Mongabay.co.id

Bahagianya Delilah, Melahirkan Bayi Badak Pertama di Suaka Rhino Sumatera

 

 

Badak sumatera bernama Delilah, telah sah menjadi seorang ibu. Ia melahirkan bayi jantan di Suaka Rhino Sumatera [SRS] Taman Nasional Way Kambas [TNWK], Lampung, pada Sabtu, 25 November 2023, sekitar pukul 08.19 WIB.

Ini merupakan kelahiran bayi badak sumatera kedua di tahun 2023. Sebelumnya, Ratu melahirkan anak ketiganya pada 30 September lalu. Delilah sendiri merupakan anak kedua yang dilahirkan Ratu pada 2016 lalu.

Kelahiran ini menambah jumlah badak sumatera di SRS menjadi 10 individu. Selain Delilah, Ratu, dan kedua anak mereka, ada tiga badak betina lain [Bina, Rosa, dan Sedah Mirah], serta tiga jantan [Andalas, Harapan, dan Andatu].

Baca: Bahagianya Ratu, Melahirkan Bayi Ketiga di Suaka Rhino Sumatera

 

Delilah bersama bayi jantannya di Suaka Rhino Sumatera [SRS] Taman Nasional Way Kambas [TNWK], Lampung. Foto: Dok. KLHK

 

Bagi Delilah yang baru berusia 7 tahun, ini merupakan kelahiran bayi pertamanya, hasil perkawinan dengan badak jantan bernama Harapan yang berusia sekitar 16 tahun [2007-2023].

Harapan lahir dari perkawinan ketiga Emi dan Ipuh di Kebun Binatang Cincinnati, Amerika Serikat. Ia juga menjadi badak sumatera terakhir yang dipulangkan ke Indonesia, sehingga saat ini tidak ada lagi badak sumatera selain di Indonesia.

Baca: Bahagianya Rosa, Melahirkan Bayi Badak Betina di Suaka Rhino Sumatera

 

Ini merupakan kelahiran bayi pertama bagi Delilah di SRS. Foto: Dok KLHK

 

Satyawan Pudyatmoko, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem [KSDAE] KLHK, mengatakan Delilah melahirkan lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya, yakni sekitar pukul 04.00 WIB, di hari kebuntingan ke-460. Atau, 10 hari lebih cepat dari perkiraan.

“Pada pukul 08.19 WIB, Delilah ditemukan sudah bersama anaknya di hutan oleh penjaga satwa SRS TNWK,” lanjut Satyawan Pudyatmoko, melalui siaran pers, Minggu [26/11/2023].

“Kondisi induk dan anak terpantau baik. Anak badak sudah dapat berdiri tegak dan berjalan. Tak lama setelah ditemukan sudah bisa menyusu dalam posisi berdiri. Saat ini, induk dan anak berada di kandang perawatan [boma] SRS TNWK, dengan berat sang anak 25 kg,” lanjutnya.

SRS TNWK yang dikelola Balai Taman Nasional Way Kambas bersama Yayasan Badak Indonesia [YABI], berlokasi di zona khusus Taman Nasional Way Kambas. Tujuan utama SRS adalah  menghasilkan anak badak sumatera serta mempertahankan keberlangsungan hidup spesies badak sumatera yang kini terancam punah.

“Anak-anak badak sumatera hasil program pengembangbiakan di SRS TNWK ke depannya dapat dilepasliarkan kembali ke habitat alaminya,” lanjut Satyawan.

Baca: Opini: Keberhasilan Peningkatan Populasi Badak Sumatera Itu Nyata

 

Sang anak sudah langsung menyusui pada induknya. Foto: Dok. KLHK

 

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan [LHK] Siti Nurbaya, mengatakan, dari upaya pengembangbiakan semi alami yang dilakukan, saat ini SRS TNWK telah sukses menghasilkan lima individu badak sumatera yang lahir. Ada Andatu [2012], Delilah [2016], Sedah Mirah [2022], anak ketiga dari Ratu-Andalas [30 September 2023], dan anak dari Delilah-Harapan [25 November 2023].

“Kita bersyukur atas kelahiran kelimanya di SRS TNWK. Kelahiran ini sekaligus menjadi kelahiran badak sumatera kedua di tahun 2023. Hal ini semakin menegaskan komitmen Pemerintah Republik Indonesia dalam upaya konservasi badak di Indonesia, khususnya badak sumatera,” jelasnya.

Baca juga: Hanya Badak Sumatera di Hati Mereka

 

Kelahiran bayi jantan ini menambah jumlah badak di SRS menjadi sepuluh individu. Foto: Dok. KLHK

 

Direktur Eksekutif YABI, Jansen Manansang menambahkan, Delilah yang melahirkan anak pertamanya merupakan hasil dari proses perkawinan alami di SRS TNWK.

“Kedepan, Yayasan Badak Indonesia terus berkomitmen untuk membantu dan mendukung sepenuhnya program dan upaya Pemerintah Republik Indonesia, khususnya dalam upaya konservasi badak,” lanjutnya.

 

Delilah bersama bayinya di hutan SRS. Foto: Dok. KLHK

 

Populasi badak sumatera masih terancam punah akibat perburuan liar, rusaknya habitat, alih fungsi hutan, hingga hilangnya jalur jelajah. Diperkirakan sekitar 80 individu tersisa di alam liar saat ini.

Keberadaannya tersebar di hutan-hutan Sumatera [Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Way Kambas, dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan], serta sebagian kecil populasi di Kalimantan Timur.

Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 106 Tahun 2018, badak sumatera [Dicerorhinus sumatrensis] merupakan satwa yang dilindungi di Indonesia.

Sementara menurut IUCN Red List, status konservasi badak sumatera adalah Kritis [Critically Endangered], atau satu langkah lagi menuju kepunahan di alam liar.

 

Exit mobile version