Mongabay.co.id

Waspada Zoonosis, Cacar Monyet Merebak di Indonesia

 

 

 

 

Penyakit cacar monyet (monkeypox)  ‘lolos’ masuk dan makin menyebar di Indonesia. Setahun lebih sejak kasus pertama terduga cacar monyet Agustus tahun lalu, kini, di Jakarta merebak lagi. Dalam waktu dua pekan, sekitar 14 kasus baru ditemukan.

Dengan tambahan kasus baru ini, berarti penyakit zoonosis ini  di Indonesia sudah 15 kasus per 25 Oktober lalu. Satu merupakan kasus pertama yang ditemukan tahun lalu dan berhasil disembuhkan.

“Tahun lalu pernah. Data kasus per tadi malam (25 Oktober) sudah 14 kasus terkonfirmasi positif,” kata Maxi Rein Rondonuwu,  Dirjen Pengendalian Pencegahan Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan, saat menyampaikan perkembangan kasus monkeypox di Indonesia, 26 Oktober lalu.

Berdasarkan usia, pasien yang terkonfirmasi positif didominasi 25-29 tahun (64%). Sisanya, di atas 30 tahun dan semua berjenis kelamin laki-laki. Berdasar analisa Maxi, sangat mungkin mereka yang terjangkit belum pernah mendapat vaksin cacar.

Selain belasan orang positif, dua berstatus probable. Status ini diberikan pada mereka yang sempat kontak erat dan belum diambil sampelnya.

“Ada sembilan orang suspect. Ini sudah diambil sampel tinggal menunggu hasil, mungkin nanti malam. Serta ada 17 orang yang dinyatakan negatif,” kata Maxi.

Dia bilang, dari belasan pasien itu, semua memiliki gejala hampir sama, dari demam tinggi, menggigil, nyeri pada otot, pembengkakan kelenjar hingga diare. Hanya satu dari mereka yang terpantau tidak memiliki gejala apapun.

Sejauh ini,  Maxi belum bisa memastikan pola penularan hingga virus ini menjangkiti belasan orang itu. Dugaannya,  karena hubungan seksual.

 

 

 

Situasi global

Di Indonesia, kasus monkeypox pertama kali ditemukan pada 19 Agustus 2022. Kala itu, pasien laki-laki berusia 27 tahun positif  alami gejala positif mongkeypox berdasar hasil uji lab.

Kasus kedua kembali muncul sekitar dua pekan lalu. Seorang warga Jakarta dipastikan terpapar monkeypox setelah melakukan perjalanan ke Afrika hingga menyebar ke 13 orang lainnya.

Di tingkat global, kasus sejak Januari 2022-30 September 2023 terestimasi 91.123 tersebar di 115 negara. Dari puluhan ribu kasus itu, 157 berakhir dengan kematian.

Maxi bilang, Amerika Serikat jadi negara dengan laporan kasus paling  banyak. Namun, sejak April 2023, tren kasus di Asia Tenggara alami peningkatan dengan kasus terbanyak di Thailand dan Indonesia.

WHO sebelumnya menetapkan monkeypox sebagai public health emergency of internasional concern (PHEIC) pada Juli lalu. Pada Mei 2023, status itu kemudian dicabut.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut, monkeypox (Mpox) sebagai penyakit menular yang disebabkan virus cacar monyet. Penyakit ini dapat menyebabkan ruam yang menyakitkan, pembesaran kelenjar getah bening dan demam.

Penyakit ini dapat menyebar melalui kontak dengan orang yang terinfeksi, seperti sentuhan, ciuman, termasuk juga seks.

Penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi juga dapat memicu penularan. Bahkan, penularan juga berpotensi terjadi pada bayi di kandungan jika ibu hamil positif terjangkit Mpox.

Masih menurut WHO, Mpox pertama kali ditemukan di Denmark pada 1958 pada seekor monyet yang dipelihara untuk kepentingan penelitian. Namun, kasus penularan pada manusia baru ditemukan pada seorang anak di Kongo 1970, selang 12 sejak kasus temuan di Denmark.

Pada 1980, WHO melakukan pemberantasan penyakit ini dengan menggelar vaksinasi di seluruh dunia. Namun, temuan kasus justru terus bermunculan di dataran Afrika Tengah, Timur dan Barat. Bahkan, wabah global terjadi pada 2022-2023.

 

Terpapar monkeypox. Sumber foto: WHO/Nigeria Centre for Disease Control

 

Gejala umum

Pasien yang terkena Mpox akan alami gejala dalam waktu seminggu, demikian tulis WHO. Namun, mereka yang memiliki sistem kekebalan lebih kuat, gejala biasa muncul lebih lama.

Secara umum, pasien yang terpapar biasa alami ruam atau bintik-bibtik merah di sekujur tubuh diikuti demam tinggi. Merasakan sakit di kepala dan tenggorokan, otot terasa nyeri dan sakit punggung.

“Bagi sebagian orang, gejala pertama Mpox adalah ruam, sementara yang lain mungkin memiliki gejala berbeda pada awalnya,” tulis WHO.

Beberapa orang juga alami pembengkakan rektum setelah terpapar hingga merasakan sakit saat buang air kecil.

Yang patut diwaspadai, tulis WHO, anak-anak, orang hamil, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah berisiko alami komplikasi akibat terpapar Mpox.

Seseorang yang terkena Mpox biasa akan alami demam dan nyeri pada otot, serta sakit tenggorokan terlebih dahulu. Setelah itu, muncul ruam pada wajah yang menyebar ke seluruh tubuh, termasuk telapak tangan.

WHO juga menggarisbawahi,  beberapa orang dapat terinfeksi tanpa menunjukkan gejala apa pun.

 

 

Penanganan dan pencegahan

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melakukan berbagai cara guna mencegah penyebaran virus ini. Mulai dari surveilans, terapeutik, vaksinasi, hingga sosialisasi melalui sejumlah platform.

Kemenkes meminta seluruh fasilitas kesehatan proaktif memantau dan segera melaporkan jika ditemukan kasus baru Mpox. Deteksi dini juga dilakukan pada kelompok-kelompok rentan, termasuk menelusuri kontak erat pasien.

“Begitu muncul kasus baru, segera kami terapkan penyelidikan epidemiologi. Siapa saja kontak eratnya kami minta telusuri,” kata Maxi.

Saat ini, mereka yang terkonfirmasi jalani isolasi di rumah sakit. Seluruh pasien, katanya,  dalam kondisi stabil. Proses perawatan diperkirakan perlu waktu dua pekan.

Selain surveilans, upaya pencegahan juga dengan vaksinasi, terutama pada kelompok rentan. Sebanyak 1.000 dosis vaksin Mpox disiapkan Kemenkes untuk menyasar 500 orang yang berpotensi tertular. Masing-masing mendapat dua dosis dengan interval dua pekan.

“Karena vaksin masih terbatas, penerima kita targetkan pada kelompok rentan, yang pernah kontak atau berhubungan seks dua minggu terakhir .Itu yang kami prioritaskan dulu sambil menunggu pemesanan (vaksin).”

Menurut Maxi, vaksinasi sudah mulai sejak 23 Oktober lalu. Selama tiga hari itu, total 157 orang divaksin dosis pertama.

Kendati saat ini kasus terbanyak berada di Jakarta, tak menutup kemungkinan kasus serupa juga terjadi di wilayah lain. Karena itu, katanya, Kemenkes meminta kepada mereka yang terkonfirmasi untuk menyampaikan riwayat kontak.

“Luar Jakarta, Tangerang, sudah ada. Jadi, keterbukaan itu sangat penting dari pasien yang terkonfirmasi ini. Dengan siapa saja berhubungan,” katanya.

Apalagi, berdasar prediksi para epidemiolog, dengan populasi Indonesia yang begitu besar, potensi positive rate bisa mencapai 3.600 kasus dalam setahun.

Ngabila Salama,  Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinkes Jakarta mengatakan, kontak seksual memiliki risiko paling cepat tertular Mpox. Dari belasan kasus positif di Jakarta, sebagian besar didominasi karena kontak seksual.

Ngabila katakan, penularan dari droplet, terkontaminasi dahak, ludah, dan cairan tubuh ke media lain sangat kecil, sekitar 20%. Sedangkan penularan dari lesi kulit ke kulit sekitar 50%.

“Tetapi kontak seksual memiliki resiko penularan 90-100% karena langsung masuk ke mukosa darah,” katanya di Jakarta, seperti dikutip Tempo co.

 

 

Kecolongan di pintu masuk?

Muhammad Munawaroh,  Ketua Umum Pengurus Besar Dokter Hewan Indonesia (PB DHI), menyebut,  Mpox merupakan penyakit yang disebabkan virus pada hewan.

“Induk semang virus ini adalah monyet. Dari hewan atau monyet, virus ini bisa menular ke manusia. Dari manusia ke manusia,” katanya.

Munawaroh bilang, proses penularan bisa terjadi melalui percikan air liur yang masuk melalui lubang hidung maupun mata atau bahkan luka pada tubuh.

Selain itu, katanya, penularan juga berpotensi terjadi melalui pakaian dari seseorang yang positif. Meski begitu, penularan manusia perlu waktu kontak relatif lama, antara 1-3 hari.

“Kalau hanya ketemu, ngobrol sebentar,  kecil.”

Biasa, seseorang yang terpapar akan muncul ruam di wajah berisi cairan sebelum menyebar di seluruh tubuh.

Munawaroh menyebut, penyebaran virus ini sejatinya tidak begitu luas dan sangat terbatas. Misal, ruang lingkup keluarga atau komunitas dengan intensitas kontak berlangsung.

 

 

 

Karena itu, kendati pun sepakat penyakit ini menjadi perhatian, dia meminta masyarakat tak terlalu panik. Apalagi, penyakit ini juga bisa disembuhkan.

Seseorang yang terpapar, katanya,  akan alami demam, sakit di kepala dan juga nyeri-nyeri pada sendi dan otot. Penderita juga alami pembengkakan kelenjar getah bening yang ditandai benjolan di leher, ketiak, bahkan selangkangan.

Beberapa kasus kematian yang pernah terjadi, katanya, lebih karena faktor kekebalan tubuh lemah.

Dia bilang, ada dua cara melawan virus ini, yakni, vaksinasi dan peningkatan kekebalan tubuh. Masalahnya, demam tinggi saat gejala awal terkadang membuat selera makan berkurang, yang pada akhirnya menyebabkan kekebalan tubuh turun.

“Jadi, kematian bukan karena virus monkeypox-nya. Tapi, lebih karena infeksi sekundernya, dan kekebalan tubuh tidak bisa melawan,” katanya melalui sambungan seluler.

Munawaroh bilang, sebagai penyakit zoonosis media utama pembawa virus ini adalah monyet. Namun, jenis primata lain, seperti simpanse juga bisa jadi agen penularan.

Hewan lain seperti tupai juga berpotensi menjadi media penularan, meski peluang kecil.

 

 

Mpox, katanya,  bukanlah penyakit asal Indonesia. Penyakit ini terbawa masuk oleh orang yang sebelumnya melakukan perjalanan dari luar negeri.

Belajar dari kasus ini, pengetatan pintu masuk ke Indonesia dirasa sangat penting. Pemerintah, kata Munawaroh, harus menerapkan standar atau prosedur tertentu bagi siapapun yang akan masuk ke Indonesia. Misal, dengan memberlakukan karantina atau prosedur pemeriksaan ketat.

Menurut Munawaroh, langkah itu perlu mencegah kasus serupa terjadi. Sebab, penyakit-penyakit ‘impor’ yang ditemukan di Indonesia salah satunya karena pengawasan di pintu masuk lemah.

“Kayak PMK (penyakit mulut dan kuku), atau yang lain masuk karena kebocoran di pintu masuk. Jadi, mau tidak mau ya harus diperketat supaya masuknya penyakit dari luar bisa terdeteksi sejak awal.”

Walaupun Munawaroh tak menampik bila upaya itu tidak mudah. Terlebih, Indonesia dengan wilayah begitu luas dengan banyak pintu masuk.

 

 

 

****

 

Exit mobile version