Mongabay.co.id

Pohon Kurma, Efek Oasis, dan Krisis Iklim

 

Dibanding buah tropis, buah kurma (Phoenix dactylifera) tampak sederhana. Berbentuk lonjong sebesar ruas ibu jari kita, dengan biji keras di dalamnya. Warna buahnya dari kuning, coklat, merah, dan hitam tergantung varietasnya. Di seluruh dunia diperkirakan ada lebih dari tiga ribu varietas kurma.

Namun jangan remehkan buah ini. Meski kulit buahnya kering dan keriput, kurma jadi makanan andalan di lingkungan gurun yang keras. Pada masa lalu buah kurma selalu dibawa para pengembara gurun. Selain mampu bertahan lama, buah kurma menjadi sumber energi yang bisa segera diubah menjadi tenaga.

Maklum, kandungan gula buah kurma tinggi yaitu sekitar 70 persen hingga 80 persen. Sementara protein maupun lemak kurang dari lima persen. Rasanya manis getir mirip madu. Faktanya, buah kurma bisa dibuat madu. Caranya dengan merebus hingga menjadi sirup.

Baca : Identik Timur Tengah, Pohon Kurma Bisa Tumbuh di Indonesia

 

Buah kurma. Foto : pixabay

 

Dalam bulan ramadhan, buah kurma nyaris selalu bisa ditemui. Setidaknya di toko atau di pasar. Setelah itu menghilang, dan akan dijumpai lagi tahun depan. Buah kurma sendiri bisa bertahan lebih dari setahun jika disimpan secara baik.

Buah kurma memiliki sejarah panjang di Timur Tengah. UNESCO bahkan mengakui buah kurma sebagai warisan budaya tak benda dari 14 negara di Timur Tengah. Diperkirakan budidaya buah kurma sudah ada sejak 4.000 SM. Ada banyak pengetahuan, ketrampilan, praktik, dan tradisi terkait tanaman kurma di sana.

Semua bagian dari pohon kurma bisa dimanfaatkan dan bernilai ekonomi. Batang pohon diambil kayunya, antara lain untuk membuat rumah. Pelepah daun dimanfaatkan untuk furnitur dan membuat peti. Helai daunnya dianyam untuk membuat keranjang. Tangkai buah bisa dibuat tali. Sementara buahnya bisa dibuat sirup, alkohol, dan cuka.

Bentuk pohon kurma yang indah mengilhami karya arsitektur, menjadi ornamen bangunan, atau terpatri sebagai motif di berbagai karya seni. Saking pentingnya pohon kurma, salah satu negara Timur Tengah yaitu Arab Saudi menjadikan pohon kurma bersama dua buah pedang menjadi lambang kerajaan.

Baca juga : Buah Ini Bisa Dijadikan Sabun Alami dan Menggantikan Detergen

 

Buah kurma segar yang masih ada di pohonnya. Foto : Pixabay

 

Secara morfologi, tanaman kurma batangnya tegak, dengan bentuk daun menyirip. Panjang daunnya bisa mencapai 5 meter. Tinggi pohon mencapai 30 meter dan dengan pemeliharaan yang baik, umurnya bisa mencapai 100 tahun. Seperti kebanyakan pohon dalam keluarga palem (Arecaceae), bentuk akarnya serabut menyebar ke samping dan menghujam ke dalam ke tanah.

Karakteristik itu membuat akar pohon kurma sangat baik dalam menyimpan air. Daunnya yang panjang dan menyirip memberi naungan bagi vegetasi yang hidup di bawahnya. Hampir selalu, oasis atau daerah subur di tengah gurun yang tandus ditumbuhi pohon ini.

Adanya naungan, tersedianya air, membuat suhu lebih rendah di sekitar pohon kurma dibanding area gurun yang mengelilinginya. Ini menciptakan mikroiklim yang ideal bagi berkembangnya aneka makhluk hidup.

Inilah yang disebut efek oasis, yang dipakai dalam meteorologi untuk menjelaskan pendinginan karena evaporasi sumber air di daerah yang kering.

Efek oasis memungkinkan suatu wilayah menjadi lahan pertanian. Penduduk yang tinggal di daerah gurun akhirnya bisa menanam sayuran, buah-buahan, yang sensitif terhadap suhu tinggi. Mereka juga tak lagi harus berpindah-pindah mencari daerah subur baru. Sebab, efek oasis telah menjadikan satu kawasan bisa ditanami kembali. Seiring dengan regenerasi sisa tanaman sebelumnya, di antaranya dari pohon kurma, yang telah menjadi pupuk organik.

Baca juga : Mengenal Daun Woka, Pembungkus Dodol Saat Lebaran Ketupat di Gorontalo

 

Sebuah pohon kurma. Foto : Pixabay

 

Ekosistem oasis juga sangat bergantung kepada keberadaan pohon kurma ini. Pohon kurma menjadi pondasi bagi tetap terjaganya cadangan air dan kesuburan tanah, sekaligus payung yang menaungi flora dan fauna di bawahnya dari sengatan panas matahari.

Suhu ideal untuk pertumbuhan pohon kurma sendiri antara 32 derajat celsius hingga 40 derajat celsius. Namun, hebatnya pohon kurma masih mampu bertahan pada suhu 56 derajat celsius untuk beberapa hari dengan kondisi diairi. Selama musim dingin, pohon kurma juga masih bisa bertahan pada suhu 0 derajat celsius. Pohon kurma merupakan jenis tanaman tahan panas atau disebut thermophile.

Sebuah usulan ambisius pernah dilontarkan beberapa pakar hampir lima belas tahun lalu. Mereka mengusulkan penanaman besar-besaran pohon kurma di dunia Arab untuk mengubah negara-negara itu menjadi paru-paru dunia di masa depan selayaknya hutan hujan Amazon.

Usulan mereka bukan tanpa alasan. Pohon kurma mampu tumbuh di lingkungan yang keras, sedikit air, dan tanah berpasir yang asin. Pohon kurma diketahui menyerap karbon dioksida lebih banyak dibanding tumbuhan lain. Dengan ukurannya yang besar, pohon kurma potensial mengikat stok karbon lebih banyak.

Pengukuran terbaru menyebutkan, satu buah pohon kurma mampu menyerap sekitar 0,79 kg CO2 setiap hari. Jika ada 100 juta pohon kurma di Timur Tengah dan Afrika Utara, maka wilayah itu mampu menyerap 28,7 megaton CO2 per tahun. (***)

 

 

Cerita Agus Bikin Tempe Bahan Organik dan Non Rekayasa Genetik

 

 

Exit mobile version