Mongabay.co.id

Taru Pramana, Naskah Bali Klasik tentang Kesaktian Tanaman sebagai Pengobatan

 

Menjelang ritual Hari Raya Nyepi yang menandai tahun baru Saka di Bali, ribuan ogoh-ogoh diarak pada malam Pangerupukan, Minggu (10/03/2024) di hampir seluruh penjuru desa di Bali. Salah satu yang menarik sebuah ogoh-ogoh raksasa, selebar jalan raya dan setinggi sekitar 3 meter menggambarkan kisah klasik naskah kuno dalam lontar bertajuk Taru Pramana.

Banjar, komunitas adat yang membuatnya adalah Banjar Uma Sari di Denpasar. Secara visual, yang nampak adalah beberapa adegan bak drama dengan sejumlah figur mengadopsi naskah kuno ini. Misalnya ada dewa pohon menjelma gunung. Ada rakyat yang sedang membaca lontar, ibu menggendong bayi, rakyat memainkan angklung, dan adegan lainnya.

“Ogoh-ogoh kami tentang epos lontar Taru Pramana, tanaman obat,” seru salah seorang warga yang sedang berjaga sebelum diarak pada malam harinya. Ribuan ogoh-ogoh yang biasanya dibuat dari kisah epos cerita rakyat, dewa-dewi, sampai bhuta kala ini diparadekan di setiap perempatan utama desa disebut pempatan agung. Salah satu titik pusat energi, baik dan buruk dalam kehidupan manusia.

Tak hanya ogoh-ogoh terkait epos tanaman obat, tahun ini ada juga yang membawa kisah penyelamatan bumi oleh avatar dalam beragam konteks. Misalnya Gajahmina, sebuah epos hewan mitologi Hindu yang kerap ditemukan dalam pahatan tempat suci, patung, atau makara. Ada juga yang mengisahkan Gajahmina sebagai representasi Dewa Baruna atau dewa laut dalam upayanya menjaga kelestarian laut. Ogoh-ogoh ini dibuat oleh kelompok muda (sekaa teruna) Banjar Taman Sari, Denpasar.

Salah satu kisah dalam lontar Taru Pramana itu memaparkan bagaimana penemuan sejumlah khasiat tanaman dalam sebuah epos klasik. Kisah ini juga ada dalam kebun obat Kebun Raya Eka Karya atau yang dikenal dengan Kebun Raya Bedugul di Tabanan, seperti pernah ditulis di Mongabay Indonesia sebelumnya.

Inilah cerita seorang pendeta sakti di Bali, ketika mengalami beberapa kali kegagalan dalam mengobati orang sakit, Mpu Kuturan pergi ke Pura Dalem memohon petunjuk Bhatari Durgha. Karena khusuk meditasinya Dewi Durgha memberikan kekuatan niskala kepada Mpu Kuturan, berupa kemampuan untuk memanggil dan berdialog dengan tumbuh-tumbuhan.

Mpu Kuturan kemudian meminta bantuan pohon beringin untuk memanggil tumbuh-tumbuhan. Mula-mula datanglah pohon salagui (Sida rhombifolia) memperkenalkan diri. Pohon ini  mengatakan dagingnya berkhasiat sejuk, berguna untuk obat bayi yang baru berumur lima hari. Akarnya dapat dijadikan urap (boreh).

baca : Nyepi dan Kearifan Ekologi

 

Dewa Baruna menunggangi Gajah Mina, ogoh-ogoh Banjar Taman Sari. Foto : Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Kemudian datang pohon Dadap yang menyatakan dagingnya berkhasiat, kulitnya dapat dipakai mengobati perut kembung bila dicampur dengan ketumbar dan sebelas biji babolong (Melalcuka laukadendrom) diisi garam hitam.

Mpu Kuturan dengan kemampuan gaibnya dapat berdialog dengan tidak kurang dari 100 jenis tumbuh-tumbuhan yang menceritakan khasiatnya masing-masing. Misalnya tanaman dengan karaktertistik anget, tis dan dumalada. Artinya hangat, sejuk dan sedang-sedang saja.

Tumbuhan yang bunganya berwarna putih, kuning dan hijau mempunyai khasiat anget, sedangkan yang berbunga merah dan biru termasuk golongan yang berkhasiat tis. Bunga beraneka warna tergolong yang dumelada. Kalau ditinjau dari rasanya tumbuhan yang rasanya manis dan asam tergolong berkhasiat panas. Yang rasanya pahit atau pedas dan sepat termasuk berkhasiat tis.

Tiap bagian dibuat cukup detail dan realistis, seperti memanggungkan cerita di jalan raya. Sebelum diarak ke perempatan utama Catur Muka, kawasan nol kilometer Denpasar, ogoh-ogoh ini dipajang di pinggir jalan sehingga warga bisa menikmati karya seni di prosesi penyucian mikro dan makrokosmos menjelang hari hening, Nyepi, selama 24 jam penuh.

Umat Hindu di Bali merayakan tahun baru dengan Nyepi, mengheningkan bumi. Pada praktiknya saat ini, pemerintah merespon Nyepi dengan melarang seluruh aktivitas transportasi di darat, laut, udara. Warga juga dilarang berkegiatan di luar rumah, menghidupkan lampu pada malam hari, dan mematikan sebagian saluran internet. Seperti tahun lalu, Nyepi kali ini bertepatan dengan puasa ramadhan yang ditetapkan Muhammadiyah pada 11 Maret 2024.

baca juga : Menjaga ‘Laboratorium’ Obat-obatan Bukit Peramun

 

Epos lontar Taru Pramana, sejarah tanaman penyembuh oleh Banjar Uma Sari. Foto : Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Dikutip dari laman Dinas Kebudayaan Bali, Taru Pramana adalah sebuah naskah Bali klasik (lontar) yang menceritakan tentang berbagai jenis tumbuhan yang dapat dijadikan obat-obatan yang bersifat herbal yang digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit. Bagian tumbuhan yang dijadikan bahan obat seperti akar, batang (babakan), daun, bunga, buah, dan getahnya.

Dalam pemanfaatannya sebagai obat, tumbuh-tumbuhn dalam lontar Taru Pramana dapat diolah dalam berbagai bentuk di antaranya Loloh (jamu) berupa cairan pekat yang didapatkan dengan cara meremas atau menggiling yang ditambahkan dengan bahan lain yang telah ditentukan yang dalam penggunaanya diminum.

Sembar atau simbuh yaitu ramuan yang didapat dengan mengunyah bahan obat-obatan sampai lumat setelah itu disemburkan secara langsung pada bagian yang sakit. Boreh (lulur) yaitu obat yang didapatkan dengan cara menghaluskan campuran bahan obat-obatan yang biasanya ada campuran cairan seperti cuka, air atau arak. Setelah bahan menjadi halus maka langsung dibalurkan pada bagian yang sakit.

Tutuh yaitu ramuan yang didapatkan dengan cara memeras atau menggiling bahan obat-obatan kemudian disaring. Untuk proses pengobatannya dapat dilakukan dengan meneteskan atau menghirup. Tempel yaitu proses pengobatan yang dilakukan dengan menempelkan ramuan obat yang telah dihaluskan pada bagian yang diobati. Ses yaitu proses pengobatan yang dilakukan dengan mengompreskan ramuan obat yang telah diolah.

Salah satu isi lontar ini disebut terbaca begini: Tityang taru sotong, daging anget, rasa sepet, dados anggen tamba pangemped mising, sa, muncuk tityange ulig, anggen papuser ring pungsed, ra, katumbar bolong, 3, lunak. Artinya, Hamba pohon jambu biji (Psidium guajava) daging (buah) hangat, rasanya sepat dapat dipergunakan mengobati orang mencret, ambil pucuk daun jambu biji kemudian tambahkan 3 biji ketumbar dan asam setelah itu dihaluskan kemudian tempelkan pada pusar.

Sebagian jenis tanaman obat dilestarikan di Taman Usada, Kebun Raya Eka Karya, Bedugul. Salah satu spot berlibur favorit berjarak 2 jam dari Denpasar ini merupakan kebun raksasa yang memadukan penelitian botani, pelestarian tumbuhan, pendidikan dan rekreasi. Kebun Raya ini terletak di ketinggian 1250-1450 dpl, dengan luas 157,5 hektar.

Di Taman Usada dalam kebun raya, terdapat satu papan menjelaskan tentang Lontar Usada Taru Premana. Lontar ini salah satu satu sumber pustaka utama untuk mempelajari tumbuh-tumbuhan berkhasiat obat.

baca juga : Mongabay Travel : Menikmati Tanaman ‘Berbicara’ di Kebun Raya Bedugul Bali

 

Ema dan Ariyani di lab kultur jaringan Kebun Raya Eka Karya Bali, Bedugul, Tabanan dikunjungi 26 Maret 2021. Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Pengobatan tradisional Bali dikenal sebagai usada (dari bahasa Sansekerta, ausadhi: tumbuhan yang mengandung khasiat obat). Pengetahuan yang berasal dari India ini menyebar ke Bali seiring dengan perkembangan agama Hindu pada abad ke-5 M dan diwariskan secara turun-temurun melalui lontar usada (manuskrip tentang sistem pengobatan, bahan obat dan cara pengobatan tradisional yang ditulis di atas daun lontar/siwalan – Borassus flabellifer).

Tak hanya tanaman, juga ada olahan minumannya. Misalnya segelas Secang. Diramu dari kulit kayu secang (Caesalpinia sappan L.), pohon anggota suku polong-polongan (Fabaceae). Lalu pembuatnya menambah sedikit kayu manis, gula, dan kapulaga.Warna kulit kayu membuat air menjadi merah dan aroma kayu manis serta kapulaga menambah citarasanya. Secang diyakini berkhasiat menurunkan panas dalam.

Ada juga ramuan daun kumis kucing yang berwana hijau. Khasiatnya melancarkan air kencing.

Taman Usada ini salah satu wujud pelestarian kearifan tradisional di bidang pengobatan. Koleksi sebanyak lebih dari 300 jenis, ditanam dalam taman seluas 1.600 m2 ini berasal dari berbagai Kabupaten di Bali dan dilengkapi dengan sarana pendidikan berupa papan interpretasi berisi penjelasan singkat mengenai tanaman koleksi tersebut serta fungsinya dalam pengobatan tradisional Bali.

Dalam skala kecil, taman usada atau kebun obat ini juga direspon dalam aliran energi. Salah seorang pecinta tanaman yang melakukannya adalah Putu Nugraha di Kabupaten Jembrana. Ia membuat verdic garden atau kebun dengan filosofi mandala, simbol keseimbangan alam. Praktiknya ia menanam sejumlah tanaman tertentu dalam beberapa pola kebun mandala dan menyesuaikan dengan jenis energinya, terutama obat. Misalnya tulasi dan intaran.

Putu Nugraha mengatakan ia memulai kebun dengan barter tanaman antar teman. Di kebun rumahnya yang tak begitu besar sekitar 200 meter persegi, ada lebih dari 100 jenis tanaman, bahkan beberapa sudah langka. Tanaman ini tak hanya untuk obat, tapi juga ritual. (***)

 

 

Para Perawat Tanaman Obat dari Muara Jambi

 

Exit mobile version