Mongabay.co.id

Pelepasliaran Lutung Jawa di TN Bromo Tengger Semeru untuk Variasi Genetika

 

Bertiga, Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Hendro Widjanarko, Manager Javan Langur Center, The Aspinall Foundation Indonesia Iwan Kurnaiwan dan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Lumajang Hartatik melepas tali tambang yang terikat di sebuah pohon. Bersama-sama mereka melepas tali tambang pembuka kandang lutung jawa (Trachypithecus auratus) di kawasan TNBTS di Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, pada Sabtu (23/02/2024).

Dua ekor lutung bergantian keluar dari kandang. Keduanya berjenis kelamin betina. Lifa, berusia sekitar setahun dan Tingting dua tahun. Cekatan kedua lutung berbulu hitam keputihan ini langsung melompat memanjat pohon dan bergelantungan di atas pepohonan. Selama beberapa jam, kedua lutung berada di dekat kandang adaptasi yang dibagun tiga hari sebelum pelepasan. “Biasanya selama sepekan akan berada di dekat kandang,” kata Iwan.

Selama sepekan, kedua lutung akan dimonitoring relawan untuk memastikan kondisi kesehatan dan proses adaptasi di alam liar. Proses monitoring dilakukan tenaga profesional yang kerap terlibat dalam proses pelepasan lutung. Selain itu, juga memantau kemungkinan bergabung dengan koloni lutung lain di kawasan hutan di kaki Gunung Semeru. Lutung berusia satu tahun sampai tiga tahun ideal untuk dilepasliarkan, “jika kurang setahun terlalu kecil. Mental kurang bagus,” kata Iwan.

Kedua lutung berasal dari pusat rehabilitasi lutung di Javan Langur Center, Coban Talun, Kota Batu. Menurut Iwan, Lifa merupakan hasil sitaan Kepolisian Daerah Jawa Timur dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur 8 Juli 2023 dalam penggrebekan jaringan narkoba dan barang ilegal. Ditemukan pula belasan ekor lutung dan enam dalam kondisi selamat. Selebihnya, sakit dan tak bisa diselematkan.

Sedangkan Tingting, merupakan penyerahan sukarela dari masyarakat Lumajang pada 26 Januari 2023. Setiap satwa yang direhabilitasi menjalani skrining kesehatan di laboratorium JLC. Bebas dari penyakit menular seperti TBC, Herpes, dan SARS Cov-2.

baca : Kisah Si Ojan, Lutung Jawa Yang Sebatangkara

 

Dua ekor Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) betina menempati kandang habituasi sebelum dilepasliarkan di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) di Senduro, Kabupaten Lumajang pada Sabtu, 23 Februari 2024. Foto : Eko Widianto/Mongabay Indonesia

 

Jika dinyatakan sehat, dan tidak ditemukan gejala klinis penyakit, akan menjalani fase karantina selama tiga minggu. Selanjutnya, beralih ke kandang sosialisasi untuk mengenal masing-masing individu selama enam bulan sampai delapan bulan. Setelah beradaptasi, lutung diajarkan mengenal pakan alami. “Sebelumnya, biasanya diberi aneka makanan manusia,” katanya.

Selain itu, juga belajar bergerak dan memanjat pohon. Lantaran, secara alamiah Lutung menghabiskan waktu di pohon. Setelah Lutung terampil memanjat dan memakan pakan alami.

 

Menambah Darah Segar

Kedua lutung merupakan bagian dari usaha suplemen atau restocking koloni Lutung di kawasan TNBTS. Setelah dikaji bersama petugas BBTNBTS, kawasan Semeru Timur menjadi lokasi yang tepat untuk menyuntikkan darah segar atau fresh blood bagi koloni lutung jawa. Tujuannya, untuk memperbaiki genetika lutung.

Darah segar, katanya, berguna secara jangka panjang untuk perbaikan dan variasi genetika. Lantaran sejumlah koloni lutung di Semeru Timur terjadi inbreeding atau perkawinan sekerabat. Efeknya, turunan lutung hasil inbreeding lahir cacat atau mandul.  Sehingga dalam jangka panjang akan mengancam kepunahan. “Tidak ada pilihan, lutung kawin antar kerabat sendiri,” katanya.

Ancaman nyata, katanya, terjadi di kawasan Cagar Alam Pulau Sempu, Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang. Kawasan yang terisolir dari daratan menyebabkan ruang gerak koloni lutung jawa terbatas. Selain itu, setiap koloni maksimal terdiri atas enam sampai tujuh ekor. Sehingga juga terjadi inbreeding. Sehingga dua bulan lalu, juga dilepasliarkan dua ekor lutung jawa betina di Pulau Sempu. “Secara fisik, lutung di Pulang Sempu lebih kecil dibanding rata-rata lutung jawa,” katanya.

Sedangkan pelepasan Lutung di hutan lindung Kondakmerak, Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang merupakan usaha reintroduksi. Sebelumnya, kawasan hutan lindung tersebut ada koloni lutung jawa namun berkurang akibat perburuan dan menyusutnya habitat. Pelepasan individu lutung jawa bertujuan untuk menambah populasi.

Iwan menjelaskan, jika berkurangnya habitat atau kerusakan hutan turut mengancam berkurangnya populasi lutung jawa. Selain itu, juga perburuan turut mempengaruhi laju kepunahan lutung jawa. Sedangkan lokasi pelepasan lutung jawa, cukup aman dari perburuan. “Tiga tahun terakhir, masif perburuan dengan jaring terjadi di sejumlah hutan lindung. Proses perburuan lama, tapi bisa langsung menjaring semua individu,” katanya.

baca juga : Sedihnya, Lima Anak Lutung Jawa Sitaan Itu Mati

 

Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) bergelantungai di pepohonan setelah keluar kandang di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Senduro, Kabupaten Lumajang pada Sabtu, 23 Februari 2024. Foto : Eko Widianto/Mongabay Indonesia

 

Kepala BBTNBTS Hendro Widjanarko menjelaskan jumlah populasi Lutung Jawa TNBTS berada di kawasan Ireng-ireng sebanyak enam kelompok. Setiap kelompok terdiri atas dua ekor sampai 10 ekor. Di Coba Trisula empat kelompok terdiri atas enam sampai 22 ekor, dan Gucialit dua kelompok sebanyak tujuh dan 13 ekor.

“Lutung merupakan salah satu dari tiga satwa kunci di TNBTS,” katanya. Satwa kunci meliputi macan tutul (Panthera pardus) sebanyak 12 ekor, elang Jawa (Nisaetus bartelsi) 36 ekor.  Sejumlah petugas berpatroli untuk mencegah perburuan dan kerusakan hutan di kawasan TNBTS.

Kajian petugas TNBTS, pakan alamiah lutung jawa di kawasan melimpah. Habitatnya, kata Hendro, terjaga sehingga menjadi rumah yang aman di hutan alam yang tersisa di Jawa. Satwa di alam liar, katanya, juga menjadi atraksi wisata minat khusus.

BBTNBTS mengembangkan wisata minat khusus seperti pengamatan burung kawasan hutan sekitar di Desa Darungan, Pronojiwo, Lumajang. Wisata minat khusus berbasis konservasi ini dikelola masyarakat setempat. Sehingga masyarakat terlibat menjaga kawasan untuk melakukan aktivitas konservasi.

“Pengamatan burung dengan teropong, ada menara dan lokasi pengawasan. Burung dipancing dengan pakan, siulan atau rekaman burung,” ujarnya.

 

Setop Perburuan

Hendro juga mengerahkan petugas berpatroli dan menjaga kawasan dari perburuan. Perburuan satwa, katanya, bisa dikendalikan. Sejumlah pelaku perburuan ditangkap dan sebagian diadili di pengadilan setempat. “Tahun lalu ada beberapa kasus. Bisa ditangani,” katanya.

Kepala DLH Lumajang Hartatik meminta warga sekitar hutan di Lumajang untuk menjaga satwa liar dan habitatnya. Melindungi satwa liar, katanya, penting untuk anak cucu. Sehingga dibutuhkan usaha dengan pendidikan anak usia dini untuk turut menjaga hutan. Masyarakat sekitar hutan, kata Suhartatik, diminta menjaga dan menghentikan modus berburu satwa di hutan.

“Berlatih menembak, cukup untuk olahraga. Jangan menembak satwa di hutan. Warga Lumajang jangan merusak, tapi jaga dan lindungi keanekaragaman satwa dan hayati yang kita miliki,” katanya. Termasuk Lutung Jawa yang dilepasliarkan tidak menjadi objek perburuan.

baca juga : Di Pesisir Timur Pulau Sumatera Ada Primata Menyerupai Lutung Jawa, Seperti Apa?

 

Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) merupakan salah satu jenis satwa yang dilindungi. Secara ekologi satwa mempunyai peran penting di dalam ekosistem. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Pohon Pasang (Lithocarpus sondaicus), Anggrung (Trema orientalis), dan Fikus menjadi habitat utama Lutung Jawa. Sedangkan vegetasi pakan alami di alam antara lain berupa daun pohon kesek (Dodonaea viscosa), anggrung (Trema orientalis), danglu (Engelhardia spicata), genitri (Elaeocarpus sphaericus Schum), kebek (Macaranga sp), ficus, nyampoh (Litsea glutinosa), pasang (Arthocarpus sp), dada putih (Haliaeetus leucogaster), walisongo (Schefflera actinophylla), dan pandan (Pandanus tectorius).

Menurut Supriatna dan Wahyono (2000) dalam buku Panduan. Lapangan Primata Indonesia, lutung jawa mempunyai panjang tubuh dari ujung kepala hingga tungging, jantan dan betina dewasa rata-rata 517 milimeter, dan panjang ekornya rata-rata 742 milimeter. Berat tubuh rata-rata 6,3 kilogram. Warna bulu hitam keperak-perakan. Bagian ventral, berwarna kelabu pucat dan kepala mempunyai jambul. Anakan Lutung Jawa lahir berwarna kuning jingga dan tidak berjambul. Setelah dewasa berubah menjadi hitam kelabu.

Lutung memakan daun, buah-buahan dan biji-bijian. Lutung jawa tinggal di hutan bakau, hutan dataran rendah, hutan dataran tinggi, hutan primer, hutan sekunder, perkebunan dan hutan tanaman.

International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) memasukkan lutung jawa dalam status rentan punah (vulnerable/vu) dan terdaftar dalam Appendix II atau tidak boleh diperdagangkan dalam Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES). Lantaran populasi lutung jawa di alam terus menyusut. (***)

 

 

Lutung Jawa Terus Terancam Perburuan dan Perdagangan

 

Exit mobile version