Mongabay.co.id

Misteri Dibalik Serangga Terbang ke Sumber Cahaya

 

Perilaku serangga yang terbang ke sumber cahaya memikat manusia berabad-abad lamanya. Fenomena ini bukan hanya telah menarik para entomologis atau ahli serangga untuk mempelajarinya, namun para sastrawan ikut pula meramaikannya dengan memberi interpretasi baru atas perilaku unik serangga ini.

Pada sebagian orang, serangga yang mendekati cahaya bahkan punya makna mendalam. Ia menjadi perlambang ajakan moral untuk menjadikan sumber cahaya sebagai kompas kehidupan. Cahaya diibaratkan sebagai sumber nilai adikodrati.

Bagi petani, perilaku serangga yang sebagian adalah hama ini justru dimanfaatkan untuk menjebak mereka dan mengantarkan pada kematian.

“Kami ingin memahami mengapa serangga tampaknya tidak dapat menahan diri untuk terbang ke dalam dan di sekitar sumber cahaya yang berpotensi mencelakakan. Menjawab pertanyaan ini bisa membantu kita memahami dampak aktivitas manusia terhadap serangga dan alam secara luas,” kata Samuel T Fabian, mengutip keterangan dari halaman resmi Imperial College London, Inggris, tempatnya bernaung. Fabian adalah seorang ahli perilaku serangga.

Namun benarkah serangga terbang menuju sumber cahaya?

Menurut kajian Fabian dan timnya, serangga tidak mengarahkan langsung tubuhnya ke sumber cahaya. Sebaliknya, serangga justru menghadapkan punggungnya ke sumber cahaya. Ini berarti serangga sebenarnya memunggungi cahaya.

Dalam laporan penelitian mereka yang dimuat di jurnal Nature, Januari 2024 itu, menyebutkan serangga yang mengarahkan punggungnya ke sumber cahaya dapat membantu mereka terbang secara benar. Di bawah cahaya langit yang alami, memiringkan tubuh ke arah wilayah yang secara visual paling terang membantu serangga mempertahankan kontrol terbang yang tepat.

Namun di dekat sumber cahaya buatan seperti lampu, lilin yang menyala, bahkan obor yang menyala terus menerus dapat membingungkan serangga dan menjebaknya. Jalur terbang serangga menjadi tidak menentu gara-gara sumber cahaya buatan ini.

Baca : Menangkap Isyarat Kunang-kunang di Malam Hari

 

Seekor ngengat yang terbang ke taman bunga saat senja dalam kegelapan. Mereka sering terbang berkelompok ke cahaya buatan. Foto : stormblast2008 via flickr

 

Mengutip hasil penelitian mereka, beberapa teori paling populer mengenai sebab serangga mendekat ke arah sumber cahaya setidaknya ada empat. Pertama, serangga tertarik untuk mengarahkan pelarian terbang ke sumber cahaya mungkin karena mereka mengincar celah di dedaunan. Kedua, serangga diketahui menggunakan cahaya bulan untuk navigasi dan secara keliru menggunakan sumber cahaya buatan manusia sebagai pemandunya. Ketiga, serangga tertarik dengan radiasi termal sumber cahaya. Keempat, mata serangga yang peka pada malam hari telah dibutakan oleh cahaya buatan yang menyebabkan serangga terbang tidak tentu arah.

Laporan itu menjelaskan, sepanjang sejarah evolusi terbang serangga, bagian paling terang dari bidang visual adalah langit. Sehingga langit menjadi indikator ke mana arah terbang yang harus ditempuh. Bahkan, serangga bisa mengetahui di mana langit berada meski dalam cahaya yang sangat minim.

Selain itu, serangga juga menggunakan kemampuan orientasinya atas gravitasi bumi, yang membuatnya bisa melakukan manuver dan memperbaiki cara terbang.

Mengapa serangga yang terbang menuju sumber cahaya kurang mendapat jawaban memuaskan selama ini?

Menurut para peneliti hal ini karena sebelumnya tidak ada peralatan yang bisa merekam tiga dimensi gerak terbang serangga di sekitar sumber cahaya. Namun kini peralatan itu tersedia sehingga pengamatan secara detail atas perilaku unik itu bisa dilakukan.

Untuk sampai pada kesimpulannya, para peneliti menggunakan hampir 500 data stereo videografi yang berisi perilaku terbang serangga. Pengambilan video mereka lakukan di stasiun penelitian Monteverde,  Costa Rica. Mereka merekam gerakan terbang 10 ordo serangga di bawah penerangan cahaya buatan dengan berbagai model arah sinar. Misalnya, arah sinar ke bawah dari lampu yang dilekatkan pada langit-langit, arah sinar melingkar seperti bolam, dan sinar yang dipantulkan ke lantai.

Baca juga : Rahasia Mengapa Bunga Matahari Selalu Menghadap Timur 

 

a.) contoh lintasan serangga yang mencoba terbang di atas lembaran putih yang disinari tabung sinar UV yang menghadap ke bawah. b.) contoh lintasan serangga yang terbang di bawah kain putih yang disinari tabung sinar UV yang menghadap ke atas. c.) gambaran diagram dari efek perilaku yang dihipotesiskan dari ‘perangkap cahaya’ (kiri) vs. ‘perangkap cahaya’ (kiri), serangga tidak mampu mempertahankan penerbangan ketika sinar UV datang dari bawah. Sumber : Samuel T. Fabian, et.al / Creative Commons Attribution 4.0

 

Hasilnya, mereka mendapati tiga motif perilaku terbang serangga di sumber cahaya buatan. Pertama, serangga akan terbang dengan cara berputar-putar di sekitar sumber cahaya (mengorbit). Kedua, serangga akan terbang mendaki ke atas menjauh dari sumber cahaya hingga kehilangan kecepatan dan tidak bisa terbang lebih tinggi lagi. Ketiga, kebalikan dari perilaku mendaki ke atas yaitu menukik ke bawah hingga akhirnya bisa menghujam ke tanah.

Mereka juga menemukan fakta menarik, serangga yang terbang di dekat sumber cahaya yang menempel pada langit-langit maka jalur terbangnya akan lurus. Sementara yang melewati sumber cahaya yang sinarnya diarahkan ke tanah maka serangga akan menukik dan membentur tanah.

Serangga bermassa besar seperti kupu-kupu atau capung memiliki kemampuan untuk segera memperbaiki orientasi dan arah terbangnya. Sementara serangga yang lebih kecil seperti ngengat kesulitan untuk segera memperbaiki sikap terbang yang tepat.

Fabian berharap, penelitian mereka dapat memotivasi orang untuk merenungkan kembali akan dampak cahaya buatan bagi kehidupan satwa liar yang aktif di malam hari. Bagi sebagian besar serangga, sinar lampu adalah polusi.

“Bagaimana kita bisa mengubah lingkungan pencahayaan agar tidak menjebak serangga karena kita sedang menghadapi penurunan jumlah serangga secara besar-besaran di seluruh dunia,” kata Fabian. (***)

 

 

Wisata Cahaya dan Dampaknya Bagi Ekosistem Kebun Raya Bogor

 

 

Exit mobile version