Mongabay.co.id

Setelah Belasan Tahun Menghilang, Dugong Kembali Muncul di Pantai Nipah Lombok Utara

 

Among sedang duduk memandangi Pantai Nipah pada pagi di bulan Mei. Seperti biasa, di pagi hari dia mengamati perairan di Desa Malaka, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, NTB itu sebagai bagian rutinitas. Dia mendata di mana posisi munculnya penyu. Sebagai daerah wisata snorkeling, kemunculan penyu menjadi saat yang paling dinantikan wisatawan. Jika sudah tahu pasti lokasi kemunculan penyu, maka beberapa meter di sekitar lokasi kemunculan penyu itu, menjadi lokasi makan penyu.

Jika ada wisatawan yang datang snorkeling, Among dengan mudah mengantar tamu itu menuju spot makan penyu. Biasa lokasi kemunculan penyu dari bibir pantai sekitar 50 – 100 meter. Tidak perlu menggunakan perahu. Cukup membawa pelampung atau perahu kano. Berbeda jika tamu ingin menyelam, harus membawa perahu karena biasanya lokasi penyelaman di beberapa titik.

Pagi itu, Among mengingat hari Selasa, dia melihat kemuculan satwa yang agak aneh. Sepintas mirip penyu, tapi lebih besar. Among penasaran. Dia langsung mengambil alat snorkeling dan kamera kedap air. Dia mengitari lokasi kemunculan satwa itu. Selang beberapa menit Among kaget. Dia langsung naik ke permukaan menarik napas panjang. Menyelam dan mengikuti gerakan hewan laut itu. Hari itu menjadi pengalaman tidak terlupakan. Dia melihat dua ekor dugong (Dugong dugon) atau duyung.

“Saya ikuti terus ke mana bergerak, agak cepat,’’ katanya saat ditemui Mongabay Indonesia, Minggu (22/10/2023).

baca : Tidak Terlihat Selama 2 Dekade, Dugong Dinyatakan Punah di China

 

Dua ekor dugong yang berhasil didokumentasikan oleh TCC Nipah Lombok Utara. Kemunculan dugong ini untuk mencari makan. Foto : TCC Nipah

 

Among menunjukkan video bersejarah itu. Dia menginformasikan ke rekan-rekannya di Turtle Conservation Community (TCC) Nipah. Kabar tentang kemunculan dugong itu cepat menyebar.

“Itu pertama kali saya melihat dugong di dalam air,’’ kata pria yang sehari-hari menjadi pemandu snorkeling di Pantai Nipah Lombok Utara itu.

Berita kemunculan dugong itu menyebar dari mulut ke mulut. Video yang berhasil direkam itu dibagikan di berbagai grup WA. Diposting di media sosial. Kini hampir setiap hari orang datang menanyakan tentang dugong itu. Wisatawan yang datang snorkeling pasti menanyakan kabar dugong. Termasuk juga di lapak penyewaan alat snorkeling yang dikelola TCC Nipah kini ada atraksi baru, mengamati dugong.

“Tapi tidak tiap hari muncul, makanya kami selalu perhatikan,’’ kata Among diamini beberapa rekannya.

Ketua TCC Nipah Fikri mengatakan, kemunculan dugong ini menjadi kabar baik bagi pengelola TCC Nipah. Selama ini komunitas yang diinisiasi para pemuda ini fokus pada konservasi penyu dan rehabilitasi terumbu karang. Sudah banyak lokasi tempat mereka menaruh meja transplantasi, sudah ribuan penyu yang dilepas. Kehadiran dugong di perairan Pantai Nipah menjadi bukti ekosistem perairan sudah mulai pulih.

“Dulu waktu kecil banyak dugong, tapi lama hilang, kini muncul lagi,’’ katanya.

baca juga : Air Mata Dugong Hanya Mitos, Hentikan Perburuan

 

Pantai Nipah terkenal dengan gradasi biru tosca saat cerah, selain itu lokasi ini menjadi spot snorkeling sambil melihat penyu. Foto : Fathul Rakhman/Mongabay Indonesia

 

Fikri mengatakan, dulunya perairan Nipah dikenal sebagai salah satu lokasi yang banyak ikannya. Tapi banyak nelayan yang melakukan penangkapan dengan cara destruktif. Nelayan berburu penyu dan menjual telur penyu.

Bahkan pernah juga nelayan menangkap ikan menggunakan bom. Terumbu karang rusak. Ikan menjauh. Penyu semakin sedikit. Dugong hanya menjadi kenangan masa kecil. Belakangan para pemuda menginisasi konservasi. Dimulai dengan membuat tempat penangkaran penyu, mengedukasi nelayan agar tidak menjual telur penyu. Semakin banyak pihak yang mendukung mereka. Tahun 2018 mereka meresmikan TCC Nipah.

“Seiring dengan kesadaran masyarakat menjaga laut, semakin bagus kondisi. Saya rasa kehadiran dugong ini menjadi bukti,’’ katanya.

Sebenarnya kemunculan dugong pernah dilaporkan nelayan yang memanah ikan dua tahun lalu. Setelah itu tidak ada laporan lagi. Tahun lalu, nelayan yang mancing melihat dugong. Setelah tim TCC Nipah berhasil merekam dugong, barulah Fikri yakin dengan kembalinya dugong ke perairan Nipah.

“Penyu dan dugong ini cari makan,’’ katanya.

 

Ekosistem Lamun Harus Dijaga

Menurut Fikri waktu dia kecil sering melihat penyu mencari makan di padang lamun perairan Pantai Nipah. Hampir sepanjang garis pantai mulai dari Teluk Nara, Pantai Nipah, Pandanan kaya dengan lamun. Pernah terjadi kerusakan parah, tapi kini kondisi lamun mulai sehat. Kesadaran masyarakat di sepanjang pesisir pantai di Desa Pemenang Barat dan Desa Malaka Kabupaten Lombok Utara ini menjadi salah satu faktor membaiknya ekosistem.

“Berkat pariwisata tumbuh kesadaran untuk menjaga laut. Karena dari laut yang indah wisatawan datang,’’ katanya.

baca juga : Bangkai Dugong Diambil untuk Obat Tradisional, Ini Penjelasan PSPL Sorong

 

Wisatawan menikmati trip di sekitar Pantai Nipah Lombok Utara. Di lokasi ini nelayan melaporkan pernah melihat dugong. Foto : Fathul Rakhman/Mongabay Indonesia

 

Dari penelitian yang dilakukan Katarina Hesty Rombe, dkk pada tahun 2022 di perairan Teluk Nara, Kecamatan Pemenang menyimpulkan, kondisi perairan di sana sangat ideal untuk tumbuh dan berkembangnya lamun. Jenis lamun yang ditemukan di Pantai Teluk Nara yaitu Cymodocea rotundata (Cr), Syringodium isoetifolium (Is), Thalassia  hemprichii (Th) dan Enhalus acoroides (Ea)

Karatina mengukur kondisi perairan Teluk Nara. Suhu rata-rata yang optimal untuk pertumbuhan lamun berada pada nilai antara 24-27°C, sementara suhu di perairan Teluk Nara  pada saat pengukuran 290C. Suhu ini masih dianggap ideal untuk pertumbuhan lamun.

Begitu juga dengan kisaran nilai salinitas pada perairan Pantai Teluk Nara Kabupaten Lombok Utara, saat dilakukan pengambilan data lamun berkisar 31-32 ‰. Angka ini ideal untuk pertumbuhan lamun.

Rata-rata nilai pH pada lokasi pengambilan data di Teluk Nara berkisar 7 Kondisi nilai pH 7 ini masih sesuai untuk pertumbuhan lamun.

“Mengacu pada PPRI No.22 Tahun 2021 kisaran optimum untuk pH bagi kehidupan lamun berkisar dengan nilai 7–8,5,’’ tulisnya dalam jurnal berjudul Komposisi Jenis, Kerapatan Jenis dan Tutupan Lamun Di Pantai Teluk Nara Kabupaten Lombok Utara.

Dosen Kelautan dan Perikanan Universitas 45 Mataram Al Furkan mengatakan, kehadiran dugong di Pantai Nipah itu karena mencari makan. Furkan yang juga seorang penyelam sering memantau kondisi terumbu karang di perairan Lombok Utara. Dia juga aktif mendukung kegiatan konservasi komunitas pesisir. Dari hasil pemantauannya, kondisi perairan di Lombok Utara semakin membaik.

“Kalau mendengar laporan dari masyarakat, ada 4 ekor dugong yang muncul di Pantai Nipah,’’ katanya.

baca juga : Minim Sosialisasi, Dugong Terdampar di Lingga Dipotong dan Dijual

 

 

Furkan mengatakan hampir seluruh jenis lamun menjadi makanan dugong. Mereka kadang makan berdekatan dengan penyu. Hanya saja, penyu juga makan karang lunak, teripang, dan kerang-kerangan. Selama ini perairan sepanjang Kecamatan Pemenang Lombok Utara itu menjadi lokasi makan penyu. Kehadiran dugong ini menjadi pertanda baik, bahwa lamun kondisinya membaik.

“Harus dijaga kondisi lamun, jaga kesehatan perairan,’’ katanya.

Furkan juga menyarankan agar kehadiran dugong itu jangan terlalu diekspose. Biarkan mereka merasa nyaman di Pantai Nipah. Tidak menutup kemungkinan akan lebih banyak lagi dugong yang muncul. Semakin sehat kondisi perairan, semakin tumbuh subur lamun, semakin betah dugong di Pantai Nipah.

“Nanti kalau sudah betah dan agak lama, mereka bisa lebih jinak. Bahkan di Alor NTT dugongnya bisa dipanggil,’’ katanya.

Salah satu cara menjaga agar dugong betah adalah dengan tidak mengejar mereka ketika mencari makan. Pelaku wisata harus menahan diri. Selain itu di area yang biasa tempat dugong mencari makan tetap dipantau kondisi kesehatan lamunnya. Pariwisata memang bisa mengubah perilaku nelayan dan masyarakat pesisir, dari merusak menjadi pelestari. Tapi pariwisata yang berlebihan juga bisa merusak kembali.

“Saya sudah pesan ke teman-teman (TCC Nipah) catat jadwal kemunculkan agar bisa meliha polanya. Jangan dulu terlalu ekspose untuk wisatawan,’’ kata alumni Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar ini. (***)

 

Referensi :

Katarina Hesty Rombe, dkk. Komposisi Jenis, Kerapatan Jenis dan Tutupan Lamun Di Pantai Teluk Nara Kabupaten Lombok Utara

https://terubuk.ejournal.unri.ac.id/index.php/JT/article/view/8078/6991

 

 

Exit mobile version