- Bangsa Australomelanesid merupakan manusia yang menghuni pertama di Pulau New Guinea, sekitar 50 ribu tahun lalu.
- Manusia Austromelanesid menjadi nenek moyang orang Papua, Papua Nugini, dan Melanesia saat ini.
- Manusia Austromelanesid membawa pengetahuan berharga yaitu pembuatan api. Mereka mengeksploitasi daerah Pulau Nugini dengan berburu dan mengumpulkan
- Penelitian arkeologi dan etnoarkeologi menunjukkan, pengaruh budaya Austronesia di kawasan Danau Sentani terlihat pada artefak gerabah, gelang kaca, manik-manik kaca, artefak perunggu, tradisi pembuatan gerabah, tradisi tato, pembuatan minuman beralkohol dari pohon kelapa, sistem kepemimpinan hierarki, dan peternakan hewan seperti babi, anjing, dan ayam.
Membahas Papua memang tak ada habisnya. Mulai dari kekayaan alamnya yang melimpah, keanekaragaman hayati luar biasa, hingga keragaman budaya.
Pernahkah Anda menelisik, dari mana nenek moyang orang Papua berasal?
Berdasarkan penggalian atau ekskavasi para arkeolog, berupa tulang belulang manusia di situs Yomokho, Danau Sentani, Papua, menunjukan bahwa tulang manusia yang ditemukan adalah manusia Australomelanesid.
Austromelanesid merupakan manusia yang menghuni pertama Pulau New Guinea. Mereka tiba di pulau ini sekitar 50 ribu tahun lalu, pertama kali mendarat di Teluk Huon, sebelah utara Papua Nugini.
“Jadi manusia yang ditemukan di situs Yomokho, adalah Australomelanesid yang leluhurnya dari timur atau Papua Nugini. Hal ini didukung cerita rakyat etnis Sentani yang menyebutkan nenek moyangnya berasal dari timur. Manusia Austromelanesid menjadi nenek moyang orang Papua, Papua Nugini, dan Melanesia saat ini,” cerita Hari Suroto, Peneliti Pusat Riset Arkeologi Lingkungan [BRIN], kepada Mongabay Indonesia, Sabtu [24/09/2022].
Baca: Sejak Tiga Ribu Tahun Lalu, Sudah Ada Jejak Peradaban di Danau Sentani
Menurut dia, manusia Austromelanesid yang tiba 50 ribu tahun lalu di Teluk Huon, Papua Nugini, bergerak ke barat dan tiba di Danau Sentani sekitar 2500 tahun lalu. Lalu, manusia Austromelanesid ini membawa pengetahuan berharga yaitu pembuatan api. Sehingga, bisa dikatakan bahwa orang Austromelanesid yang pertama kali mengeksploitasi daerah Pulau Nugini adalah pemburu dan pengumpul makanan.
“Fauna yang terdapat di Nugini sama sekali belum terbiasa dengan manusia ketika mereka harus berhadapan dengan manusia-manusia lapar. Karena itu, kepunahan marsupial berbadan besar yang merupakan fauna endemik Nugini karena ulah mereka,” ungkap Hari.
Baca: Dekat Lokasi PON XX Papua, Kenali Keragaman Hayati Danau Sentani
Setelah punahnya mamalia berbadan besar, hewan buruan yang ada hanya terbatas pada hewan-hewan kecil seperti tikus tanah, kuskus, kanguru tanah, dan kanguru pohon.
Manusia Austromelanesid dari Teluk Huon pindah ke dataran tinggi Papua Nugini di Situs Kuk, Lembah Waghi, dan mengembangkan pertanian keladi pada 8000 tahun lalu. Lalu, mereka bergerak ke barat dan tiba di Lembah Baliem Papua, mengembangkan pertanian buah merah pada 7000 tahun lalu.
Manusia Austromelanesid yang bergerak ke dataran tinggi tidak pernah bertemu dengan manusia Austronesia, sehingga dalam budaya mereka di pegunungan tidak mengenal memasak menggunakan wadah tanah liat.
Baca: Buah Merah, Tanaman Prasejarah dari Tanah Papua
Sementara manusia Australomelanesid yang hidup berburu dan meramu, ketika mereka tiba di Bukit Yomokho, Sentani, datanglah manusia Austronesia yang mengenalkan budaya gerabah, tato, mengunyah sirih pinang, memelihara babi, anjing, dan ayam. Manusia Austronesia ini tiba di pesisir Papua, 3000 tahun lalu, mereka tinggal di pesisir pantai dan pulau-pulau kecil lepas pantai.
“Manusia Austromelanesid yang bergerak ke barat menuju Danau Sentani, melalui daerah pesisir, telah melakukan kontak dengan manusia Austronesia, sehingga dalam budaya mereka di Sentani mengenal memasak menggunakan wadah tanah liat,” ujar Hari.
Baca: Ikan Kaca, Ikan Aneh yang Hanya Ditemukan di Papua dan Australia
Dalam publikasi ilmiah berjudul “Austronesian Culture in the Sentani Lake Area” yang ditulis Hari Suroto, salah satunya mengungkapkan, hubungan historis antara orang Vanimo di Papua Nugini dengan orang Sentani di Papua.
Hal ini dibuktikan tidak hanya dengan adanya artefak gelang kaca dan manik-manik, tetapi juga sisa bahan makanan seperti cangkang moluska laut di situs purbakala di kawasan Danau Sentani. Juga, keberadaan cangkang moluska sebagai bahan utama pembuatan kapur untuk makan sirih pinang.
“Itu adalah bukti bahwa orang Sentani menjalin hubungan dengan mereka yang tinggal di dekat pantai Papua Nugini [Vanimo, Aitape, Sepik timur],” tulis Hari.
Baca: Suara Anjing Liar Pegunungan Papua Ini Tidak Melolong, tapi Bernyanyi
Menurut dia, asal usul budaya Austronesia di kawasan Danau Sentani menjadi poin menarik untuk dikaji. Berdasarkan bukti kebahasaan bahwa Bahasa Sentani termasuk non-Austronesia. Diperkirakan, orang Sentani tidak memiliki hubungan langsung dengan penutur Austronesia, tetapi secara tidak langsung melalui orang-orang di Vanimo, Aitape, dan Sepik Timur.
Dari hasil penelitian arkeologi dan etnoarkeologi, pengaruh budaya Austronesia di kawasan Danau Sentani, adalah artefak gerabah, gelang kaca, manik-manik kaca, artefak perunggu, tradisi pembuatan gerabah, tradisi tato, dan pembuatan minuman beralkohol dari pohon kelapa. Serta, sistem kepemimpinan hierarki, dan peternakan hewan seperti babi, anjing, dan ayam.
Baca juga: Ekidna, Hewan Aneh yang Nenek Moyangnya Sezaman Dinosaurus
Mengenai asal mula orang Papua, Enos H. Rumansara dalam Jurnal Ekologi Birokrasi, mengutip Teuku Jacob, Guru Besar Antropologi ragawi Universitas Gajah Mada, menjelaskan bahwa di Zaman Es yang terakhir, kira-kira 800.000 tahun lalu, ketika Papua masih menyatu dengan Benua Australia, penduduknya yang merupakan nenek moyang penduduk Papua dan Melanesia; juga nenek moyang penduduk asli Australia yang memiliki ciri-ciri fisik Paleo-Melanesoid.
Ketika Zaman Es berakhir dan permukaan laut menjadi tinggi, maka Australia terpisah dari Papua serta pulau-pulau Nusantara. Ciri fisik penduduk Papua dan Melanesia berkembang menjadi ciri-ciri ras Melanesoid yang kita kenal sekarang. Sementara, ciri fisik penduduk Australia berkembang menjadi ciri fisik ras Australoid.
Adapun nenek moyang kedua ras itu yaitu Paleo Melanesoid, masih sempat bermigrasi ke kepulauan Nusantara bagian barat. Ciri fisiknya masih tampak pada tengkorak manusia purba Homo Wajakensis yang ditemukan di Wajak, Jawa Timur, yang menurut para ahli paleo-antropologi hidup berkeliaran di Jawa Timur kurang lebih empat ratus ribu tahun lalu.