Mongabay.co.id

Fakta Unik Kucing Hutan, Tidak Takut Air dan Piawai Berenang

 

 

Bagi masyarakat umum, kucing dianggap sebagai hewan yang takut basah atau takut air. Namun, banyak yang tak tahu bahwa beberapa jenis kucing liar, ternyata memiliki kemampuan berenang yang baik.

Tentu saja, kucing ini berbeda dengan jenis kucing domestik yang sudah akrab dengan lingkungan manusia. Sedangkan kucing liar, secara umum, perilakunya sangat elusif atau sulit ditemukan karena habitatnya di hutan dan memiliki kecenderungan untuk menghindari manusia.

Secara global, terdapat sekitar 40-an jenis kucing liar dan 11 jenis di antaranya dapat ditemukan di Indonesia serta tersebar spesifik di pulau-pulau tertentu, yakni Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali, dan Nusa Tenggara. Namun, dua jenis telah punah sehingga menyisakan 9 jenis saja. Mirisnya, kondisi itu sejalan dengan sedikitnya informasi mengenai kucing liar di Indonesia, baik penelitiannya dan juga konservasinya.

Jenis kucing liar yang memiliki kemampuan berenang adalah kucing hutan atau dikenal juga kucing kuwuk. Kucing hutan adalah jenis kucing liar yang paling sering berinteraksi atau bertemu dengan manusia. Dalam Bahasa Inggris sebutannya Sunda Leopard Cat atau Mainland Leopard Cat dengan nama ilmiah Prionailurus bengalensis.

Baca: Jenis Kucing Liar Ini Paling Sering Berinteraksi dengan Manusia

 

Kucing hutan memang istimewa, jenis ini diketahui sebagai perenang handal. Foto: Wikimedia Commons/Kuribo/CC BY-SA 3.0

 

Berdasarkan wawancara sebelumnya dengan Erwin Wilianto, founder Save Indonesian Nature & Threatened Species [SINTAS Indonesia] serta anggota Fishing Cat Conservation Alliance dan anggota Cat Specialist Group – IUCN SSC, dijelaskan bahwa kucing hutan di Indonesia ada dua subspesies; yang dulunya satu yakni Prionailurus bengalensis, lalu dipisahkan.

“Dua sub spesies tersebut adalah Kalimantan dan Sumatera [Prionailurus javanensis sumatranus] dipisahkan dari subspesies yang ada di Jawa [Prionailurus javanensis javanensis],” kata Erwin.

Berdasarkan penjelasan para peneliti di Cat Spesialist Group, secara ekologi dan perilaku, kucing hutan adalah spesies yang hidup menyendiri, tetapi telah teramati berpasangan atau dengan anak yang masih kecil, lalu digambarkan sebagai hewan nokturnal dan krepuskular [peralihan dari siang ke sore]. Namun, ada juga yang mengamati pada siang hari, saat jantan lebih banyak beraktivitas ketimbang betina.

Bahkan, jenis ini menggunakan jelajah lebih luas pada musim hujan dibandingkan kemarau, serta menggunakan hutan serta semak belukar sebagai tempat istirahat dan berkembang biak.

“Kucing ini merupakan pemanjat hebat dan sering terlihat beristirahat di pepohonan. Bahkan spesies ini juga merupakan perenang handal, telah menjajah pulau-pulau lepas pantai di seluruh wilayah jelajahnya,” tulis para peneliti di Cat Spesialist Group.

Baca: Kucing Ini Dijuluki “Spesialis” Lahan Basah

 

Kucing kuwuk alias kucing hutan yang terpantau di hutan Kurai Timur pada Februari 2023. Foto: Hadiyana/Ecositrop

 

Penelitian tentang kucing hutan memang sangat sedikit, apalagi terkait kemampuan berenangnya. Salah satu penelitian keberadaan kucing hutan, terkait kotoran dan jejak kaki, menggunakan kamera jebak [camera trap], dilakukan di kawasan hutan non-konservasi Cisokan, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat [Jurnal Biodiversitas, 2018].

Dalam penelitian itu, terutama di lokasi Pasar Bedil dan Cirumanis, peneliti menemukan feses kucing hutan. Pasir Bedil dan Cirumanis sendiri dipisahkan oleh Sungai Cisokan, namun menurut peneliti kucing hutan dapat berenang melintasi Sungai Cisokan.

Terkait kemampuan berenang ini, mengutip dari sciencedirect, dapat dilihat pada ciri-ciri fisik genus Prionailurus yang memiliki punggung melengkung dengan tungkai pendek; sebagian telapak kaki dan kukunya, dapat ditarik sebagai adaptasi terhadap lingkungan semi akuatik tempat tinggalnya dan karena pola makannya yang banyak memakan ikan.

“Sehingga tak heran jika kucing hutan adalah perenang dan penyelam yang sangat baik, karena sering mengunjungi hutan rawa dengan hutan bakau atau vegetasi lebat di tepi sungai dan cekungan air,” tulis peneliti sebagaimana dikutip dari sciencedirect.

Kucing hutan sendiri memiliki genus yang sama dengan kucing tandang (Prionailurus planiceps) dan juga kucing bakau [Prionailurus viverrinus] yang dikenal sebagai spesialis lahan basah. Maka tak heran, kucing hutan atau kucing kuwuk juga memiliki kemampuan handal ketika berenang, tak kalah dengan kucing bakau dan kucing tandang.

 

Jenis-jenis kucing besar yang hidup di Bumi. Ilustrasi: Hidayaturohman/Mongabay Indonesia

 

Ciri-ciri fisik

Untuk ukuran tubuh, para peneliti di Cat Spesialist Group menyebut kucing hutan memiliki berat 1,6 – 8 kg, panjang tubuh antara 45-65 cm, panjang ekor berkisar 20-30 cm, usia hidup mencapai 13 tahun, dan mampu memiliki anak 2-3 ekor.

Mangsa utamanya adalah hewan pengerat seperti tikus. Meski demikian, kucing ini juga memangsa kelinci, burung, reptil, amfibi, serangga, belut, dan ikan. Kucing hutan dapat ditemui di berbagai habitat, misalnya di hutan tropis yang masih alami, hutan rawa dan habitat semak belukar.

Meski demikian, menurut penelitian, kucing hutan lebih toleran terhadap deforestasi dan perubahan habitat dibandingkan spesies kucing liar lainnya. Kucing hutan beberapa kali ditemukan melalui kamera jebak di hutan yang terdegradasi dan habitat yang telah dimodifikasi menjadi perkebunan sawit. Namun, populasinya menurun karena hilangnya habitat atau adanya perburuan.

Masih dalam penelitian tersebut, pada 2010, hasil penyelidikan di Pulau Jawa, diperkirakan jumlah total perdagangan kucing hutan mencapai 600 individu per tahun. Sementara, harga jualnya meningkat. Semua individu yang diperdagangkan berasal dari alam liar, yang sebagian besar anakan. Saat ini, perdagangan kucing hutan bisa dilacak di media sosial yang dijadikan sebagai hewan peliharaan karena dianggap sebagai satwa eksotis.

Secara internasional, meski statusnya di IUCN masih dianggap stabil, namun kucing hutan termasuk dalam Apendiks II CITES, yakni berpotensi terancam punah apabila diperdagangkan tanpa aturan.

Para peneliti merekomendasikan untuk melakukan riset lebih lanjut dalam menentukan status taksonomi dan konservasi kucing hutan. Meskipun, ada dugaan spesies ini toleran terhadap berbagai jenis dan tingkat gangguan habitat, namun tingkat toleransi saat ini belum diketahui dan harus dilakukan penelitian mendalam.

Di Indonesia, berdasarkan Peraturan Menteri LHK No. P 106 Tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi, terdapat jenis-jenis kucing liar yang dilindungi. Mereka adalah kucing merah [Catopuma badia], kucing emas [Catopuma temminckii], macan dahan [Neofelis diardi], macan tutul [Panthera pardus melas], harimau sumatera [Panthera tigris sumatrae], kucing batu [Pardofelis marmorata], kucing tandang [Prionailurus planiceps], kucing bakau [Prionailurus viverrinus], dan kucing kuwuk atau kucing hutan yang kini telah menjadi dua sub spesies [Prionailurus javanensis sumatranus] dan [Prionailurus javanensis javanensis].

 

Kisah Kucing Jawa yang Bukan dari Jawa

 

Exit mobile version