Mongabay.co.id

Ketika Amfibi di Bumi Menuju Jurang Kepunahan

 

 

Kemampuan untuk hidup di dua alam [air dan darat], tidak menjadikan amfibi bertahan ditengah kerusakan lingkungan dan perubahan iklim. Sebaliknya, mereka juga menjadi kelompok hewan paling rentan di Bumi saat ini.

Amfibi merupakan hewan berdarah dingin, sehingga setiap aktivitasnya sangat bergantung pada kondisi suhu. Jika ada kenaikan suhu maka dapat mempengaruhi fisiologi atau aktivitas mereka.

“Kondisi inilah yang membuat terjadinya kepunahan atau penurunan jenis amfibi,” terang Amir Hamidy, peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Hayati, Badan Riset dan Inovasi Nasional [BRIN], dalam acara “Bincang Alam Mongabay Indonesia: Amfibi Tropis yang Kian Rentan Kehidupannya” pada Jumat [17/11/2023].

Baca: Caecilian Billiton, Amfibi Endemik Belitung yang Ditemukan Kembali Setelah Lima Dekade

 

Saat ini jumlah spesies amfibi yang terancam kepunahan terus bertambah. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Amir merupakan satu dari puluhan peneliti yang tergabung dalam sebuah proyek penelitian amfibi secara global. Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Nature itu, melaporkan temuan Penilaian Amfibi Global Kedua, yang mengevaluasi 8.011 spesies yang masuk dalam Daftar Merah Spesies Terancam Punah [IUCN Red List of Threatened Species].

“Kami menemukan bahwa amfibi merupakan kelas vertebrata yang paling terancam [40,7 persen atau 2.873 spesies terancam secara global],” tulis penelitian Luedtke et al. [2023].

Kondisi ini lebih buruk, dibandingkan tahun 1980 lalu, dimana ada 37,9 persen [2.681] dan pada tahun 2004 ada 39,4 persen [2.788] amfibi yang terancam secara global [kategori Daftar Merah IUCN yang Kritis, Genting, dan Rentan].

Masih sumber yang sama, kepunahan amfibi juga mengalami peningkatan. Pada 1980, ada 23 kepunahan, ditambah 10 kepunahan pada 2004, dan empat kepunahan lagi pada tahun 2022, dengan total 37 kepunahan.

Baca: Studi: Infeksi Jamur dari Perpecahan Habitat jadi Penyebab Turunnya Jenis Amfibi di Dunia

 

Amfibi juga dapat menjadi bioindikator kondisi lingkungan sekitar, serta menjaga keseimbangan ekosistem. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Terbaru, amfibi jenis Atelopus chiriquiensis dan Taudactylus acutirostris, mengalami penurunan pesat terkait dengan chytridiomycosis pada 1990-an. Sementara, Craugastor myllomyllon dan Pseudoeurycea exspectata terakhir terlihat tahun 1970-an dan diyakini punah karena ekspansi pertanian.

“Persyaratan ketat harus dipenuhi untuk menyatakan suatu spesies Punah; oleh karena itu, banyak spesies yang hilang selama beberapa dekade dikategorikan sebagai Kritis [CR] dan ditandai sebagai Kemungkinan Punah [CR(PE)],” tulis penelitian itu.

Pada 1980, tercatat 24 amfibi yang dikategorikan sebagai CR [PE]. Tahun 2004, jumlahnya meningkat menjadi 162, dan pada 2022 ditambahkan 23 amfibi.

“Dengan demikian, jumlah kepunahan amfibi yang diketahui bisa mencapai 222 selama 150 tahun terakhir, jika semua spesies CR [PE] memang punah,” tegas penelitian itu.

Ironinya lagi, Amir Hamidy mengatakan, jumlah temuan jenis amfibi baru tidak sejalan dengan berkurangnya angka kepunahan amfibi yang terus terjadi.

“Bahkan angka kepunahan amfibi lebih tinggi, dibandingkan jumlah spesies amfibi baru yang ditemukan. Ini menjadi kekhawatiran para peneliti terhadap masa depan amfibi ditengah perubahan lingkungan yang cukup dramatis,” lanjutnya.

Baca juga: Dampak Krisis Iklim Global: Dua dari Lima Spesies Amfibi Terancam Punah

 

Beberapa kelompok amfibi menyukai habitat khas, khusus, lembab, dan terikat dengan kawasan hutan tropis yang rimbun dan penuh air. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Beragam ancaman

Ada satu keunikan amfibi yang mungin sulit ditiru oleh hewan lain, yakni kemampuan bernapas melalui kulit. Namun, ditengah perubahan lingkungan saat ini, kemampuan tersebut justru menambah kerentanan amfibi.

Dijelaskan Amir, selain memiliki paru-paru, amfibi juga punya kemampuan bernapas melalui kulit. Hal inilah kemudian yang membuat penyakit infkesi jamur chytrid, Batrachochytrium dendrobatidis [Bd], bisa berdampak buruk bagi amfibi.

“Infeksi jamur pada kulit amfibi dapat membuat kulit amfibi gagal beradaptasi untuk menjalankan fungsi fisiologinya, seperti aktivitas respiratori atau aktivitas bernafas melalui kulit, sehingga dapat menyebabkan kepunahan,” lanjutnya.

Selain itu, ancaman terhadap amfibi datang dari berbagai aktivitas antropogenik yang mengubah atau merusak habitat. Dalam penelitian Luedtke et al. [2023], ancaman tertinggi adalah agriculture atau pertanian, dilanjutkan penebangan pohon, pembangunan infrastruktur, dan lainnya.

“Semua kategori ancaman tertinggi ini adalah yang memberikan efek terhadap habitat. Jadi, ancaman utama terhadap amfibi ini memang kehilangan habitat dan hampir semua karena aktivitas manusia,” jelas Amir.

 

Hutan tropis di Indonesia yang lembab menjadi habitat amfibi. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Beragam amfibi ini juga terkadang memiliki warna dan bentuk menarik, sehingga juga sangat rentan diperdagangkan untuk dijadikan hewan peliharaan. Bahkan, Indonesia saat ini berperan sebagai eksportir paha katak [dikonsumsi] terbesar di dunia.

“Jika aktivitas ini tidak dikontrol, bisa menyebabkan semua jenis amfibi dimakan oleh manusia,” lanjut Amir.

Ada juga perubahan terkait naiknya status keterancaman amfibi, dari yang awalnya disebabkan penyakit [1980-2004], menjadi degradasi habitat hingga perubahan iklim [2004-2022].

“Yang terpenting, pendorong utama kemerosotan status adalah peralihan dari penyakit ke munculnya ancaman perubahan iklim. Hal ini menjadi perhatian khusus karena sering kali memperburuk ancaman lain, seperti perubahan penggunaan lahan, kebakaran, atau penyakit,” tulis penelitian Luedtke et al. [2023].

Penelitian ini juga menggarisbawahi pentingnya menghentikan perusakan dan degradasi habitat mereka.

“Yang terpenting, ekspansi pertanian legal dan ilegal, termasuk peternakan hewan dan tanaman komersial, merupakan ancaman paling penting bagi amfibi di seluruh dunia,” tegas penelitian itu.

 

Referensi jurnal:

Luedtke, J. A., Chanson, J., Neam, K., Hobin, L., Maciel, A. O., Catenazzi, A., Borzée, A., Hamidy, A., Aowphol, A., & Jean, A. (2023). Ongoing declines for the world’s amphibians in the face of emerging threats. Nature, 1–7.

 

Exit mobile version