Mongabay.co.id

Tahoko, Burung Cantik Endemik Maluku Utara

 

 

Maluku Utara merupakan wilayah yang menjadi habitat alami berbagai jenis burung,. Provinsi ini juga termasuk kawasan Daerah Burung Endemik, dengan 43 spesies burung sebaran terbatas.

Di Maluku Utara terdapat 171 spesies yang tersebar di daratan Pulau Halmahera, Pulau Bacan, Morotai, dan Kepulauan Obi. Secara global, Maluku Utara berada di peringkat 10 besar, berdasarkan perhitungan total jumlah spesies burung sebaran terbatas, khususnya pada spesies paruh bengkok.

Baca: Surganya Burung Endemik, Maluku Utara Tempat yang Tepat untuk Pengamatan

 

Inilah burung Pitta Ternate yang menjadi idola pengamat burung di Ternate. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Benny Aladin Siregar, Koordinator Burung Indonesia Wilayah Kepulauan Maluku mengatakan, dilihat dari sisi geologi, tingginya populasi burung endemik di Indonesia, terjadi karena negara ini merupakan kepulauan yang terbentuk dari pertemuan banyak lempeng bumi.

Pulau-pulau yang saling terpisah, membuat fauna, salah satunya burung, berevolusi sesuai kondisi wilayahnya masing-masing. Dengan begitu, memiliki ciri unik di setiap wilayah.

Satu jenis yang paling ingin dilihat pengamat burung di Ternate adalah burung Tohoko atau Pitta Ternate [Erythropitta rufiventris cyanonota]. Burung ini masuk spesies Paok Jailolo.

“Paok Jailolo memiliki empat subspesies, yaitu, Erythropitta rufiventris cyanonota sebarannya di Ternate, Erythropitta rufiventris rufiventris sebarannya di Kepulauan Morotai, Halmahera, Moti, Bacan, Mandioli, Damar, dan Kasiruta. Kemudian, Erythropitta rufiventris obiensis yang sebarannya di Pulau Obi, serta Erythropitta rufiventris bernsteini di Pulau Gebe,” terang Benny di Ternate, Sabtu [10/2/2024].

Baca: Wallacea Adalah Sepenggal Surga di Bumi

 

Untuk melihat burung ini kita harus menunggunya saat pagi hari. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Tahoko, burung endemik Ternate, Maluku Utara ini, memiliki ciri khas warna unik, berkaki panjang, dan berekor pendek. Perutnya merah mencolok dengan pita lebar biru berkilau di atasnya. Tubuhnya bulat dengan ukuran sekitar 15-17 sentimeter.

“Kepalanya cokelat. Biasanya mencari makan di atas permukaan tanah pada hutan dataran rendah dan perbukitan yang lembab, juga pada hutan sekunder sekitarnya,” kata Benny.

Akhmad David, pengamat burung di Maluku Utara dalam catatannya menjelaskan, Pitta Ternate hidup di lantai hutan mulai dari ketinggian 200–900 mdpl, yang umumnya kawasan hutan lebat.

Baca juga: Mandar Gendang, Burung Langka Endemik Maluku Utara

 

Tahoko, biasa disebut masyarakat Ternate, merupakan burung bertubuh bulat dengan ukuran sekitar 15-17 sentimeter. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Melihat langsung Tahoko

Saya beruntung, melihat dan memotret langsung Pitta Ternate pada 10 Februari 2024 pagi, di pinggiran hutan Kelurahan Moya, Kecamatan Ternate Tengah, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara.

Rasmin Bochy, warga Kota Ternate, yang menyediakan tempat untuk pengamatan tersebut, mengatakan lokasi ini khusus disediakan untuk memudahkan pengunjung maupun peneliti burung.

“Tahoko memang unik, bulunya penuh warna. Suaranya yang khas cukup mudah dikenali. Jenis ini agak sensitif dengan manusia, biasanya terlihat pagi saat mencari makan dan minum lalu menghilang.”

 

Hutan yang merupakan habitat burung di Maluku Utara tampak begitu hijau. Foto drone: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Rasmin menambahkan, banyak pengamat burung datang ke tempat yang dia bangun, khusus untuk melihat Pitta dan raja udang.

“Umumnya, yang datang pengamat burung dari luar negeri, seperti Singapura, Malaysia, Australia, Belanda, juga Amerika. Kalau pengunjung lokal masih kurang tertarik,” katanya.

 

Kepulauan Maluku yang merupakan tempat hidupnya burung cantik dan endemik. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Selain di Kelurahan Moya, burung Tahoko dapat diamati juga di hutan Kelurahan Tongole, Ternate Tengah. Sejumlah masyarakat di kelurahan tersebut juga menyiapkan lokasi pengamatan.

Benny menambahkan, saat ini populasi Tahoko di Ternate stabil dan kesadaran masyarakat untuk menjaganya tinggi.

“Makanan utamanya serangga, hewan tanah seperti cacing, dan biji-bijian. Tantangan saat ini adalah habitatnya yang terganggu akibat pembukaan hutan untuk lahan perkebunan dan pertanian, selain adanya budidaya tanaman monokultur,” paparnya.

 

Bidadari Halmahera, Burung Cendrawasih di Luar Papua

 

Exit mobile version