akan berbunga antara 20 hingga 50 tahun. Dengan begitu bisa melihat bambu berbunga merupakan kesempatan langka dan tidak semua orang mengalaminya.***

 

Exit mobile version