Mongabay.co.id

Alat Peraga Kampanye Pemilu Merusak Pohon di Banda Aceh, Solusinya?

 

 

Kampanye pemilihan umum [pemilu] untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat [DPR] beserta Presiden dan Wakil Presiden tengah berlangsung. Pada 14 Februari 2024, pesta demokrasi ini digelar.

Namun, alat peraga kampanye [APK] pemilu yang digunakan para calon tersebut, telah merusak pohon yang ada di sepanjang jalan utama Kota Banda Aceh, Ibu Kota Provinsi Aceh. Banyak poster, spanduk, dan baliho, langsung dipaku di sejumlah pohon.

“Pohon-pohon yang ditanam, agar kota menjadi indah dan rindang, menjadi rusak,” kata Jannatul, warga Banda Aceh, Rabu [10/1/2024].

Pohon sangat bermanfaat untuk lingkungan dan kehidupan kita, terutama menghasilkan oksigen.

“Tapi, kenapa disakiti dengan dipaku alat kampanye? Ini harus ada solusi semua pihak, agar kerusakan pohon akibat APK bisa diminimalisir,” ujarnya.

Baca: Pentingnya Pohon Bagi Kehidupan Manusia

 

Alat peraga kampanye pemilu yang merusak pohon di Banda Aceh, Aceh, ini ditertibkan oleh Satpol PP. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Etika lingkungan

Pemerhati lingkungan hidup yang juga mantan Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia [Walhi] Aceh, T. M. Zulfikar, pada acara yang digelar Forum Jurnalis Lingkungan [FJL] Aceh, Rabu [10/1/2024] mengatakan, masih banyaknya APK yang dipasang dengan memaku pohon, menjadi bukti banyak caleg tidak paham etika lingkungan.

“Partai politik seharusnya mengajarkan para calegnya. Memaku poster atau baliho di pohon itu tidak boleh,” terangnya, dalam diskusi “Derita Pohon di Pesta Demokrasi” itu.

Pohon-pohon yang ditanam di kota, sama pentingnya dengan yang di hutan, sebagai penyerap karbon dan penghasil oksigen. Tentunya sangat penting untuk pengguna jalan.

“Memaku dapat menyebabkan pohon mati. Untuk menumbuhkannya, butuh biaya dan harus menunggu bertahun hingga rindang. Hal ini terjadi setiap kali pemilu, karena tidak ada sanksi tegas maka kesalahan yang sama diulang.”

Zulfikar mengajak masyarakat agar tidak memilih caleg-caleg dan pemimpin yang memasang APK di pohon, karena dipastikan mereka tidak paham pentingnya menjaga lingkungan.

“Pilih saja yang paham lingkungan. Kita tidak mau orang yang nantinya menjadi anggota dewan tetapi perilakunya tidak terhormat,” ungkapnya.

Baca: Bagaimana Nasib Pohon-pohon di Indonesia?

 

Penertiban alat kampanye pemilu di lakukan di Kota Banda Aceh. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Mengundang partai politik

Ketua Panitia Pengawas Pemilihan [Panwaslih] Kota Banda Aceh atau juga Bawaslu Kota Banda Aceh, Ely Safrida, pada acara yang sama mengatakan, pihaknya sudah mengundang semua pengurus partai politik untuk mengikuti sosialisasi peraturan kampanye.

“Sebelum masa kampanye, kami sudah sosialisasi. Saat kampanye, kami sudah empat kali menyurati partai politik yang melanggar aturan.”

Memaku pohon itu pelanggaran, namun sanksinya hanya administratif.

“Kami dibantu Satpol PP – WH Kota Banda Aceh, membongkar semua atribut kampanye yang melanggar aturan, termasuk yang di pohon.”

Pemasangan APK yang tidak beraturan itu cukup meresahkan. Selain merusak pohon, juga mengganggu, bahkan mengancam keselamatan pengguna jalan.

“Semoga ini menjadi perhatian semua pihak, khususnya peserta pemilu,” ujarnya.

Baca juga: Pisang Raksasa Papua, Bisa Setinggi Pohon Kelapa

 

Pohon-pohon di jalan utama Kota Banda Aceh rusak akibat dipaku alat peraga kampanye pemilu. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Suhu Bumi

Ketua Prodi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi [FST] UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Muslich Hidayat mengatakan, peserta pemilu yang memaku alat peraga di pohon memiliki etika dan estetika lingkungan sangat dangkal.

“Paku yang ditancap akan mengganggu dan merusak batang.”

Jaringan batang secara umum terdiri epidermis, korteks, endodermis, perisikel, floem, kambium, xylem, dan empulur. Jika paku yang ditancapkan cukup panjang, akan merusak floem dan xylem.

“Floem dan xylem merupakan jaringan pengangkut air, unsur hara dan hasil fotosintesis ke seluruh bagian tumbuhan atau pohon. Jika terganggu, pertumbuhan tersendat, bahkan jika terputus menyebabkan kematian.”

Pohon sangat penting menyerap karbon.

“Jika mati, dapat memicu pemanasan global. Jika pohon itu mati, maka para peserta pemilu ikut berkontribusi bertambah panasnya suhu di Bumi,” paparnya.

Baca: Riset: Tumbuhan Menjerit Ketika Stres, tapi Manusia Tidak Mendengarnya

 

Kehadiran pohon sangat penting bagi manusia, terutama sebagai penghasil oksigen. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Sebagai informasi, pepohonan dan hutan hujan tropis menyediakan sekitar 28 persen kebutuhan oksigen di Bumi. Dikutip dari situs sciencefocus.com, pohon melepaskan oksigen ketika menggunakan energi dari sinar matahari untuk membuat glukosa dari karbon dioksida dan air. Ini disebut sebagai fotosintesis.

Dengan memperhitungkan berat molekul relatif oksigen dan karbon, maka satu pohon dapat menghasilkan sekitar 100 kilogram oksigen per tahun. Sementara, dalam setahun, seorang manusia membutuhkan sekitar 740 kilogram oksigen. Artinya, manusia membutuhkan tujuh atau delapan pohon.

 

Mengenal Sembilan Pohon Tertua, Tertinggi, dan Terbesar di Dunia

 

Exit mobile version