- Studi baru menunjukkan meningkatnya risiko kepunahan lebih dari 8.000 spesies amfibi secara signifikan dalam 18 tahun terakhir,
- Dampak perubahan iklim menyebabkan dua dari lima spesies amfibi kini terancam punah
- Amfibi sangat rentan karena kulitnya yang permeabel dan kebutuhan habitatnya yang spesifik.
- Penyakit seperti jamur chytrid pun semakin mengancam kelangsungan hidup mereka.
Sebuah studi baru yang diterbitkan di Jurnal Nature menemukan bahwa lebih dari 8.000 spesies amfibi mempunyai risiko kepunahan yang jauh lebih besar dibandingka dengan hasil riset penilaian terakhir pada tahun 2004. Saat ini, dua dari lima amfibi terancam punah, menjadikan mereka salah satu kelompok hewan yang paling terancam.
Di antara tahun 2004 dan 2022, perubahan iklim menjadi ancaman utama bagi 39 persen spesies amfibi yang mendekati kepunahan.
“Mereka jadi ‘tawanan iklim‘, karena tidak dapat bergerak jauh untuk menghindari peningkatan frekuensi, intensitas panas ekstrim, kebakaran hutan, kekeringan, dan angin topan yang disebabkan perubahan iklim,” jelas Jennifer Luedtke Swandby dari LSM konservasi Re:wild.

Baca juga: “Katak Setan” Punah karena Perubahan Iklim?
Amfibi sangat rentan terhadap perubahan iklim. Kulit mereka yang permeabel (membran penting pengaturan pernapasan dan penyerapan air) dirancang untuk suhu dan kelembapan, dan saat suhu meningkat kerap terganggu dehidrasi selama kekeringan dan gelombang panas.
Demikian pun, tahapan kehidupan akuatik mereka, -khususnya katak, amat sensitif terhadap perubahan kondisi air dan pola curah hujan.
Banyak amfibi memiliki habitat khusus dengan suhu tertentu atau kebutuhan musiman yang dapat terganggu oleh perubahan iklim. Selain itu, amfibi menghadapi risiko penyakit, seperti penyakit jamur chytrid (Bsal) yang mematikan. Jamur ini tumbuh subur di iklim yang kerap berubah.

Baca juga: Katak Kecil Bermulut Sempit, Jenis Baru yang Sensitif pada Perubahan Iklim
Studi menunjukkan bahwa jenis salamander adalah hewan amfibi yang paling terancam di dunia, dimana tiga dari lima spesiesnya terancam kerusakan habitat dan dampak perubahan iklim.
Amerika Utara adalah habitat bagi salamander yang paling beragam di dunia. Jika penyakit jamur bsal menyebar, -yang telah menyerang Eropa dan Asia, maka salamander amerika pun bisa musnah.
“Munculnya jamur patogen di Eropa yang dapat mematikan bagi salamander amat memprihatinkan,” sebut Re:wild kepada Mongabay.
Empat spesies amfibi telah punah sejak 2004, 27 spesies yang saat ini dianggap amat terancam kemungkinan juga telah punah. Sisi baiknya, 120 spesies telah meningkat status konservasinya berkat upaya perlindungan habitat yang sukses.

Baca juga: Catatan Akhir Tahun: Katak Jenis Baru dan Dampak Nyata Perubahan Iklim
“Amfibi biasanya memiliki wilayah jelajah yang kecil, dan mereka juga sangat sensitif terhadap perubahan kecil di lingkungan,” jelas Jessica Deichmann, ahli ekologi di Pusat Konservasi & Keberlanjutan Smithsonian, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
“Dengan adanya amfibi di kawasan yang dilindungi, Anda akan dapat melindungi lebih banyak habitat mereka, dibanding dengan mamalia yang memiliki wilayah jelajah yang sangat luas.”
Penurunan populasi amfibi sejalan dengan krisis keanekaragaman hayati global yang lebih besar. Platform Kebijakan-Sains Antarpemerintah tentang Jasa Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem (IPBES), menyebut lebih dari satu juta spesies tumbuhan dan hewan saat ini terancam punah. Dunia saintis menyebut ini adalah era kepunahan massal keenam di Bumi.

Para ilmuwan memperkenalkan teori kerangka batas planet (planetary boundary framework), yang menyatakan Bumi memiliki sembilan elemen sistem vital. Jika itu terlewati, kehidupan di planet ini akan berada dalam ancaman. Keanekaragaman hayati sendiri disebut berada dalam Batas Integritas Biosfer yang telah melewati ambang batas aman. Semuanya disebabkan oleh aktivitas manusia.
“Apakah kita akan melestarikan amfibi, bukan lagi sebuah pertanyaan, namun sudah jadi kebutuhan,” kata Amaël Borzée, salah satu pimpinan Kelompok Spesialis Amfibi di IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) global dan juga penulis studi.
“Dengan melindungi amfibi, kita melindungi hutan dan ekosistem, yang menjadi solusi alam untuk memerangi perubahan iklim,” kata rekan penulis studi Kelsey Neam, dari Re:wild, kepada AFP.
“Melindungi hewan amfibi adalah investasi bagi masa depan planet kita.”
Tulisan asli: Frogs in the pot: Two in five amphibian species at risk amid climate crisis. Artikel ini diterjemahkan oleh Akita Verselita

Referensi:
Luedtke, J. A., Chanson, J., Neam, K., Hobin, L., Maciel, A. O., Catenazzi, A., … Stuart, S. N. (2023). Ongoing declines for the world’s amphibians in the face of emerging threats. Nature. doi:10.1038/s41586-023-06578-4
Steffen, W., Richardson, K., Rockström, J., Cornell, S. E., Fetzer, I., Bennett, E. M., … Sörlin, S. (2015). Planetary boundaries: Guiding human development on a changing planet. Science, 34 7(6223), 1259855. doi:10.1126/science.1259855
Richardson, K., Steffen, W., Lucht, W., Bendtsen, J., Cornell, S. E., Donges, J. F., … & Rockström, J. (2023). Earth beyond six of nine planetary boundaries. Science Advances9(37), eadh2458. DOI: 10.1126/sciadv.adh2458