Mongabay.co.id

Banjir Rob Berulang Ganggu Pemudik, Bukti Rusaknya Pesisir Pantura Semarang-Demak

 

Bising suara mesin pompa air mengiringi Agus Setiawan (48), Komandan Regu Pleton Pemadam Kebakaran Sektor Barito, Dinas Kebakaran Kota Semarang, Jawa Tengah tatkala bertugas mengatasi genangan air yang merendam jalur Pantura Kaligawe Demak-Semarang.

Bersama sejumlah petugas lainnya, pria bertubuh kurus ini tengah berjibaku menata selang pompa air yang akan digunakan untuk menyedot kubangan air dengan ketinggian mencapai sekitar 10-30 sentimeter di kawasan itu.

Upaya tersebut dilakukan agar para pengguna jalan bisa dengan nyaman melewati jalur yang tergenang air sejak Sabtu (06/04/2024) atau pada H-4 Lebaran, khususnya bagi para pengguna jalan yang sedang mudik.

“Agar banjirnya cepat surut, air yang dari jalan kami alirkan ke sungai Kaligawe. Ini sangat memudahkan karena kalinya hanya dipingir jalan,” terang Agus, Senin (08/04/2024).

Dijalan yang terletak di depan Rumah Sakit Islam Sultan Agung ini, memang sudah rutin terkena banjir. Bisa dibilang setiap tahun sudah pasti terjadi. Namun, untuk penanganannya, lanjutnya, tahun ini harus lebih ekstra. Sebab, bertepatan dengan orang-orang yang sedang mudik ke kampung halaman.

“Disini sudah langganan banjir, kalau tidak banjir kiriman dari kota Semarang ya kiriman dari laut. Apalagi saat musim hujan, itu lebih parah lagi,” imbuhnya.

Selain menyedot air yang membanjiri jalan, lanjut Agus, pihaknya juga kerapkali diminta untuk membersihkan lumpur bekas banjir rob maupun kiriman yang seringkali masuk ke rumah-rumah warga.

Baca :  Kala Rob Pantura Jawa Tengah Makin Parah

 

Pengendara menerjang air rob yang menggenangi jalan Demak-Semarang. Selain mengganggu pengendara, air rob juga membuat aktivitas petani garam dan bongkar muat di pelabuhan juga menjadi terhambat. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Kendaraan Macet dan Cepat Berkarat

Genangan air banjir selain merepotkan warga yang tinggal di area tersebut juga membuat beberapa pengendara terlihat menuntun motornya karena mogok. Untuk itu, baik pengendara yang menggunakan kendaraan mobil, motor maupun kendaraan besar seperti bus dan truk yang melintas nampak berhati-hati.

Ahmad May (35), warga pengguna jalan yang melintas banjir tersebut mengaku sangat terganggu, ia merasa khawatir motornya cepat berkarat. Masalahnya, air bekas banjir itu kotor dan sedikit berbau lumpur.

Apalagi ketika melintas ia melihat kondisi warna air agak kehitaman. Dia khawatir motor matiknya rentan rusak. Apalagi dia banyak mendengar cerita dari rekan-rekannya jika motor setelah terendam banjir itu seringkali mogok.

“Sebenarnya agak berat menerobos banjir. Tapi kalau lewat jalur lain itu mesti harus mutar jauh sehingga butuh waktu lebih lama,” keluhnya. Padahal ia mengaku sudah tidak sabar ingin segera ketemu keluarga.

Sugiyoto, operator mobil pompa Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana dari Surakarta mengatakan, pihaknya didatangkan untuk membantu mempercepat penanganan penarikan genangan air agar bisa lebih maksimal.

Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Semarang, Suwarto mengungkapkan, untuk penanganan penarikan genangan air ini total terdapat 12 pompa portabel dan lima mesin desel yang digunakan.

Fokus penyedotan dilakukan di depan RSI Sultan Agung karena debit di Kali Tenggang masih tinggi, dampaknya dari pasang air laut. Hal itu berdasarkan dari prakiraan Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meterologi Maritim Tanjung Emas Semarang.

Adapun untuk kondisi banjir pesisir atau rob ini puncaknya diprediksikan pada tanggal 7 April 2024. “Kami sudah melakukan pompanisasi, ditambah hari ini juga mendatangkan tiga pompa dari Solo (dari BBWS),” kata Suwarno  dilansir dari Detik.com

Baca juga : Demak Banjir Parah dan Pemilu Susulan, Pesan Ekologis bagi Presiden Baru

 

Salah satu pompa air yang digunakan untuk membuang air yang menggenangi jalan, pabrik maupun rumah warga di daerah Semarang – Demak. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Masyarakat Pesisir Diminta Waspada

Atas peristiwa itu, BMKG Stasiun Meterologi Maritim Tanjung Emas Semarang dalam keterangan tertulis mengeluarkan peringatan dini banjir pesisir atau rob. Peringatan kewaspadaan itu berlaku mulai Minggu pukul 16.00-20.00 WIB.

Ganis Erutjahjo, Koordinator Observasi dan Informatika BMKG Maritim Semarang dilansir dari Kompas.id menyatakan, transportasi di sekitar pelabuhan dan pesisir terganggu akibat banjir rob yang melanda. Selain itu, aktivitas petani garam dan bongkar muat di pelabuhan juga menjadi terhambat.

Masyarakat Kota Venetie Van Java juga diimbau waspada dengan adanya fenomena supermoon atau purnama sempurna yang akan terjadi pada Rabu (09/04/2024). Fenomena tersebut berpotensi menyebabkan pasang maksimum karena posisi bulan berada paling dekat dengan Bumi sehingga mempunyai daya grativasi terkuat pula.

“Kami juga mengimbau masyarakat agar selalu waspada dan siaga dengan selalu memperhatikan informasi terbaru dari BMKG guna mengantisipasi dampak dari banjir rob ini,” jelasnya.

Sementara itu, Parid Ridwanuddin Manajer Kampanye Pesisir dan Laut Eksekutif Nasional Walhi saat dihubungi Selasa (09/04/2024), menilai, banjir rob di wilayah Pantura termasuk Semarang dan Demak bisa terus berulang sebab secara daya dukung ekologis dan daya tampung wilayah sudah tidak memungkinkan untuk terus dibebani. Karena sejauh ini disepanjang Pantura Jawa itu sudah dialokasikan untuk industri

“Kalau kita cek di Pantura itu ada banyak sekali alokasi-alokasi industri yang menyebabkan penurunan tanah. Beberapa kajian ilmiah menyebutkan bahwa Pelabuhan Tanjung Emas Semarang turut berkontribusi besar terjadinya banjir rob,” katanya

Parahnya, kata Parid, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJN) 2005-2025 yang disahkan melalui UU No.17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 tidak mengutamakan keselamatan lingkungan hidup, keselamatan masyarakat, dan juga keadilan iklim.

Dengan begitu, menurutnya, yang terjadi adalah eksploitasi sumber daya alam untuk kepentingan industri skala besar, terutama di kawasan pesisir, laut dan pulau-pulau kecil. Hal ini, katanya, bisa memperparah kerusakan lingkungan hidup, meminggirkan kehidupan masyarakat, dan memperburuk dampak krisis iklim.

“Selama ini pembangunan di Indonesia telah menempatkan sumber daya alam, terutama pesisir, laut dan pulau-pulau kecil sebagai target investasi skala besar,” tegasnya. (***)

 

 

Kala Banjir Bandang Terjang Humbang Hasundutan, Penyebabnya?

 

 

Exit mobile version