Mongabay.co.id

Harapan Baru Konservasi Penyu di Balabalakang: Unhas Serahkan Proyek ke Pemprov Sulbar

 

Universitas Hasanuddin bekerja sama dengan Mohamed bin Zayed Foundation Ltd (MBZ) Foundation sepanjang tahun 2021-2024 melakukan program konservasi penyu di Pulau Salissingan, Kepulauan Balabalakang, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. Program ini telah berakhir dan diharapkan adanya keberlanjutan konservasi ini oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat.

Seiring berakhirnya program, Marine Plastic Research Group (MPRG) Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP)  Universitas Hasanuddin melaksanakan serah terima kegiatan keberlanjutan konservasi Habitat Penyu di Kepulauan Balabalakang, kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulbar, di Unhas Hotel and Convention, Jumat (08/3/2024).

Seremoni serah terima ini menandai awal dari implementasi langkah-langkah konservasi yang lebih luas di wilayah tersebut, yang diharapkan akan memberikan dampak positif bagi ekosistem laut dan masyarakat sekitarnya.

Sekretaris Daerah Provinsi Sulbar, Muhammad Idris, mengungkapkan apresiasi dan rasa terima kasih atas kontribusi positif proyek penelitian ini terhadap penyediaan habitat yang memenuhi syarat bagi penyu laut. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan perguruan tinggi dalam menjaga keberlanjutan sumber daya alam.

“Sebagai wilayah dengan potensi perikanan dan kelautan yang besar, Sulawesi Barat melihat proyek ini sebagai langkah yang sangat positif menuju konservasi lingkungan yang berkelanjutan,” ujarnya.

Menurut Idris, kerja sama dengan Universitas Hasanuddin tidak hanya berdampak pada penelitian, tetapi juga menjadi bagian dari strategi adaptasi bersama masyarakat setempat. Hal ini sejalan dengan konsep pemerintahan Sulbar yang berbasis ilmu pengetahuan.

Baca : Asa Baru bagi Penyu di Pulau Salissingan Mamuju

 

Serah terima secara simbolik pengelolaan konservasi penyu di Kepulauan Balabalakang dari Rektor Unhas kepada Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Barat di Unhas Hotel and Convention, Jumat (8/3/2024). Foto: Wahyu Chandra/Mongabay Indonesia

 

Dengan prinsip ini, tambahnya, maka tak boleh ada aktivitas khususnya dalam pengalokasian Anggaran Pengeluaran dan Belanja Daerah (APBD) yang tidak benar-benar jelas mengenai target dan sasarannya, yang akan sangat bagus jika dimulai dari basis pengetahuan, penelitian dan laboratorium.

“Ini sangat kami harapkan bahwa apa yang dikerjakan untuk penyelamatan, atau konservasi penyu di salah satu pulau di Sulbar ini satu model yang luar biasa dan tentu poinnya adalah keberlanjutan. Kami berharap keberlanjutan ini tidak hanya untuk keberlanjutan pada hasil riset saja tetapi keberlanjutan untuk adaptasi dengan penduduk dan masyarakat yang ada di sana secara luas,” tambahnya.

Ia juga berharap Kepulauan Balabalakang yang lokasinya dekat dengan kawasan Ibukota Nusantara (IKN) bisa memanfaatkan peluang untuk pengembangan ekonomi, tidak hanya melalui sektor pariwisata dengan memanfaatkan potensi wisata berbasis konservasi penyu tersebut, juga terkait potensi perikanan yang melimpah.

Dengan panjang pantai hampir 700 Km, Idris melihat masih banyak potensi yang tak tergarap dengan baik, sehingga tidak hanya mendorong konservasi tetapi juga perikanan yang lebih produktif.

Rektor Universitas Hasanuddin yang juga ketua tim proyek ini, Prof. Jamaluddin Jompa, mengungkapkan makna mendalam dari upaya konservasi habitat penyu di Kepulauan Balabalakang.

Menurutnya, Kepulauan Balabalakang bukan hanya sekadar sebuah pulau, tetapi juga menjadi lambang perlindungan bagi keberlangsungan hidup hewan laut yang terancam punah, terutama penyu.

“Dengan pemahaman akan pentingnya menjaga ekosistem laut yang sehat pelestarian Pulau Balabalakang perlu dioptimalkan melalui berbagai upaya. Hal ini tidak hanya melibatkan pemerintah dan lembaga pendidikan seperti Unhas, tetapi juga membutuhkan keterlibatan aktif dari masyarakat lokal,” katanya.

Baca juga : Melihat Wisata Bahari Berbasis Konservasi Penyu di Pulau Salissingan Sulawesi Barat

 

Pelepasan tukik penyu Pulau Salissingan yang berada dalam kawasan Kepulauan Balabalakang Mamuju Sulawesi Barat. Kepulauan Balabalakang telah menjadi kawasan migrasi penting penyu di Indonesia. Foto: MPRG Universitas Hasanuddin

 

Proyek di Kepulauan Balabalakang ini sendiri diberi nama “Establishment of Salissingan Island Marine Protected Area through Local Community Engagements in Coral Reef and Seagrass Ecosystems Management for Marine Turtles Conservation“, telah dimulai pada Februari 2021 dan berakhir pada 29 Februari 2024, menggunakan grant dari Mubadala Petroleum melalui Mohamed bin Zayed Foundation Ltd (MBZ), serta mendapat dukungan dari pemerintah Sulawesi Barat.

Dr. Ir. Shinta Werorilangi, selaku project manager, menjelaskan bahwa tujuan utama proyek ini adalah penyediaan habitat yang memenuhi syarat untuk penyu laut yang diketahui keberadaannya di Kepulauan Balabalakang. Kegiatan ini juga akan mendukung keberlanjutan aktivitas migrasi penyu laut di pulau-pulau kecil melalui tersedianya kondisi ekosistem terumbu karang dan padang lamun yang baik.

“Selain itu, penelitian ini tidak hanya bertujuan untuk konservasi habitat penyu, tetapi juga melibatkan masyarakat lokal dalam upaya meningkatkan perekonomian mereka melalui program pengabdian masyarakat,” tambahnya.

Prof. Dr. Ahmad Faizal, koordinator pemetaan dalam proyek ini menjelaskan bahwa dalam proyek ini terdapat dua kegiatan utama yaitu meningkatkan persen tutupan terumbu karang di Pulau Salissingan dan Gusung Durian dan meningkatkan kepadatan padang lamun di kedua lokasi.

“Padang lamun menjadi sumber nutrien untuk terumbu karang, juga sebagai tempat perlindungan, tempat perawatan sekaligus sebagai tempat mencari makan bagi penyu laut. Oleh karena itu, peningkatan persen tutupan karang hidup dan kepadatan padang lamun merupakan tujuan utama proyek ini,” katanya.

Menurut Ahmad, secara jangka pendek dampak proyek ini dapat menurunkan kemungkinan kehilangan habitat, sementara secara jangka panjang diharapkan menyediakan habitat yang lebih baik, sehingga akan meningkatkan jumlah populasi dan keanekaragaman. (***)

 

 

Perubahan Iklim dan Dampaknya pada Lamun dan Penyu

 

 

Exit mobile version