Mongabay.co.id

Penelitian Ikan Purba Membuka Rahasia Satwa Nokturnal

 

Apakah kebiasaan nokturnal membantu melindungi hewan dari kepunahan?

Sekitar 145 juta tahun yang lalu, gunung berapi meletus di seluruh penjuru Bumi, membuat langit menjadi gelap dan memusnahkan ribuan spesies. Salah satu kelompok yang lenyap adalah Mesturidae. Namun, beberapa ikan yang berenang di perairan yang sama, seperti Acipenseriformes bermoncong lancip, selamat dari pergolakan, dan kemudian berevolusi menjadi ikan sturgeon saat ini.

Para ahli biologi evolusioner telah lama memperdebatkan ihwal beberapa spesies yang mampu bertahan hidup dengan spesies lain yang tak terhitung jumlahnya punah. Salah satu kelompok peneliti berspekulasi bahwa aktif di malam hari seperti halnya ikan sturgeon memberikan keuntungan untuk bertahan hidup. Kebiasaan ikan purba itu menunjukkan kemampuan penyesuaian pola hidup setelah masa-masa sulit berlalu.

Terbukti, spesies nokturnal mampu melakukan adaptasi dengan bergeser menjadi penghuni siang hari dan menggantikan spesies yang punah.

Para peneliti juga telah mengetahui bahwa banyak mamalia nokturnal yang selamat dari kepunahan massal akibat hantaman asteroid 66 juta tahun yang lalu. Berbeda dengan dinosaurus yang sebagian besar aktif di siang hari justru punah.

Berdasarkan analisis fosil, informasi yang didapatkan hanya mengungkapkan sedikit tentang perilaku organisme selama 24 jam. Sehingga ahli biologi evolusi di Universitas Toronto, Maxwell Shafer dan rekan-rekannya di Universitas Basel berfokus pada ikan yang mewakili setengah dari semua vertebrata.

Mereka menyisir literatur untuk menentukan perilaku siang dan malam dari hampir 4.000 spesies ikan bertulang belakang dan 135 spesies ikan bertulang rawan seperti hiu.

baca : Peneliti Ungkap Evolusi Burung Hantu Menjadi Nokturnal

 

Seorang ahli biologi di Pembenihan Ikan Nasional Gavins Point memegang bayi ikan sturgeon pucat untuk mempelajari kebiasaan mereka. Foto: Tiffany Johanson/Media Publik Nebraska

 

Kemudian mereka melakukan banyak simulasi tentang kemungkinan pola aktivitas siang dan malam pada nenek moyang ikan modern, hingga mereka menemukan pola yang paling mirip dengan pola hidup spesies saat ini.

Hasilnya, beberapa ikan seperti sturgeon tetap aktif di malam hari sepanjang sejarahnya. Menurut pemodelan mereka, nenek moyang semua ikan juga aktif di malam hari, tim melaporkan pada 1 November di bioRxiv, seperti halnya banyak spesies ikan yang selamat dari kepunahan massal. Tim juga menemukan bahwa ikan telah bertransisi berkali-kali antara nokturnal dan diurnal lebih sering daripada vertebrata lainnya.

Shafer menemukan pergeseran paling jelas terlihat setelah periode kepunahan yang meningkat pada 145 juta dan 66 juta tahun yang lalu. Dalam kondisi suhu yang meningkat hanya satwa nokturnal yang mampu menghindari puncak panas pada siang hari yang berpotensi mematikan.

Setelah bencana itu, spesies nokturnal dapat mengeksploitasi ceruk yang sekarang kosong dengan beralih ke diurnal dan melakukan diversifikasi, seperti yang dilakukan mamalia setelah dinosaurus punah. Di antara ikan, hal ini pada akhirnya mengembalikan keseimbangan antara spesies nokturnal dan diurnal.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa mamalia purba aktif di malam hari untuk menghindari dinosaurus. Setelah predator tersebut menghilang, mamalia beralih menjadi aktif di siang hari.

Amfibi dan vertebrata lainnya juga cenderung aktif di malam hari, hal itu dimungkinkan karena prosen evolusi. Shafer juga berpendapat dalam penelitian vertebrata nokturnal merupakan keuntungan untuk bertahan hidup selama bencana.

Sementara itu, ahli paleontologi di China University of Geosciences, Haijun Song, berpendapat bahwa upaya Shafer dapat memberikan gambaran sekilas mengenai masa depan, ketika Bumi hari menghadapi kenaikan suhu akibat perubahan iklim.

“Penelitian ini memberikan prediksi yang masuk akal bahwa hewan nokturnal akan lebih mungkin untuk bertahan hidup,” tutur Haijun.

baca juga : Ekidna si Mamalia Bertelur, Satwa Asli dari Papua

 

Ikan sturgeon. Foto : NOAA via flickr

 

Pengaruh manusia

Namun tanpa disadari setelah manusia mengokupasi seluruh Bumi, mamalia kembali ke kebiasaan nenek moyang mereka. Yaitu kembali menjadi nokturnal.

“Semua mamalia sepenuhnya aktif di malam hari, karena dulu dinosaurus adalah kekuatan menakutkan yang ada di mana-mana di planet ini,” kata Kaitlyn Gaynor dari University of California, Berkeley. “Sekarang manusia adalah kekuatan menakutkan yang ada di mana-mana di planet ini, dan kita memaksa semua mamalia lain kembali ke malam hari.”

Gaynor dan rekan-rekannya mempelajari dampak yang ditimbulkan oleh manusia terhadap satwa liar. Mereka melihat pola yang mencolok: hewan menjadi lebih aktif di malam hari untuk menghindari gangguan manusia. Ketika mereka mencari di literatur ilmiah, mereka menemukan banyak kelompok lain yang melihat pola yang sama.

Dalam hal ini, pergeseran ke malam hari mungkin merupakan hal yang baik. “Ini adalah cara satwa liar untuk berbagi ruang di planet yang semakin padat ini,” kata Gaynor. (***)

 

Referensi : science.org dan newscientist.com

 

 

Exit mobile version