Mongabay.co.id

Empat Kebiasaan Ramah Lingkungan di Bulan Ramadhan

 

Bulan Ramadhan identik dengan takjil, buka bersama hingga saling bersilaturahmi. Namun, tahukah kamu bahwa kebiasaan kita selama Ramadhan dapat berdampak pada lingkungan? Misalnya apakah makanan itu habis atau menjadi sampah. Belum lagi banyak fakta yang menunjukan adanya penumpukan sampah setelah hari-hari raya. 

Timbulan sampah ataupun pencemaran lingkungan membuat bumi menjadi sakit. Sejak awal bulan Maret saja, ada 151 bencana di Indonesia mulai dari cuaca ekstrem, banjir, tanah longsor, hingga kebakaran hutan. 102 bencana diantaranya adalah bencana banjir. 

Untuk itu, momen Ramadhan yang datang satu kali dalam satu tahun ini bisa menjadi awal baik untuk kamu memulai kebiasaan ramah lingkungan. Tentunya ini untuk kembali memulihkan kondisi lingkungan yang kian rusak. 

Ada banyak langkah kecil yang bisa kamu lakukan agar bulan Ramadhan kali ini bisa berkontribusi terhadap bumi dan masyarakat yang ada di sekitar. Simak empat tips untuk menjalani bulan Ramadhan sekaligus berbuat baik untuk lingkungan!

Limbah makanan yang sedang dipilah di Fasilitas Pemulihan Bahan Puente Hills, Los Angeles, Amerika Serikat. Los Angeles County menghasilkan sekitar 4.000 ton limbah makanan per hari. Foto : Sarah Reingewirtz/Star-News Pasadena/SCNG

1. Membeli sesuai dengan kebutuhan

Bulan Ramadhan seringkali membuat kita lapar mata, baik saat berburu takjil maupun diskon-diskon yang bertebaran. Untuk itu, kamu perlu membeli barang, makanan atau minuman dengan bijak dan secukupnya! Hal ini untuk menghindari agar tidak kalap dan barang yang dibeli berakhir menjadi limbah yang dapat merugikan lingkungan. 

Jika kamu membeli barang sesuai dengan kebutuhan, maka dapat mengurangi jejak karbon dan limbah. Dalam agama, juga mengajarkan untuk hidup minimalis dan menempatkan dirinya sebagai seorang traveler di dunia. Yakni, seorang traveler membawa barang yang sedikit, namun krusial dan efisien, serta mengutamakan keseimbangan. 

Baca juga:  Ramadhan, Evaluasi Diri agar Lebih Peduli Lingkungan

2. Menghindari penggunaan barang sekali pakai

Tiap berbelanja, seringkali kita tidak bisa lepas dari plastik sekali pakai atau styrofoam sebagai pembungkusnya. Padahal limbah dari plastik sekali pakai itu sangat sulit terurai. Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) menemukan ada sekitar 0,27-0,59 juta ton sampah masuk ke laut di 18 kota besar di Indonesia. Styrofoam menjadi sampah paling banyak. Padahal butuh waktu 500.000-1 juta tahun untuk mengurai sampah tersebut. 

Peserta menunjukkan berbagai jenis styrofoam yang berhasil dikumpulkan dalam aksi bersih-bersih sampah atau Beach Clean Up #SayNoToStyrofoam. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

Ketika membeli takjil atau makanan untuk berbuka puasa, banyak pedagang yang masih menggunakan plastik atau styrofoam untuk membungkus makanan dan minuman. Padahal, limbah plastik dan styrofoam sangat sulit untuk terurai.

Untuk menghindarinya, kamu bisa membawa wadah sendiri atau kantong belanja dari rumah yang lebih ramah lingkungan. 

3. Belajar mengolah sampah di rumah

Kamu juga bisa mengisi waktu luang atau akhir pekan kamu untuk belajar memilah dan mengolah sampah di rumah. Misalnya, mulai dengan memilah sampah organik, non organik, dan limbah berbahaya. Sampah organik kamu bisa buat menjadi kompos, baik dengan metode biopori dan komposter ember. Sampah lainnya yang bisa diolah, seperti kardus, kertas, plastik dan botol bisa kamu setorkan ke bank sampah terdekat.

Baca juga: Saatnya Memulai Kebiasaan Green Ramadhan di Masa Pandemi

Petugas memilah sampah di Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R) Mekarwangi, Kota Bogor, Jawa Barat. Foto: Donny Iqbal/Mongabay Indonesia

4. Mengadakan buka bersama yang ramah lingkungan

Momen berbuka puasa menjadi hal yang paling ditunggu-tunggu untuk berkumpul bersama teman, orangtua, atau keluarga besar. Seringkali saat berkumpul dan makan bersama akan banyak sampah, baik berupa sampah organik dan sampah plastik. Oleh karena itu, pentingnya mengadakan kegiatan buka puasa yang ramah lingkungan. Komunitas Go Green Deen di Bali, misalnya, yang sudah menerapkannya. Panitia acara meminta tamu undangan untuk membawa wadah, alat makan, hingga sapu tangan masing-masing. Cara ini bisa meminimalisir sampah ketika mengadakan sebuah acara. 

*Salvina Herawaty Puna adalah mahasiswa magang dari Universitas Mataram. Dia memiliki ketertarikan pada ilmu kelautan dan akan bercerita lebih banyak tentang itu.

 

Exit mobile version