Mongabay.co.id

Pesta Kembang Api Menjadi Malapetaka bagi Satwa-Satwa Ini

 

Umumnya orang menyukai pesta kembang api, namun tidak untuk satwa-satwa ini. Angsa, anjing, kuda, dan murai hanyalah beberapa contoh satwa yang tidak menghendaki adanya pesta kembang api. Keindahan semburan cahaya kembang api justru mengganggu ketenangan mereka. Suara desing dan letupannya mengintimidasi. Sementara bau dan partikel udara (partikulat matter) yang dihasilkan dari pembakaran zat kimia berpengaruh kepada kesehatan satwa.

Di banyak tempat di dunia, pesta kembang api hampir selalu menyertai perayaan hari-hari besar. Di Amerika, hari kemerdekaan yang diperingati setiap 4 Juli terasa hambar tanpa pesta kembang api. Di Perancis, kembang api menjadi suguhan acara pada hari Bastille yang diperingati setiap 14 Juli. Di China, tahun baru China yang jatuh pada akhir bulan Januari atau awal Februari kerap dimeriahkan pertunjukkan kembang api yang spektakuler.

Sementara hampir setiap kota besar di dunia selalu merayakan pergantian tahun dengan pesta kembang api. Berapa banyak kembang api yang dibakar hanya untuk beberapa jam pertunjukkan itu? Belum ada data untuk seluruh dunia. Namun American Pyrotechnics Association menyebutkan pada 2020 lalu sebanyak 404,5 juta pound (183,477 ribu ton) kembang api dibakar di seluruh Amerika saat acara peringatan kemerdekaan. Dari jumlah itu, terbanyak dibeli oleh warga.

 

Jauh lebih buruk

Bagi manusia, pertunjukkan kembang api cenderung untuk kesenangan. Bagi sejumlah satwa, sialnya itu tak sekadar mengganggu istirahat mereka. Ledakan kembang api bisa menyebabkan kematian satwa-satwa itu. Misalnya jika itu terjadi pada burung bangau putih muda (Ciconia ciconia).

“Terbang merupakan hal yang biasa sebagai respon terhadap kebisingan, bahkan pada bangau muda, yang melompat keluar dari sarangnya meskipun tidak dapat terbang,” tulis Philip W Bateman, peneliti dari Curtin University, Australia, mewakili timnya.

baca : Pesta Kembang Api dan Dampaknya Terhadap Kualitas Udara

 

Pesta kembang api yang biasanya marak dilakukan saat pergantian tahun. Foto: Pixabay/Public Domain/JillWellington

 

Laporan penelitian mereka yang membahas dampak jangka pendek dan jangka panjang kembang api terhadap lingkungan dimuat di jurnal Pacific Conservation Biology, 2023.

Kekhawatiran akan dampak buruk kembang api bagi satwa akhir-akhir ini bisa ditunjukkan dari banyaknya penelitian terkait hal itu. Sebuah penelitian mengungkap, anakan burung Western Bluebird (Sialia mexicana) berukuran lebih kecil dan kondisi tubuh yang lebih buruk ketika terkena kebisingan dan gangguan cahaya.

Sementara tikus pinyon (Peromyscus truei) berkurang aktivitasnya di zona dengan cahaya tinggi, dan kondisi tubuhnya akan menurun di area yang lebih bising. Kutipan hasil dua penelitian ini muncul dalam laporan penelitian Philip dan kawan-kawan.

Banyak laporan yang menerangkan fobia anjing pada kebisingan yang timbul akibat atraksi kembang api. Penelitian di Selandia Baru mengungkap kuda yang menunjukkan respon takut pada kembang api. Pengamatan beberapa spesies mamalia dan burung di kebun binatang Jerman setelah pertunjukkan kembang api juga menunjukkan satwa-satwa itu menjadi gugup dan menarik diri ke area yang lebih terlindungi.

Dalam laporan penelitian itu, Philip menyebut bahwa gangguan akibat kembang api pada hewan peliharaan mungkin bisa segera diatasi. Namun dampak terhadap satwa liar bisa lebih besar. Misalnya jika perayaan itu bertepatan dengan pola migrasi atau musim kawin satwa.

Di Belanda ribuan burung berbagai jenis terbang tak lama setelah kembang api dinyalakan pada malam pergantian tahun. Sementara di Polandia, murai Eurasia (Pica pica) yang terkenal cerdas memilih berkumpul bersama dalam jumlah besar di sarang komunal namun ukuran sarangnya  mengecil. Di Swiss, angsa berleher panjang dan pendek, serta bebek yang menghuni danau Zurich berkurang hingga 35 persen dalam semalam. Burung pemakan bangkai hering griffon (Gyps fulvus) di penangkaran saat diukur detak jantungnya ternyata meningkat dari 50 menjadi 170 bpm saat terkena gangguan kembang api.

baca juga : Gunung Api Purba Ditemukan di Bawah Laut, Tertutup Ribuan Telur Raksasa

 

Peringatan hari besar dan kegiatan festival biasanya juga dimeriahkan dengan pesta kembang api. Foto: Pixabay/Public Domain/nck_gsl

 

Sebuah penelitian yang menganalisis jejak GPS selama delapan tahun (2014-2021) dari 347 angsa liar yang bermigrasi menghasilkan temuan menarik. Penelitian dikerjakan ilmuwan dari Jerman, Belanda, China, dan Denmark dan dipublikasikan pada 2022 lalu.

“Kami berhasil menunjukkan, bersamaan dengan peningkatan partikel udara, pada malam tahun baru angsa terbang rata-rata 5 hingga 16 km lebih jauh dan 40 hingga 150 m lebih tinggi,” tulis Andrea Kolzscha mewakili timnya. Penelitian mereka dimuat dalam jurnal Conservation Letters, 2022.

Daftar dampak pertunjukkan kembang api ke satwa ini masih panjang. Pengamatan di Kalifornia, singa laut Kalifornia (Zalophus californianus) dan anjing laut pelabuhan (Phoca vitulina) memilih turun ke air sebagai respon atas letusan kembang api. Sementara berang-berang laut (Enhydra lutris) muncul kembali setelah pertunjukkan kembang api berakhir.

Sedangkan singa laut Amerika Selatan di Chile (Otaria flavescens) saat di darat selama musim kawin, menunjukkan perilaku waspada dan berhenti bersuara setelah terkena paparan kembang api. Mereka juga banyak yang meninggalkan koloninya selama pertunjukkan dan harus menunggu lebih dari 24 jam untuk kembali.

Bukan hanya cahaya dan suara ledakannya. Kandungan zat kimia yang dibakar dan menghasilkan aneka warna di langit juga berbahaya bagi lingkungan. Misalnya perklorat yang jika larut dalam air dan diserap tanaman bisa masuk ke serangga, mamalia, amfibi, dan ikan.

“Perklorat menjadi masalah kesehatan yang besar karena menghambat fungsi tiroid pada amfibi, reptil dan mamalia, menurunkan produksi hormon tiroid – juga berperan dalam menyebabkan masalah reproduksi, perkembangan saraf, perkembangan, imunotoksik, dan karsinogenik,” ungkap laporan Philip mengutip hasil penelitian sebelumnya.

Pelarangan pertunjukkan kembang api mungkin tidak populer. Namun masih bisa diganti pertunjukan cahaya dengan laser atau drone yang lebih ramah lingkungan. Hal yang sama sudah dilakukan oleh sejumlah negara. Misalnya pada malam tahun baru 2020 lalu, sebanyak 2000 drone diterbangkan di Shanghai untuk mengganti atraksi kembang api. Pada 4 Juli lalu, Kalifornia juga memakai drone sebagai pengganti kembang api. Sejumlah petisi kini muncul di internet yang menggalang seruan untuk mengganti kembang api dengan drone.***

 

Exit mobile version