Mongabay.co.id

Siklon Tropis Olga: Mudik Lebaran, Waspada Bencana

 

 

 

 

 

Lebaran tinggal menghitung hari. Arus mudik pulang kampung jelang Lebaran 2024 tengah berlangsung. Di Jawa, jalanan padat pengendara yang berbondong-bondong mudik. Pemerintah melalui Badan Meteorologi,  Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau,  masyarakat berhati-hati dan meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinkan bencana dampak fenomena cuaca ekstrem siklon tropis olga.

Fenomena ini merupakan siklon tropis berumur pendek yang menyebabkan kerusakan parah tidak terduga. Fenomena ini diperkirakan berlangsung sampai 11 April 2024.

Guswanto, Deputi Bidang Meteorologi BMKG mengatakan,  siklon tropis olga berdampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca di Indonesia karena hanya melintas. Kendati begitu, dampak yang ditimbulkan tidak ringan. Untuk itu, dia meminta masyarakat termasuk yang tengah melakukan perjalanan mudik harus waspada.

“Perkembangan angin pesat dari 20 knots, ke 30 knots dan 40 knots. Berkembang terus, biasanya itu makin kencang nah itu kacau,” katanya.

Fenomena olga ini akan berdampak ke banyak daerah di Indonesia dari hujan sedang sampai lebat akan terjadi di Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa

Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Bali, NTB, dan NTT. Angin kencang pun rawan terjadi di NTT.

Kemudian, gelombang setinggi 1.25-2.5 meter di Samudra Hindia Selatan, seperti,  Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kupang, P. Rotte, Perairan selatan Jawa Tengah, Jawa Timur, perairan selatan Bali, Lombok, Sumbawa, dan perairan selatan Pulau Sumba.

Kategori rough sea atau gelombang laut kasar setinggi 2,5-4 meter terjadi di wilayah Samudra Hindia selatan Pulau Sumba.

BMKG, kata Guswanto memprediksi fenomena ini akan berlangsung hingga 11 April 2024. dengan dampak yang ditimbulkan makin berkurang seiring arah pergerakan menjauhi Indonesia.

Dia belum bisa memprediksi kondisi cuaca pada arus balik 14-15 April 2024.

 

lustrasi. Waspada dampak siklon tropis olga, bisa menyebabkan hujan lebat hingga berisiko banjir. Foto ini warga naik perahu di jalanan desa saat banjir menggenangi Desa Bojongasih, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 19 April 2022. Foto : Donny Iqbal/Mongabay Indonesia

 

 

Siklon tropis olga

Siklon tropis olga, kata Guswanto,  adalah pengembangan dari bibit siklon tropis 96S yang sebelumnya terdeteksi pada 4 April 2024. Siklon tropis 96S kemudian berkembang menjadi siklon tropis olga.

Olga terdeteksi di Samudera Hindia Barat Daya Pulau Sabu, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 6 April.  “Siklon tropis olga bergerak mengarah ke tenggara dengan kecepatan 2 knots atau 4 kilometer per jam menjauhi negara Indonesia,” katanya.

BMKG memprediksi kecepatan angin maksimum Olga akan meningkat dalam 24 jam ke depan.

Pada Minggu (7/4/24) pukul 07.00 WIB, Olga diperkirakan berada di Samudera Hindia Barat Daya Pulau Sabu atau sekitar 385 kilometer sebelah barat daya Pulau Sabu.

“Ini diprediksi siklon tropis olga masih berkembang ya untuk beberapa hari ke depan, mungkin sampai 11 April,” ucap Guswanto.

Siklon tropis olga ini, katanya,  berpotensi menimbulkan bencana karena kecepatan angin yang tinggi dapat menciptakan gelombang dan tekanan udara yang menyebabkan hujan lebat.

Abdul Muhari, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan pada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), mengatakan,  siklon tropis menjadi momok untuk Indonesia. Dampak siklon, katanya, sudah terjadi beberapa waktu belakangan.

“Misal, dalam dua hari terakhir ini Bali banjir intensitas hujan sangat tinggi. Banjir setinggi 30 centimeter di Kuta, Badung dan beberapa tempat lain,” katanya saat dihubungi Mongabay.

Sampai 6 April, BNPB mencatat 588 kejadian bencana di Indonesia. 377 banjir, 124 cuaca ekstrem, 46 tanah longsor, 32 kebakaran hutan, dua kejadian gelombang abrasi, lima kali gempa bumi, satu kali kekeringan dan erupsi gunung api.

 

Siklon tropis olga, melewati Indonesia dan bisa berdampak seperti hujan lebat maupun angin kencang

 

BNPB punya peta mudik aman dan posko siaga

Muhari mengatakan, BNPB meluncurkan peta jalur mudik aman 2024 untuk mengarahkan para pemudik ke jalur-jalur aman dari bencana alam. Masyarakat dapat mengakses peta mudik untuk mengetahui jalur aman.

Peta ini menyajikan informasi tingkat bahaya banjir, cuaca ekstrem, dan tanah longsor pada jalur-jalur atau wilayah yang dilalui para pemudik jalur darat. Situs itu juga dilengkapi dengan informasi frekuensi kejadian bencana yang pernah terjadi di wilayah itu.

Peta ini, katanya, gunakan data dari inaRISK BNPB, Untuk data bencana bersumber dari Bidang Pusat Data dan Sistem Informasi BNPB.

BNPB juga memberikan warna kuning, merah dan jingga untuk masing-masing jenis bencana. Warna merah menandakan risiko tinggi, kuning risiko sedang dan hijau risiko rendah.

Muhari mengatakan, di jalur mudik selatan Jawa risiko bencana ada dua, yakni, tanah bergerak dan banjir bandang. Sedangkan jalur pantai utara itu rawan banjir dan rob.

Untuk Sumatera,  katanya, bagi warga yang gunakan jalur lintas tengah dan lintas timur potensi bencana banjir,  dan jalur lintas barat itu rawan tanah longsor.

 

 

Dia mengimbau, pemudik yang gunakan jalur-jalur itu tidak melakukan perjalanan saat hujan deras untuk menghindari risiko bencana, terutama di perbukitan yang rawan longsor.

“Apalagi kalau hujan penglihatan rendah. Nah, hujan diatas 30 milimeter sangat berpotensi menimbulkan banjir, banjir bandang dan tanah longsor,” katanya.

Apabila menemukan kondisi itu, Muhari meminta, para pemudik memilih beristirahat terlebih dahulu sampai kondisi memungkinkan kembali melanjutkan perjalanan.

“Dipastikan tempat aman. Jangan istirahat di warung pinggir tebing. Karena mungkin saja di daerah hulu atau tebing sudah mulai terjadi saturasi yang memungkinkan banjir.”

BNPB juga menyiapkan posko-posko pemantauan potensi bencana dan kedaruratan di jalur-jalur mudik utama DI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Bali, Banten, dan Lampung.

Posko ini menyiagakan personel di beberapa wilayah Kabupaten dan Kota di provinsi ITU. Pengerahan personel ini antara lain untuk memonitor situasi mudik, khusus berkaitan potensi bencana alam sesuai peta mudik siaga bencana BNPB.

 

Siklon tropis olga, pengembangan dari siklon tropis 96S

 

 

Bencana iklim dan mitigasi 

Parid Ridwanuddin,  Manajer Kampanye Pesisir dan Laut Walhi Nasional mengatakan,  saat ini Indonesia memasuki era darurat iklim. Sebab, tren bencana kian meningkat setiap tahun, banjir dan cuaca ekstrem mendominasi.

“Perubahan situasi itu hari ini belum ditetapkan pemerintah sebagai satu kondisi darurat iklim,” kata kepada Mongabay.

Walhi, kata Parid mengklasifikasikan bencana jadi tiga jenis yakin ekologis, industrial dan iklim. Bencana ekologis terjadi karena ulah manusia, seperti deforestasi hutan yang menyebabkan banjir, longsor dan kehancuran bentang alam.

“Sekitar 86% kajian kami Walhi, bencana ekologis itu banjir longsor itu berhubung dengan pemberian izin pemerintah terhadap industri yang mengubah bentang alam, terutama hutan,” katanya.

Kemudian, bencana industrial seperti lumpur Lapindo dan tumpahan minyak di laut yang menyebabkan kerusakan ekosistem. Sementara bencana iklim seperti siklon tropis, El-Nina dan El-Nino.

“Karena terhubung langsung dengan perubahan iklim di planet bumi yang menyebabkan perubahan musim, pola badai, tingginya gelombang,” katanya.

Namun, hal itu tak diakui pemerintah dalam kategori bencana. Parid bilang, pemerintah justru mengklasifikasi bencana menjadi alam dan non alam dalam UU kebencanaan

Klasifikasi bencana itu, katanya, tidak relevan, karena bencana sebagian besar terjadi karena ulah manusia.

“Itu harus segera direvisi (UU Kebencanaan) kategori itu karena udah gak relevan bicara alam dan non alam. Kalau bicara banjir rob, misal, itu gak bisa dipake lagi bencana alam dan non alam karena ada hubungan dengan krisis iklim. Krisis iklim itu tentu berhubungan dengan aktivitas manusia.”

Parid bilang, mitigasi  harus dilakukan melihat dari bencana serupa yang pernah terjadi. Soal siklon tropis olga, Parid menyinggung soal siklon seroja di Nusa Tenggara Timur (NTT)  April 2021.

Siklon ini menyebabkan banjir di beberapa wilayah Nusa Tenggara, Indonesia dan Timor Leste. Secara tak langsung siklon ini juga berdampak gelombang setinggi 4-6 meter di perairan barat Lampung, Selat Sunda, bagian selatan Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Pulau Sawu, Kupang, dan Pulau Rote. Daerah pesisir Aceh, Mentawai, Bengkulu, Jawa Tengah, Pulau Sumba, Selat Bali, Selat Lombok, dan Selat Alas juga mendapat gelombang setinggi 2,5-4 meter.

Belajar dari pengalaman itu, Walhi meminta pemerintah menyampaikan informasi kepada masyarakat hingga tingkatan bawah agar lebih waspada. Pemerintah, katanya,  juga menyediakan tempat aman untuk masyarakat berlindung bila terjadi badai.

“Penting ada mitigasi masyarakat punya ruang aman, selama ini kita gak punya,” kata Parid.

*******

 

Kala Banjir Bandang Terjang Humbang Hasundutan, Penyebabnya?

Exit mobile version