Mongabay.co.id

Ranu Grati dan Jejak Permukiman Zaman Batu

 

 

Sebagai salah satu danau vulkanik di Jawa Timur, Ranu (danau) Grati tak hanya mampu menghadirkan pesona yang menawan. Lebih dari itu, danau yang berlokasi di Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan ini ternyata juga menyimpan jejak purbakala yang belum banyak tergali.

Riset  tim arkeolog dari Balai Arkeologi Yogyakarta setidaknya mengungkap ada kemungkinan permukiman zaman batu di sekitar danau seluas 90 hektar itu. Mereka diperkirakan hidup di sekitar danau dalam kurun 10.000-5000 sebelum masehi (SM).

“Itu yang kami temukan. Ini menandakan bahwa jauh sebelumnya, daerah tersebut memang ada peradaban,” kata Ketua Tim Peneliti, Gunadi Kasnowihardjo, kepada Mongabay, Desember 2023.

Gunadi mengatakan, sebelumnya,  memang banyak penelitian untuk mengetahui pola permukiman masyarakat terdahulu di sekitar ranu. Selain Ranu Grati, beberapa ranu lain  di Jawa Timur juga menjadi obyek penelitiannya, seperti di Ranu Bedali di Probolinggo dan  Ranu Klakah di  Lumajang.

Hasil dari rangkaian penelitian itu merujuk pada satu kesimpulan yang kurang lebih sama. Bahwa pada masanya, daerah-daerah di sekitar ranu merupakan pusat kehidupan masyarakat kuno. “Itu dibuktikan dengan ada jejak-jejak kehidupan masyarakat di zaman kuno di sekitar ranau atau danau itu,” katanya.

Baca : Ranu Grati, Pesona Danau dari Timur Pasuruan

 

Galian C di sekitar area Ranu Grati, Pasuruan, Jatim yang dikhawatirkan mengganggu ekosistem setempat. Foto : Balai Arkeologi Yogyakarta

 

Ranu Grati merupakan danau vulkanik di sisi timur Kabupaten Pasuruan. Secara administratif, danau  seluas 107 hektar ini meliputi empat desa, yakni,  Desa Grati Tunon,  Ranu Klindungan,  Sumberdawesari dan Cukur Gondang yang semua  berada di Kecamatan Grati.

Fokus penelitian Gunadi  di sekitar Desa Grati Tunon. Hal tersebut berdasarkan pada banyaknya temuan artefak di desa ini. Seperti temuan beliung di Dusun Krikilan dan fragmen tembikar, bandul jala terakota, lumpang dari batu, di Dusun Parasan. Di dusun ini pula ada makam diduga menjadi cikal bakal permukiman saat ini.

Beberapa temuan itu, terang Gunadi, mengonfirmasi penelitian geologi sebelumnya yang mendapati adanya jejak terasiring. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pada masa lalu terdapat kegiatan pertanian oleh masyarakat setempat.

Jurnal Berkala Arkeologi terbitan Balai Arkeologi Yogyakarta volume 32 Edisi Nomor 1/Mei 2012 sedikit menjelaskan lebih detail teknik pengumpulan data dari riset yang dilakukan Gunadi ini. Dimana, pengumpulan data dilakukan melalui survei permukaan, baik secara arkeologi, geologi, dan juga eskavasi.

Pada survei arkeologi, Gunadi banyak menemukan beberapa data bersifat tangible. Seperti beliung persegi, di wilayah Desa Grati Tunon, terutama di lokasi tegalan di tepian Danau Grati yang sekarang merupakan areal penambangan pasir.

Hasil pendataan oleh tim arkeologi mendapati setidaknya ada tujuh buah beliung yang ditemukan di area penambangan pasir tersebut. Salah satu di antaranya berukuran besar dengan bentuk penampang yang berbeda dengan beliung yang berukuran lebih kecil.

Baca juga : Mengenal Lempuk, Ikan Endemik Danau Ranu Grati

 

Artefak yang ditemukan tim arkeologi di sekitar Ranu Grati, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Sumber : Balai Arkeologi Yogyakarta

 

Lalu ada juga beliung dengan warna hijau tua dan sempat menjadi koleksi warga Dusun Krikilan, Desa Kalipang, Kecamatan Grati. Beliung ini memiliki dimensi panjang 7,5 sentimeter, lebar mata kapak 4,5 sentimeter, dan lebar bagian pangkal 3,5 sentimeter.

Pada bagian mata kapak didapati restouch atau perimping yang itu mengindikasikan bila beliung tersebut pernah digunakan sebelumnya. “Ini ditemukan di area persawahan sekitar danau,” kata penulis buku Manusia dan Ranu: Kajian Arkeologi Permukiman ini.

Di antara beliung-beliung yang ditemukan itu, koleksi warga Dusun Krikilan paling besar. Dari ukurannya, benda sejarah ini memiliki panjang 29 sentimeter dengan ketebalan 2,7 sentimeter. “Kalau melihat ukurannya, kemungkinan  untuk memotong kayu atau mencangkul lahan pertanian.”

Selain beliung, survei arkeologi juga menemukan  fragmen gerabah atau tembikar di kawasan yang saat ini menjadi permukiman penduduk Dusun Parasan, Desa Gratitunon. Ada juga benda terakota berbentuk silinder dengan lubang di bagian tengahnya. itu memiliki panjang antara 3–3.5 sentimeter dan diameter 0,5 sentimeter.

Berdasar periodesasi, Gunadi menduga, beberapa artefak yang ia temukan itu banyak dipakai masyarakat pada zaman prahistoris dan lekat dengan animism-dinamisme. “Tidak ada data tertulis, seperti prasasti dan sebagainya yang kami temukan,” jelasnya.

Baca juga : Lembah Bada, Situs Megalitik Tertua Indonesia yang Diusulkan Jadi Warisan Dunia

 

Artefak yang ditemukan tim arkeologi di sekitar Ranu Grati, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Sumber : Balai Arkeologi Yogyakarta

 

Gunadi katakan, pola permukiman masyarakat kuno di sekitar ranu sedikit berbeda dengan mereka yang menghuni sungai. Pada danau, pola permukiman mereka melingkar, mengelilingi tepian danau. Sedangkan pada sungai, pola permukiman yang dibuat memanjang mengikuti alur sungai. “Hal ini dimaksudkan untuk mendekatkan dengan sumber air, sumber penghidupan.”

Masyarakat sekitar ranu tetap mempercayai ada tokoh-tokoh pendahulunya sebagai cikal-bakal penghuni desa. Sikap itu ditunjukkan dengan perilaku dan upacara-upacara terkait daur hidup, sedekah bumi atau ruwat desa. “Inti dari upacara tersebut sebagai upaya masyarakat setempat untuk menjaga kelestarian lingkungan.”

Arkeolog asal Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI Jawa Timur, Wicaksono mengatakan, selain Ranu Grati, temuan serupa juga kerap dijumpai di beberapa danau serupa di Jawa Timur. Seperti Ranu Klakah, Ranu Gedang di Lumajang, atau Ranu Segaran, Ranu Bethok di Probolinggo. “Itu mengindikasikan bahwa orang-orang terdahulu memang banyak mendiami sumber-sumber air untuk bertahan hidup,” katanya.

Wicaksono katakan, artefak-artefak yang banyak bertebaran di sekitaran ranu sejatinya bisa menjadi sumber informasi dan pengetahuan tentang masyarakat di masa lalu. Mulai dari pola permukiman hingga tradisi mereka di zaman itu. Hanya memang, untuk menggalinya diperlukan biaya yang tak sedikit.

Baca juga : Dari Manakah Nenek Moyang Orang Papua Berasal?

 

Ranu Grati di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur dengan dengan latar penambangan pasir. Foto : A. Asnawi/Mongabay Indonesia

 

Agus Sugiarto, praktisi wisata berbasis komunitas mengatakan, jejak arkeologi, sebagaimana temuan Gunadi itu sejatinya bisa menjadi modal untuk mengembangkan pariwisata di Ranu Grati. Dengan begitu, pengunjung yang datang tidak hanya bisa menikmati panorama danau dengan latar pegunungan Bromo.

“Temuan itu kan sebenarnya cerita menarik. Selain Ranu Grati yang memang memiliki banyak cerita legenda, narasi tentang permukiman kuno itu juga bisa menjadi daya tarik wisatawan untuk datang,” katanya.

Hanya saja, sebagai salah satu destinasi wisata di Kabupaten Pasuruan, Ranu Grati juga brhadapan pada sejumlah persoalan. Terutama praktik pembuangan limbah domestik hingga penambangan pasir di sekitar danau. “Hal-hal ini yang harus dibenahi dulu agar tidak mendegradasi peluang Ranu Grati sebagai objek wisata menarik,” jelas Sugiarto.

 

 

 

Menyibak Peradaban Masa Lalu yang Terkubur Bencana Alam

 

Exit mobile version