Mongabay.co.id

Sumber Pangan dan Mata Pencarian Perempuan Taman Jaya Terdampak Tambang Nikel

 

 

 

 

 

Para perempuan Dusun Taman Jaya,  Desa Piru, Seram, Maluku,  tak bisa  memetik daun kayu putih di hutan, maupun mengumpulkan bia (kerang) karena sungai tercemar dan hutan mangrove  rusak setelah ada perusahaan tambang  nikel, PT  Manusela Prima Mining (MPM).

Wanje, perempuan Taman Jaya, tak bisa lagi mencari rezeki untuk penuhi kebutuhan keluarga sejak ada perusahaan tambang nikel. Terlebih,  sebagian lahan warga masuk konsesi perusahaan.

Dia tak bisa lagi ambil daun kayu putih untuk dijual karena masuk dalam areal perusahaan. Padahal, sejak dulu masyarakat Taman Jaya ambil daun kayu putih sebagai penunjang ekonomi.

“Dulu katong (kita) uru (petik) daun kayu putih di sana, sekarang seng (tidak) ad alai karena orang perusahaan sudah masuk situ, seng ad alai daun, sebagian su tabakar. Katong dapa larang maso situ,” katanya.

Dulu, kata Wanje, mereka bebas memetik bahan dasar minyak kayu putih ini, perlahan dilarang perusahaan. Kini, mereka berusaha berburu sisa-sisa pohon kayu putih di luar ‘lahan’ perusahaan.

 

Baca juga: Nasib Petani Taman Jaya Kala Tambang Nikel Datang

Pohon kayu putih di sekitar tambang nikel di Gunung Kobar. Foto: Christ Belseran/ Mongabay Indonesia

 

Sebelum perusahaan masuk, katanya, warga banyak mencari penghidupan dari memetik daun kayu putih, sampai 100 kg per hari.

“Kalau satu bulan itu biasa satu ton lebih, sekarang perusahaan su tinggal di situ katong seng bisa ambe lai, apalagi kayu bakar seng bisa ambe lai,” katanya.

Hutan di Gunung Kobar—jadi area tambang nikel–, merupakan ruang hidup dan kawasan penting bagi warga. Dengan posisi di gunung, katanya, masyarakat khawatir bisa berpengaruh buruk kalau hutan di atas rusak.

Seng ada lai, itu saja kehidupan Masyarakat Taman Jaya, lalu perempuan-perempuan untuk bantu dong pung keluarga untuk mancari.”

Tanaman pertanian lain juga terancam bahkan tak bisa panen lagi. Contoh, sudah beberapa kali, ubi kayu yang dia tanam gagal panen karena banjir lumpur dari sekitar perusahaan.

Meski sudah adukan masalah ini ke pemerintah, tetapi seakan diabaikan.

“Di sebelah kelapa itu katong tanam kasbi…kasbi yang ditanam sebelum jua su rusak karena tanah lumpur,” katanya.

Meski tanaman petani rusak, katanya, perusahaan tak mau beri ganti rugi.

Begitu pun juga kerang yang biasa mereka cari untuk komsumsi maupun jual. Bia, katanya, sudah hilang lantaran lumpur menutup pepohonan mangrove di pesisir pantai Taman Jaya.

Dulu, kata Wanje, kerang mudah ditemukan di sekitar hutan mangrove.

Dolo itu katong bameti di mange-mange (aktivitas cari kerang setelah air laut surut di hutan mangrove), sakarang seng ad alai karena sudah tatutup deng tanah perusahaan dari gunung ka pantai. Akhirnya, bia-bia su susah deng seng ad alai tatutup deng pecek lumpur.”

 

Lokasi pengerukan ore nikel di Gunung Kobar Dusun Taman Jaya. Foto: Christ Belseran/ Mongabay Indonesia

 

Vivi Marantika, Koordinator Lembaga Humanum Maluku, mengatakan, ketika pesisir tercemar limbah ore nikel sangat berpengaruh pada kehidupan masyarakat sekitar, terutama para perempuan yang memegang peranan penting dalam pemenuhan pangan keluarga.

Tambang nikel berada di dataran atas, saat hujan limpasan lumpur akan mengalir dan mengendap jadi sedimentasi di sungai sampai ke laut di pesisir.

“Ini tentu sangat berdampak bagi ekosistem sekitar dan penghidupan masyarakat,” katanya.

Dalam kebiasaan di Taman Jaya, perempuan memegang peranan dalam pemenuhan pangan keluarga.

Ketika pangan terganggu, katanya, bisa berpengaruh pada pemenuhan nutrisi atau gizi keluarga yang seimbang. Dampak lain kerusakan lingkungan itu, katanya, berkurangnya pendapatan, hingga ketersediaan air bersih minim di Dusun Taman Jaya.

Lembaga Vivi antara lain pendampingan melalui program pemberdayaan perempuan dalam ketahanan dan keberdayaan pangan. Hal ini sangat penting dalam upaya membantu mereka memenuhi kebutuhan pangan keluarga.

 

Kondisi hutan mangrove di pesisir Dusun Taman Jaya. Foto: Christ Belseran/ Mongabay Indonesia

 

Hutan mangrove rusak

Hutan mangrove di Dusun Taman Jaya,  terlihat mengering. Daun mulai berguguran. Mangrove jenis bakau (Rhizophora Sp) itu tak bisa tumbuh subur lagi setelah terendam lumpur tanah oranye kecoklatan dari limbah ore nikel. Di atas Gunung Kobar, jadi area pertambangan nikel MPM.

Tanaman bakau yang dulu hutan lebat terus susut terdampak limbah pertambangan nikel di Gunung Kobar, Taman Jaya ini.

Padahal,  kata Bahrum, warga Taman Jaya,  lokasi ini menjadi tempat warga untuk mengais rejeki dengan mencari bia (kerang) dan kepiting bakau. Namun, semua itu tinggal kenangan.

Hutan mangrove di pesisir Dusun Taman Jaya dari data Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Maluku, Direktorat Jendral Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan masuk dalam kawasan konservasi,  Taman Wisata Alam Pulau Marsegu.

Data BKSDA Maluku, jenis vegetasi di TWA iniantara lain, Cordia subcordata, Pongamia pinnata, dan Baringtonia asiatica. Di bagian utara pantai pasir putih terdapat zona Ipomea pescaprae yang didominasi rumput angin (Spinifex littoreus) dan katang-katang (Ipomea pescaprae).

Selain kelelawar dapat juga ditemui satwa-satwa dilindungi seperti burung gosong (maleo) dan kepiting kelapa atau kepiting kenari. Selain itu, banyak burung lain jadikan pulau ini sebagai habitat.

Kehadiran tambang nikel, katanya,  akan mengacam kelestarian berbagai jenis vegetasi maupun satwa baik di darat maupun satwa biota lain.

Seiring aktivitas pertambangan nikel PT Manusela Prima Mining di Kawasan gunung Kobar, Dusun Taman Jaya tentu akan berdampak terhadap Kawasan TWA Pulau Marsegu termasuk vegetasi hutan mangrove di dalamnya.

Bahrum mengatakan, pemuatan ore nikel dengan kapal tongkang, akan mengancam kelestarian laut terutama terumbu karang di sekitar perairan TWA Pulau Marsegu.

 

 

Dusun Mesika Jaya, Desa Piru, bersebelahan dengan tambang nikel di Gunung Kobar. Foto: Christ Belseran/ Mongabay Indonesia

 

Aktivitas nelayan juga terancam karena ikan lambat laun berkurang karena lalu lintas kapal yang memuat ore nikel.

Mongabay berupaya mengkonfirmasi kepada Manusela Prima Mining, dengan mendatangi perusahaan di Dusun Taman Jaya,  Maret lalu.  Kami berusaha konfirmasi melalui surat resmi. Surat langsung diterima oleh staf perusahaan tetapi hingga berita ini turun, tak ada balasan.

Berdasarkan dokumen Minerba One Data Indonesia (MODI), MPM merupakan perusahaan patungan beranggotakan sejumlah investor dalam dan luar negeri. Mereka telah eksplorasi untuk mengetahui cadangan nikel di Kabupaten Seram Bagian Barat, sejak 2007.

Dari IUP terbit oleh Bupati Seram Bagian Barat (SBB) Jakobus Putitilehat pada 2009, luas wilayah 4.389 hektar. Ia meliputi Gunung Kobar di Dusun Taman Jaya, dan Gunung Tinggi di Dusun Talaga, Desa Piru, Kecamatan Seram Barat.

Roy Syauta, DLH Maluku menyebut, mereka akan turun  setelah menerima laporan hutan mangrove rusak karena endapan sendimen tanah lumpur.

“Kalau katong (kita) menemukan hal-hal yang dibuat dan tertuang dalam dokumen Amdal pasti akan diberikan teguran keras,” katanya, seraya bilang, kalau ada pelanggaran hukum maka bersama Balai Penegakan Hukum akan lakukan penindakan.

 

Kondisi kebun warga di Dusun Taman Jaya, Pulau Seram, terkena limpahan limbah ore nikel saat musim penghujan. Foto: Christ Belseran/ Mongabay Indonesia

 

**********

Exit mobile version