Mongabay.co.id

Ramadan Jadi Tonggak Menuju Kampus Go Green

 

Satu jam sebelum azan magrib bergema, satu per satu mahasiswa datang ke Kampus Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) Banyumas, Jawa Tengah (Jateng). Sedianya mereka akan duduk bersama menikmati buka puasa bersama (bukber) di Lapangan Mas Mansoer. Namun, karena hujan mengguyur pada Selasa (26/3/2024) petang lalu, acara kemudian dialihkan ke Auditorium Ukhuwah Islamiyah, Kampus I UMP Banyumas.

Riyani (19), misalnya, mahasiswi dari Fakultas Ilmu Kesehatan datang penuh semangat karena ada acara bukber. Ia diminta oleh kampus agar jangan membawa air mineral dalam kemasan. Dari kos, cukup membawa tumbler atau wadah air minum saja. Sebab, kampus telah menyediakan galon-galon di kampus.

Fredica (20), mahasiswa lainnya juga membawa tumbler. Ternyata, lanjutnya, Kampus UMP ingin mendidik mahasiswa agar peduli terhadap lingkungan. Dengan membawa tumbler, maka akan sangat mengurangi sampah plastik.

“Kalau membawa tumbler, tidak akan menghasilkan sampah plastik. Apalagi, kalau segini banyak mahasiswa yang datang ke kampus dan semuanya membawa botol air mineral. Tentu saja, akan ada ribuan botol air mineral yang jadi sampah plastik,”jelasnya.

Pada acara bukber yang diberi tajuk Ngaji Bareng dan Bukber Go Green tersebut, ada sekitar 3.000 mahasiswa yang datang. Sehingga, kalau saja mereka membawa air mineral dalam plastik kemasan, tentu saja akan menjadi sampah.

Baca : Kampus Sumber Sampah Plastik? Syaharani Berbagi Cara Mengatasinya

 

Mahasiswa menunjukkan botol air mineral yang dibawa dari rumah dan makan bungkus pisang. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Beberapa menit menjelang azan magrib, para mahasiswa sudah berkumpul di auditorium. Begitu azan berkumandang, mereka minum terlebih dahulu. Setelah selesai dengan dikomando oleh pembawa acara, para mahasiswa mengangkat makan bukber. Mereka kemudian mengangkatnya. Kenapa? Karena memang ada yang lain pada bukber itu. Dengan tema go green, menu makanan bukber tidak dibungkus dengan plastik, kotak kertas atau styrofoam. Tetapi bungkusnya adalah daun pisang. Itulah kenapa mereka mengangkat makanan bukber tersebut, sebagai bukti mengenai gerakan go green kampus.

“Asyik juga pakai daun pisang. Rasanya lebih enak dan alami. Ini memang berbeda, karena biasanya kalau bukber pakai styrofoam atau nasi kotak. Rasanya ternyata juga lain, jauh lebih enak. Apalagi kalau dengan daun pisang, tentu saja tidak menghasilkan sampah anorganik. Sampah daun akan mudah terurai, sehingga jelas lebih pro dengan lingkungan,”kata Via, 20, mahasiswa UMP lainnya.

Rektor UMP Assoc Prof Jebul Suroso mengatakan pihaknya mengajak 3.000 mahasiswa untuk ikut serta dalam Ngaji Bareng dan Bukber Go Green. Rektor mengapresiasi karena ternyata mahasiswa sangat antusias untuk mengikuti acara tersebut. Karena merupakan bukber go green, maka semuanya memang sudah dikondisikan mempedulikan lingkungan. UMP menguatkan komitmen untuk mendukung gerakan lingkungan.

“Hari ini, kami menandai buka bersama go green di Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Ngaji Bareng dan Bukber Go Green, makanan dibungkus daun pisang, tanpa air minum kemasan. Kami mengajak teman-teman dari Badan Eksekutif Mahasiswa dan lembaga mahasiswa lainnya untuk membentuk komunitas cinta lingkungan yang akan kami dukung untuk berjalan dengan baik,” jelasnya.

Baca juga : Belajar Mencintai Alam dari Rumah Hijau Denassa

 

Kampus UMP memulai go green pada bulan Ramadan. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Untuk mewujudkan kampus yang go green, maka salah satu langkah paling awal adalah mengampanyekan kepedulian lingkungan kepada seluruh mahasiswa UMP. Bulan Ramadan menjadi waktu yang tepat untuk memulai mewujudkan kampus UMP sebagai perguruan tinggi yang go green. Salah satu praktiknya adalah menggunakan daun pisang sebagai bungkus makanan bukber. Serta melarang mahasiswa untuk membawa air mineral kemasan.

Menurutnya, dengan mempraktikkan prinsip-prinsip go green dalam kegiatan sehari-hari, pihaknya berharap UMP dapat memberikan kontribusi positif dalam pelestarian lingkungan. Di sisi lain tentu bakal memperkuat kesadaran akan pentingnya menjaga alam bagi keberlangsungan hidup manusia.

Secara teologis, Rektor menyatakan bahwa agama Islam telah memberikan sinyal mengenai kerusakan di bumi. Dan sesungguhnya kerusakan tersebut  karena tingkah makhluk-makhluknya. Dalam konteks ini, UMP sebagai perguruan tinggi harus memberikan manfaat bagi sesama dan alam semesta.

“Ikhtiar kita dimulai dari sekarang, kampus akan dikelola serius dalam menghindari sampah plastik, ke depan bisa ditingkatkan dengan pengolahan sampah dan seterusnya, bertahap namun berkelanjutan dan berkomitmen mewujudkan kampus go green,”tambahnya.

Apa yang disampaikan Rektor UMP mengenai kepedulian lingkungan yang terkait dengan agama Islam juga diamini oleh Ketua Lembaga Pengkajian dan Pengalaman Islam (LPPI) UMP Asep Daud Kosasih.

Menurutnya, kampus go green yang dicanangkan oleh UMP sejatinya mempunyai dasar keislaman yang kokoh.

“Memelihara alam dan lingkungan merupakan amal saleh yang bersifat jariyah, sesuai dengan ajaran agama Islam,” tandasnya.

Sebagai kampus Muhammadiyah, UMP mengemban amanah untuk terus peduli terhadap sesama dan lingkungan. Ramadan telah dijadikan tonggak bagaimana UMP memulai go green di dalam kampus. Tentu saja, ini merupakan langkah dan komitmen yang baik di tengah kondisi perubahan iklim yang terjadi. (****)

 

 

Jawa Timur Aksi Sedekah Oksigen bagi Dunia, Seperti Apa?

 

 

Exit mobile version