Mongabay.co.id

Generasi Muda Bicara Perubahan Iklim

 

Perubahan iklim yang terjadi saat ini telah membawa dampak yang sangat nyata bagi penghidupan masyarakat dan sumber daya alam. Efek negatif yang muncul diantaranya adalah meningkatnya suhu permukaan bumi, meningkatnya kekeringan yang berujung pada kurangnya pangan, meningkatnya permukaan air laut.

Perubahan iklim ini menjadi tantangan terhadap pembangunan dalam aspek lingkungan sosial maupun ekonomi. Kondisi ini membuat keprihatinan banyak pihak, termasuk generasi muda.

Generasi muda sebagai aktor intelektual dan agen perubahan adalah unsur penting yang diperlukan dalam menjalankan usaha mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, sehingga sangatlah penting untuk berkolaborasi untuk mengatasinya. Pun demikian dengan perguruan tinggi yang juga memiliki peran yang tidak ringan untuk dapat andil dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Di penghujung tahun 2023, generasi muda dan akademisi berkumpul di Sulawesi Utara untuk membicarakan perubahan iklim dan pembelajaran yang dapat dipetik dari inisiatif lokal serta solusi yang diberikan. Selain itu, pentingnya melibatkan Pemerintah Daerah, secara khusus di Sulawesi Utara guna bersama-sama untuk mencari jalan keluar terhadap kondisi tersebut.

Pertemuan ini menghadirkan baik secara daring maupun luring antara lain Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Sulut, Pemkab Minahasa Utara, Kecamatan Likunang Barat, KKP, Institut Pertanian Bogor, Universitas Nusa Cendana, Universitas Pasifik Morotai, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Sam Ratulangi dan Politeknik Negeri Nusa Utara, serta Yapeka. Kegiatan ini merupakan bagian dari dukungan Kedutaan Jerman yang memiliki kedulian terhadap kondisi perubahan iklim

baca : Radith Giantiano, Generasi Muda NTT yang Peduli Perubahan Iklim

 

Generasi muda membahas dampak perubahan iklim dalam suatu acara di Manado, Sulawesi Utara. Foto : Agustinus Wijayanto/Mongabay Indonesia

 

Dalam acara itu, Marselius F. Talahatu dari KKP menyampaikan garis besar kebijakan pemerintah terkait perubahan iklim yaitu strategi dan target capaian NDC Indonesia.

Sedangkan Kepala DKP Sulut, Tieneke Adam menyampaikan 13 kabupaten/kota di Sulut dengan wilayah pesisir memiliki andil dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dan menyambut baik inisiatif generasi muda untuk menjawab tantangan perubahan iklim sesuak dengan kapasitas.

Sementara mahasiswi Universitas Sam Ratulangi Ni Gusti Ayu Pramsti menyoroti pentingnya pendidikan terpadu yang mengintegrasikan pengetahuan perubahan iklim, budaya lokal, alam pesisir, dan laut untuk meningkatkan pemahaman generasi muda sehingga dapat memunculkan inovasi.

Abril Siri mahasiswa Politeknik Negeri Nusa Utara menyoroti pentingnya pengusahaan sumber pangan alternatif untuk meningkatkan resiliensi masyarakat terhadap perubahan iklim. Sedangkan Jessica Tarimakase juga mahasiswi Politeknik Negeri Nusa Utara melihat pentingya beradaptasi terhadap perubahan iklim yang mempengaruhi pola perikanan tangkap di Pulau Sangihe.

Sedangkan generasi muda dari NTT, Picessylia Safiransi Anakay, menyampaikan bahwa proses mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dapat dipadukan dengan konservasi berupa kegiatan ekowisata. Kondisi itu juga digambarkan Dr. Ismawan Tallo dri Univesitas Nusa Cendana NTT yang menjelaskan dampak langsung perubahan iklim yang terjadi di NTT.

baca juga : Gita Syahrani: Suarakan Isu Iklim dengan Hati agar Indonesia Tidak Punah

 

Diskusi dampak perubahan iklim di Desa Gangga Satu, Sulawesi Utara. Foto : Agustinus Wijayanto/Mongabay Indonesia

 

Dr. Stephanus V. Mandagi dari Universitas Sam Ratulangi Manado memaparkan tentang potensi karbon biru dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Sementara Iswandi Wahab, M.Si dari Universitas Pasifik Morotai menjelaskan tentang dampak perubahan iklim di Morotai.

Rio Christy Handziko, M.Pd dari Universitas Negeri Yogyakarta menyoroti tentang pentingnya aspek pendidikan bahari dalam kaitanya terhadap mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Hal itu diperkuat oleh Dr. Fery Kurniawan yang menyampaikan hasil kajian dari IPB tentang aspek kritis dari perubahan iklim. Dari sini, generasi muda belajar banyak tentang kondisi-kondisi ekologi dan sosial atas perubahan iklim yang terjadi.

Dalam pertemuan kali ini, generasi muda dan pihak universitas yang hadir berkunjung ke Desa Gangga Satu untuk berinteraksi dengan nelayan yang terdampak perubahan iklim dan melihat bagaimana cara nelayan beradaptasi.

Generasi muda memiliki harapan yang tinggi terhadap kondisi perubahan iklim dengan melibatkan mereka tentang perubahan iklim ataupun tema yang lainnya; dapat mengajak generasi muda yang lainuntuk menyuarakan bahaya dampak perubahan iklim; minimalisir sampah yang ada di pesisir serta mampu membuat media kampanye tentang perubahan yang bisa diterima dan dipahami oleh masyarakat. (***)

 

Ilustrasi. Generasi muda yang terlibat dalam aksi perduli iklim ‘monster sampah’ di Makassar beberapa waktu lalu. Generasi muda yang paham dan perduli akan perubahan iklim dinilai akan lebih sukses dalam karier di masa yang akan datang. Foto: Wahyu Chandra/Mongabay Indonesia.

 

Exit mobile version